Patofisiologi Hemangioma
Patofisiologi hemangioma infantil diduga berhubungan dengan proliferasi sel-sel endotel imatur yang distimulasi oleh berbagai faktor angiogenesis. Sitokin dan faktor pertumbuhan akan menyebabkan pembentukan jaringan kapiler. Sitokin yang sering dihubungkan dengan pembentukan hemangioma adalah vascular endothelial growth factor (VEGF) dan matrix metalloproteinase.
Teori-teori yang mendasari patofisiologi hemangioma terjadi pada fase evolusi hemangioma yang berbeda-beda, dibagi menjadi 3 fase. Pertama, fase proliferatif yang ditandai dengan pertumbuhan hemangioma secara cepat dimulai usia 3 bulan, lalu pertumbuhan bertahap pada usia 5–8 bulan.
Selanjutnya, ada fase plateau, di mana lesi stabil dan tidak banyak bertumbuh selama 6–12 bulan awal kehidupan. Terakhir, fase involusi, yang biasa terjadi mulai 1 tahun pertama kehidupan dan berlanjut hingga beberapa tahun. Pada fase involusi, hemangioma akan menjadi lebih lembut, dan terjadi perubahan warna dari merah terang menjadi ungu atau abu-abu.[5,8]
Teori Mutasi Sel Punca Hemangioma
Salah satu patogenesis hemangioma diduga berhubungan dengan mutasi somatik pada hemangioma stem cells (HemSC) atau sel punca hemangioma, serta peningkatan sinyal dari vascular endothelial growth factor receptor (VEGFR) pada pembuluh darah.
HemSC diperkirakan berdiferensiasi menjadi sel endotel positif glucose transporter-1 (GLUT-1), dipengaruhi oleh endothelial progenitor cells (EPC) dan vasculogenesis, seperti vascular endothelial growth factor (VEGF) dan hypoxia-inducible factor (HIF-1α). VEGF dan HIF-1α ditemukan meningkat pada pasien hemangioma.
VEGF merupakan protein yang mengatur proliferasi dan permeabilitas vaskular. VEGF merupakan salah satu faktor angiogenik yang paling poten, dan dihasilkan oleh berbagai sel, seperti sel endotel, makrofag, platelet, dan sel tumor. VEGF menstimulasi sel-sel endotel vaskular, pembentukan pembuluh darah baru, dan menghambat terjadinya apoptosis.[3,8]
Teori Plasenta
Hipotesis lain adalah teori plasenta, yang menduga hemangioma terbentuk akibat emboli pada sel-sel plasenta. Hipotesis ini didasarkan pada kesamaan karakteristik antara hemangioma dan plasenta, yaitu adanya ekspresi GLUT-1, placental syncytiotrophoblast microvilli, dan placental basement membranes.[3,9]
Teori Proliferasi Pembuluh Darah akibat Hipoksia
Proliferasi EPC diduga berkaitan dengan kondisi hipoksia, seperti kelahiran preterm, berat badan lahir rendah, usia maternal yang lebih tua, dan kelainan plasenta, misalnya plasenta previa.
Kondisi hipoksia pada perkembangan janin mencetuskan produksi HIF-1α, yang akan menstimulasi transkripsi gen VEGF, sehingga menyebabkan proliferasi dan migrasi sel endotel progenitor. Rangkaian ini menyebabkan pembentukan pembuluh darah baru, dan sintesis metalloproteinase yang bertugas untuk mengatur matriks ekstraseluler.[3,8]
Teori Sistem Renin Angiotensin
Berdasarkan teori ini, proliferasi hemangioma diduga terjadi akibat sintesis angiotensin II karena kadar renin yang tinggi. Beberapa hal mendukung teori ini, antara lain tingginya kadar renin pada bayi dan pasien dengan hemangioma, serta ekspresi angiotensin converting enzyme (ACE) dan reseptor angiotensin II pada endotel hemangioma yang sedang berproliferasi.
Penghambat beta adrenergik, seperti propranolol dan bisoprolol, dapat mempercepat involusi hemangioma. Hal ini mungkin disebabkan efek hambatan terhadap reseptor β1-adrenergic di ginjal, yang akan menahan pelepasan renin.[3,10]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra