Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Mikrosefali general_alomedika 2025-03-14T13:24:03+07:00 2025-03-14T13:24:03+07:00
Mikrosefali
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Mikrosefali

Oleh :
dr.Adrian Prasetio SpKJ
Share To Social Media:

Diagnosis mikrosefali atau microcephaly dibuat klinis saat atau setelah kelahiran dengan cara mengukur lingkar kepala occipitofrontal circumference (OFC). Diagnosis mikrosefali menurut World Health Organization (WHO) dibuat ketika ukuran dari OFC lebih dari 2 standar deviasi (SD) dibawah mean berdasarkan usia dan jenis kelamin dan mikrosefali berat ketika lingkar kepala lebih dari 3 SD dibawah mean.

Tujuan dari evaluasi adalah untuk konfirmasi diagnosis, identifikasi penyebab mikrosefali, dan membantu menentukan prognosis. Ketika menemukan mikrosefali, maka pemeriksaan selanjutnya adalah untuk mencari anomali lain dan kemungkinan penyebabnya.[1,3]

Anamnesis

Anamnesis dari mikrosefali merupakan bagian penting untuk menggali kemungkinan penyebab mikrosefali. Mikrosefali bisa disebabkan oleh berbagai faktor dengan klinis yang bermacam-macam. Hal yang harus digali antara lain:

Riwayat prenatal

Pada riwayat prenatal ditanyakan riwayat medis ibu (misalnya diabetes, epilepsi, phenylketonuria), apakah ibu mengonsumsi zat teratogenik (misalnya alkohol, merokok), riwayat paparan radiasi, dan riwayat bepergian ke daerah prevalensi tinggi virus Zika ketika hamil.

Penggalian riwayat keluarga juga dilakukan, meliputi riwayat hubungan konsanguinitas, riwayat mikrosefali dan riwayat penyakit genetik di keluarga. Riwayat keluarga dicatat selama 3 generasi karena gangguan resesif mungkin tidak terjadi pada satu generasi di bawahnya.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pada riwayat penyakit dahulu dicatat apakah pernah ada kejang pada pasien, kelainan pada temuan USG, gangguan penglihatan dan pendengaran, atau riwayat gangguan pada organ lain.

Riwayat Kelahiran dan Perkembangan

Usia gestasi pemeriksaan berat lahir dan lingkar kepala dicatat, serta komplikasi yang terjadi selama kehamilan, misalnya asfiksia atau infeksi saat kehamilan.

Kemudian riwayat perkembangan bayi dipantau, apakah ada gangguan dalam perkembangan, misalnya perlambatan perkembangan, gangguan dalam pergerakan atau gangguan dalam belajar.[3,6,10,13]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik untuk menentukan mikrosefali adalah pengukuran lingkar kepala occipitofrontal. Pemeriksaan ini dilakukan setiap kunjungan selama hamil dan usia 3 tahun pada pasien dengan gangguan neurologi atau masalah dalam tumbuh kembang.

Pengukuran dari Lingkar Kepala Occipito-frontal

Pengukuran dari lingkar kepala occipito-frontal adalah dengan menggunakan pita yang tidak lentur dan ditempatkan pada atas telinga, melingkari area terlebar dari dahi dan bagian occipital yang paling menonjol. Penentuan lingkar kepala di Indonesia menggunakan grafik dari WHO untuk anak usia 0-5 tahun.

Pengukuran dilakukan 3 kali dan pengukuran terbesar adalah yang digunakan. Terdapat beberapa klasifikasi mikrosefali, namun klasifikasi berikut adalah yang umum digunakan:

  • Mikrosefali borderline – OFC antara 2-3 standar deviasi (SD) dibawah mean untuk usia, jenis kelamin, dan gestasi
  • Mikrosefali sedang – OFC antara 3-5 SD dibawah mean untuk usia, jenis kelamin, dan gestasi
  • Mikrosefali berat – OFC ≥5 SD dibawah mean untuk usia, jenis kelamin, dan gestasi[14]

Selain lingkar kepala pasien, lingkar kepala orang tua dan saudara juga diukur menggunakan kurva Weaver untuk melihat faktor genetik. Kurva Weaver umumnya digunakan apabila pada anak tidak ditemukan kelainan yang khas, tumbuh kembang normal dengan OFC 2-3 SD dibawah mean dan riwayat perkembangan normal pada orang tua tanpa gangguan khusus. Kurva standar perkembangan diukur sesuai dengan usia anak.[1,5,10,12,14]

Pemeriksaan Kepala

Pemeriksaan kepala juga harus dilakukan pada anak selain pengukuran lingkar kepala. Pada kepala dilihat ukuran, bentuk, ukuran fontanel, sutura, dan kesimetrisan. Penutupan fontanel anterior biasanya terjadi antara 10-24 bulan. Penutupan dini fontanel anterior berhubungan dengan mikrosefali, craniosynostosis, hipertiroid, atau hipotiroid. Semetara apabila ukuran fontanel anterior membesar pada pasien dengan mikrosefali mungkin disebabkan oleh sindrom genetik tertentu, misalnya sindrom Down.[13,14]

Tanda pada Mikrosefali Kongenital

Pasien dengan mikrosefali kongenital umumnya memiliki fontanel anterior kecil dan dahi berbentuk slope. Adanya tanda dismorfik mungkin menunjukkan sindrom tertentu. Pada pasien dengan sindrom Down, trisomi 13 atau 18 mungkin terjadi pembesaran persisten dari fontanel anterior. Craniosynostosis adalah penutupan sutura prematur dan bermanifestasi dengan bentuk kepala yang tidak normal dan ada penonjolan pada garis sutura kepala.[14]

Beberapa tanda klinis yang sugestif terhadap infeksi kongenital pada pasien dengan mikrosefali adalah:

  • Mikrosefali berat
  • Intrauterine growth restriction (IUGR)

  • Hydrops fetalis
  • Kejang
  • Katarak atau gangguan penglihatan lain

  • Kehilangan pendengaran
  • Penyakit jantung bawaan
  • Hepatosplenomegali
  • Jaundice
  • Rash[1]

Pemeriksaan Prenatal

Evaluasi pada prenatal meliputi penggalian riwayat maternal, pemeriksaan lingkar kepala orang tua dan saudara, serta pemeriksaan USG. Diagnosis mikrosefali prenatal dipastikan dengan USG. Selain mikrosefali, pemeriksaan ini juga menemukan kelainan lain dan kesesuaian parameter biometrik (panjang tulang, ukuran lingkar abdomen).

Pemeriksaan penunjang lain dilakukan sesuai indikasi apabila ada kecurigaan, misalnya riwayat hubungan konsanguinitas, tanda infeksi intrauterin atau tanda yang menunjukkan kelainan kromosom tertentu.[14]

Pemeriksaan Fisik Lain

Selain pemeriksaan kepala, pemeriksaan fisik lain dilakukan pada seluruh aspek untuk menemukan anomali lain, yaitu:

  • Berat badan dan tinggi badan berdasarkan usia
  • Sistem saraf pusat: spina bifida, hydrocephalus, encephalocoele, dan lain-lain
  • Kepala: bentuk kepala, ukuran fontanel dan sutura (disproporsi kraniofasial, craniosynostosis)
  • Mata: menemukan infeksi intrauterin (korioretinitis) atau metabolik (katarak)
  • Kulit: tanda-tanda infeksi intrauterin (petechiae, jaundice) atau metabolik (eksim pada PKU)
  • Kelainan pada organ lain, misalnya mata dan telinga, abdomen (organomegali), urinarius (hipospadia, agenesis renal), skeletal (dislokasi panggul kongenital, clubfoot)
  • Pemeriksaan neurologis: asimetri, kelainan tonus otot, kelainan postur, kelainan kekuatan, refleks patologis
  • Penilaian perkembangan: fungsi kognitif, gangguan motorik, gangguan berbahasa[9,13,14]

Diagnosis Banding

Mikrosefali adalah kondisi klinis, oleh karena itu diagnosis banding dari mikrosefali adalah mencari penyebab dari kondisi tersebut. Mikrosefali bisa disebabkan oleh faktor genetik, kelainan metabolik, atau lingkungan.

Faktor Genetik

Ada banyak kelainan genetik yang menyebabkan mikrosefali misalnya autosomal recessive primary microcephaly, trisomi 21, trisomi 18, sindroma Cornelia de Lange, dan lain-lain. Untuk memastikan penyebab genetik dari mikrosefali, dilakukan studi genetik misalnya karyotyping, subtelomeric fluorescent in situ hybridization, dan bacterial artificial chromosome. Pencitraan seperti magnetic resonance imaging (MRI bisa dilakukan untuk menemukan malformasi lain terkait kondisi genetik tersebut.[11,14]

Faktor Gangguan Metabolik

Etiologi metabolik perlu dicurigai pada pasien mikrosefali yang belum ditemukan penyebabnya dari pemeriksaan lain. Gangguan metabolik yang berkaitan dengan mikrosefali adalah misalnya sindrom defisiensi glucose transporter 1 (GLUT1), phenylketonuria, gangguan defisiensi L-Serine, dan penyakit mitokondria.

Umumnya gangguan metabolik juga menyebabkan tanda gangguan perkembangan global. Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan pada gangguan metabolik  tergantung dari kelainan metabolik yang dicurigai, misalnya tes terhadap aciduria organik, kadar urine alpha-ketoglutaric acid pada mikrosefali Amish lethal, atau kadar phenylalanine pada kondisi phenylketonuria.[11,14]

Pemeriksaan metabolik sendiri tidak rutin dilakukan. Hingga saat ini belum ada pedoman jelas kapan serta bagaimana pemeriksaan dilakukan.

Kecurigaan etiologi metabolik meningkat pada:

  • Riwayat hubungan konsanguinitas
  • Riwayat keluarga
  • Gejala episodik (misalnya kejang, ataksia, muntah, ensefalopati)
  • Regresi perkembangan
  • Kegagalan multi organ yang mendahului perkembangan mikrosefali.

Phenylalanine serum yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan otak ekstensif pada bayi dengan phenylketonuria, sehingga bisa dipertimbangkan pada mikrosefali dengan etiologi tidak jelas.[5,6,11,13]

Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang menyebabkan mikrosefali adalah infeksi, paparah terhadap teratogenik, atau radiasi. Pada anamensis digali riwayat infeksi selama kehamilan, riwayat bepergian, dan riwayat pemakaian zat atau alkohol selama hamil. Infeksi yang bisa menyebabkan mikrosefali contohnya adalah ToRCH. Evaluasi terhadap infeksi umumnya menggunakan tes PCR atau deteksi antibodi spesifik di plasma. Pemeriksaan skrining terhadap teratogen dilakukan sesuai kecurigaan.[1,13]

Pemeriksaan Penunjang

Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan, dengan tujuan menemukan kasus mikrosefali dan juga penyebab yang mungkin. Kecurigaan terhadap genetik diperkuat dengan hubungan konsanguinitas, riwayat genetik keluarga, dan kelainan organ lain yang menunjukkan suatu kelainan kromosom. Pemeriksaan penunjang dibutuhkan apabila pasien memiliki gejala neurologis atau mikrosefali progresif.[10]

Pencitraan

Ultrasonografi (USG) dalam kehamilan berfungsi sebagai pemeriksaan awal dalam mencari anomali kongenital dan tanda infeksi pada prenatal. Selain mikrosefali, ultrasonografi kehamilan bisa menemukan kelainan lain seperti ventrikulomegali, kalsifikasi, atau restriksi pertumbuhan janin.

Apabila tidak ditemukan kelainan lain atau penyebab infeksi maka pasien disarankan melakukan ultrasonografi setiap 4 minggu untuk mengevaluasi perubahan ukuran kepala. Apabila terdapat riwayat mikrosefali pada anak sebelumnya, dilakukan USG pada usia 20 minggu untuk mengevaluasi anatomi. Prosedur ultrasonografi juga diperlukan untuk membantu tindakan amniocentesis. [6,14]

Computed tomography (CT) scan bisa menemukan kalsifikasi intraserebral, namun pemeriksaan ini tidak spesifik. Magnetic resonance imaging (MRI) merupakan pemeriksaan baku emas dalam mendeteksi mikrosefali dan kelainan struktural lain.

MRI lebih sensitif dibandingkan dengan CT scan atau ultrasonografi dan mampu menemukan kelainan yang tidak jelas terlihat pada CT scan, misalnya gangguan mielinisasi dan malformasi kongenital.[5,10,11]

Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah dilakukan pada neonatus dengan faktor risiko atau terdapat kecurigaan terjadi infeksi kongenital. Pemeriksaan serologi virus Zika dilakukan 4 minggu setelah potensi paparan dengan waktu deteksi hingga 10 minggu pada sampel serum darah.

Virus Zika dan rubella terdeteksi melalui pemeriksaan PCR dari sampel darah, urine, atau cairan oral. Infeksi herpes simpleks bisa didiagnosis ketika ada lesi oral atau genital yang khas disertai dengan pemeriksaan PCR dan adanya antibodi IgM. Untuk mendeteksi infeksi toksoplasma diperlukan konfirmasi adanya IgA Toxoplasma gondii.[1,5,11]

Amniocentesis

Amniocentesis adalah pemeriksaan non invasif dengan cara mengambil sedikit cairan amnion di uterus untuk diperiksa. Prosedur amniocentesis dibantu oleh USG untuk memastikan lokasi tusukan.

Tujuan dari amniocentesis adalah menemukan kelainan kromosom atau analisa patogen infeksius seperti ToRCH dan cytomegalovirus. Sampel cairan amnion umumnya diambil pada usia gestasi 18 minggu untuk menentukan infeksi pada fetus.

Pada kecurigaan infeksi cytomegalovirus, patogen akan terdeteksi dalam cairan amnion pada 6-8 minggu setelah infeksi maternal. Pemeriksaan PCR terhadap cairan amnion memiliki sensitivitas 65-92% dan spesifisitas mendekati 100%.[1,3,6,12,16]

Referensi

1. Devakumar D, et al. Infectious causes of microcephaly: epidemiology, pathogenesis, diagnosis, and management. Lancet Infect Dis. 2018. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28844634/
3. Alvarado-Socarras J, et al. Congenital microcephaly: A diagnostic challenge during Zika epidemics. Travel Medicine and Infectious Disease. 2018. https://doi.org/10.1016/j.tmaid.2018.02.002
5. Kliegman RM, St Geme III JW, Blum NJ, Shah SS, Tasker RC, Wilson KM, et al. Nelson Textbook of Pediatrics. 21th Edition. Philadelphia: Elsevier; 2020.
6. Nawathe A, Doherty J, Pandya P. Fetal microcephaly. British Medical Journal. 2018. https://www.bmj.com/content/361/bmj.k2232
9. Auger N, et al. Congenital microcephaly in Quebec: baseline prevalence, risk factors and outcomes in a large cohort of neonates. British Medical Journal. 2017. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28676560/
10. Hanzlik E, Gigante J. Microcephaly. Children. 2017. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28598357/
11. Answal S, et al. Practice Parameter: Evaluation of the child with microcephaly (an evidence-based review). American Academy of Neurology. 2009. https://www.aan.com/PressRoom/home/GetDigitalAsset/8479
12. Jindal A, Sharma M, Chaudhary C. Amniocentesis. Stat Pearls. 2021. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559247/
13. Paediatric Society New Zealand. Microcephaly Diagnostic Guidelines. New Zealand Paediatric Neurology Clinical Networks. 2020. https://media.starship.org.nz/microcephaly-diagnostic-guideline/Microcephaly_diagnostic_diagram_Mar_2018.pdf
14. Bom JA. Microcephaly in infants and children: Etiology and evaluation. UpToDate. 2021. https://www.uptodate.com/contents/microcephaly-in-infants-and-children-etiology-and-evaluation
15. Kerr SM, Van Bennekom CM, Mitchell AA. Risk factors for congenital microcephaly in the pre-Zika era. Birth Defects Res 2019.
16. Raghuram K, Yang J, Church PT, et al. Head Growth Trajectory and Neurodevelopmental Outcomes in Preterm Neonates. Pediatrics 2017.

Epidemiologi Mikrosefali
Penatalaksanaan Mikrosefali

Artikel Terkait

  • Identifikasi Kelainan Kromosom dengan Non-Invasive Prenatal Testing
    Identifikasi Kelainan Kromosom dengan Non-Invasive Prenatal Testing
  • Skrining Antenatal untuk Down Syndrome
    Skrining Antenatal untuk Down Syndrome
Diskusi Terkait
dr.DR. Wiku Andonotopo, Sp.OG, Subsps K-Fetomaternal
Dibuat 14 Agustus 2024, 10:04
Pemeriksaan USG pada polihidramnios - atresia oesophagus - trisomy 21
Oleh: dr.DR. Wiku Andonotopo, Sp.OG, Subsps K-Fetomaternal
0 Balasan
https://youtu.be/IGAs3W59fHkPolihidramnios adalah kondisi di mana terdapat kelebihan cairan amnion dalam rahim. Hal ini sering dikaitkan dengan atresia...
dr.DR. Wiku Andonotopo, Sp.OG, Subsps K-Fetomaternal
Dibalas 08 Agustus 2024, 22:18
Pemeriksaan USG pada kasus trisomi 21 down syndrome 12 weeks screening
Oleh: dr.DR. Wiku Andonotopo, Sp.OG, Subsps K-Fetomaternal
1 Balasan
https://youtu.be/89geCftNaTIPada skrining janin usia 12 minggu dengan kemungkinan positif untuk Trisomy 21 (Down Syndrome), beberapa indikator dapat terlihat...
dr. Nurul Falah
Dibalas 10 Mei 2021, 14:44
Bagaimana mengoptimalkan tumbuh kembang anak dengan Down Syndrome - Anak Ask The Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
1 Balasan
Alo dr. Rodman Tarigan, Sp. A(K), M. Kes., izin bertanya dokter.Bagaimana mengoptimalkan tumbuh kembang anak dengan Down Syndrome? Terapi apa saja yang...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.