Edukasi dan Promosi Kesehatan Refeeding Syndrome
Edukasi dan promosi kesehatan tentang refeeding syndrome atau RFS perlu diberikan kepada pasien maupun tenaga kesehatan, agar tenaga kesehatan menghindari inisiasi nutrisi yang terlalu agresif pada pasien yang telah kekurangan asupan kalori selama periode waktu tertentu. Pasien dengan malnutrisi kronis terutama perlu diwaspadai, karena memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami RFS.
Edukasi Pasien
Pasien yang berisiko mengalami refeeding syndrome perlu diedukasi bahwa pemberian nutrisi akan dilakukan secara bertahap untuk menghindari gangguan elektrolit. Contoh pasien yang berisiko RFS adalah pasien dengan malnutrisi kronis, anoreksia nervosa, gangguan endokrin, gangguan gastrointestinal seperti inflammatory bowel disease, riwayat operasi bariatrik, dan alkoholisme.
Selain itu, orang tua atau caretaker untuk anak-anak dan orang lanjut usia yang berisiko mengalami RFS juga diedukasi tentang perlunya inisiasi nutrisi secara bertahap. Anak yang berisiko mengalami RFS adalah neonatus dengan KMK (kecil masa kehamilan), bayi prematur, dan bayi dengan berat badan lahir sangat rendah.[1-6]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan refeeding syndrome (RFS) dapat dilakukan dengan skrining untuk mendeteksi pasien mana yang berisiko RFS. Sebelum inisiasi nutrisi, pemeriksaan kalium, magnesium, dan fosfat dianjurkan pada pasien yang berisiko. Pemeriksaan ini dilakukan tiap 12 jam selama 3 hari pertama pada pasien dengan risiko tinggi.[1]
Pada pasien berisiko, elektrolit yang mengalami gangguan (fosfat, magnesium, kalium) disarankan untuk dikoreksi terlebih dahulu. Lalu, inisiasi nutrisi dimulai dari jumlah kalori yang lebih rendah dari target seharusnya, lalu ditingkatkan perlahan selama 5–10 hari. Restriksi cairan dan garam perlu dilakukan dalam 7 hari pertama untuk mencegah kelebihan cairan dalam tubuh.[1,4]