Epidemiologi Kejang Demam
Epidemiologi kejang demam di dunia diperkirakan terjadi pada 2‒5% anak dengan insidensi puncak pada usia 12‒18 bulan. Kejang demam diketahui lebih banyak terjadi pada saat musim dingin. Di Indonesia, prevalensi kejang demam belum diketahui secara pasti.[14]
Global
Kejang demam dilaporkan terjadi pada 2‒5% anak usia 6 bulan ‒ 5 tahun pada negara maju. Paling banyak terjadi adalah kejang demam sederhana, yaitu sebesar 70‒75% kasus. Angka kejadian kejang demam tercatat lebih tinggi pada beberapa daerah, contohnya Jepang.[14]
Kejang demam diketahui lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan, dengan perbandingan 1,6:1.[14]
Indonesia
Hingga saat ini belum terdapat data lengkap mengenai kejadian kejang demam di Indonesia. Berdasarkan pusat data dan informasi (Pusdatin) tahun 2019, tercatat 7,3% kematian balita disebabkan akibat demam.[22]
Mortalitas
Kejang demam tidak menyebabkan kematian pada anak. Pada pasien tanpa kelainan neurologis, kejang demam umumnya memiliki prognosis baik, terutama pasien dengan kejang demam sederhana. Sementara itu, kejang demam kompleks berisiko komplikasi epilepsi, yang memiliki risiko kematian akibat luka trauma.[2,9]
Penulisan pertama oleh: dr. Nathania Sutisna