Penatalaksanaan Refeeding Syndrome
Prinsip penatalaksanaan kasus refeeding syndrome atau RFS adalah koreksi kelainan elektrolit dan defisiensi thiamine. Inisiasi nutrisi tidak boleh dimulai dengan kalori yang tinggi dan tidak boleh diberikan secara agresif.
Penatalaksanaan dibedakan berdasarkan usia pasien. Contoh pedoman yang sering digunakan adalah pedoman terapi RFS dari American Society of Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN) dan American Academy of Pediatrics (AAP).
Evaluasi sebelum Terapi
RFS sering terjadi pada pasien malnutrisi, pasien gagal tumbuh, dan pasien anoreksia nervosa. Sebelum inisiasi nutrisi, pemeriksaan kalium, magnesium, dan fosfat perlu dilakukan. Pemeriksaan ini dilakukan tiap 12 jam selama 3 hari pertama pada pasien dengan risiko tinggi. Pemantauan dapat dilakukan lebih sering tergantung pada gejala klinis pasien.[1]
Pemantauan lain yang juga diperlukan adalah pemeriksaan tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali selama 24 jam pertama pada pasien dengan risiko RFS. Pemantauan status kardiorespiratori direkomendasikan pada pasien yang tidak stabil atau pada pasien dengan defisiensi berat. Pemantauan lain yang juga diperlukan adalah pencatatan berat badan, intake, dan output harian.[1,3]
Penatalaksanaan Refeeding Syndrome pada Anak
Tata laksana refeeding syndrome perlu mencakup manajemen nutrisi, koreksi elektrolit, koreksi defisiensi thiamine, dan pemberian cairan yang tidak berlebihan.
Manajemen Nutrisi
Menurut AAP, inisiasi nutrisi dimulai dari 50% target pemberian nutrisi. Namun, inisiasi nutrisi pada pasien yang berisiko tinggi perlu dimulai dari 25% target pemberian nutrisi. Peningkatan kalori harus dilakukan dalam waktu 3–7 hari dengan cara menambah jumlah kalori sebesar 10–25% per hari sampai target kalori tercapai
Glucose infusion rate (GIR) dimulai dari 4–6 mg/kgBB/menit dan dapat ditingkatkan 1–2 mg/kgBB/menit per hari hingga maksimal 14–18 mg/kgBB/menit (termasuk di dalamnya glukosa enteral dan parenteral).[1,2]
Pemberian nutrisi parenteral harus dihentikan dan diganti menjadi nutrisi enteral sedini mungkin ketika pasien sudah dapat menoleransi 60% kebutuhan nutrisi melalui jalur enteral. Nutrisi enteral lebih dipilih daripada parenteral karena jalur parenteral memiliki risiko infeksi dan komplikasi yang lebih tinggi. Komposisi nutrisi parenteral yang direkomendasikan yaitu 20% protein, 65% karbohidrat (dekstrosa), dan 15% lemak.[2]
Koreksi Defisiensi Thiamine
Thiamine dengan dosis 2 mg/kgBB hingga maksimal 100–200 mg/hari bisa diberikan sebelum pemberian makanan atau cairan yang mengandung dekstrosa pada pasien yang berisiko tinggi mengalami RFS. Suplementasi thiamine diberikan selama 5–7 hari atau lebih pada pasien dengan kelaparan berat, alkoholisme kronis, atau risiko tinggi defisiensi thiamine.
Menurut AAP, thiamine dapat diberikan dalam dosis 100–300 mg/hari peroral atau dosis 50–100 mg intravena selama 3 hari sebelum pemberian nutrisi.[1,2]
Koreksi Elektrolit
Waktu terbaik untuk koreksi elektrolit masih menjadi perdebatan. Namun, rekomendasi yang ada menyarankan gangguan elektrolit dikoreksi saat inisiasi nutrisi.
Koreksi Hipofosfatemia:
Tata laksana hipofosfatemia adalah dengan memberikan fosfat 0,3–0,6 mmol/kgBB/hari (peroral) atau 0,08–0,24 mmol/kgBB (IV) selama 6–12 jam. Dosis intravena maksimal dalam satu kali pemberian adalah 15 mmol/kgBB dan maksimal 1,5 mmol/kgBB/hari. Pemeriksaan kadar fosfat dilakukan 2–4 jam setelah koreksi. Dosis rumatan fosfat yaitu 0,3–0,6 mmol/kgBB/hari.[2]
Koreksi Hipomagnesemia:
Dokter bisa memberikan magnesium 25–50 mg/kgBB/dosis (0,2–0,4 mEq/kgBB/dosis). Maksimal dosis tunggal pemberian magnesium adalah 2.000 mg (16 mEq) peroral. Dosis rumatan magnesium adalah sebesar 0,2 mmol/kgBB/hari.[3]
Koreksi Hipokalemia:
Tata laksana hipokalemia adalah dengan memberikan kalium 0,3–0,5 mEq/kgBB/dosis (IV), dengan maksimal dosis tunggal sebesar 30 mEq/dosis (IV). Koreksi dilakukan minimal selama 1 jam. Lalu, periksa ulang kadar kalium 2 jam setelah koreksi. Dosis rumatan pemberian kalium adalah sebesar 1-2 mmol/kgBB/hari.[2]
Pemberian Cairan yang Tidak Berlebihan
Pemberian cairan perlu dilakukan dengan hati-hati karena pasien dengan RFS berisiko mengalami kelebihan cairan. Konsensus mengenai volume cairan yang dianjurkan belum ada, tetapi umumnya cairan disarankan diberikan dalam volume rumatan.[1,2]
Penatalaksanaan Refeeding Syndrome pada Dewasa
Tata laksana refeeding syndrome pada orang dewasa juga perlu mencakup manajemen nutrisi, koreksi elektrolit, koreksi defisiensi thiamine, dan manajemen cairan.
Manajemen Nutrisi
Pemberian kalori dimulai dari 100–150 gram dekstrosa atau 10–20 kkal/kgBB dalam 24 jam pertama, lalu bisa ditingkatkan 33% dari target pencapaian setiap 1–2 hari. Inisiasi atau peningkatan kalori dapat ditunda di kelompok dengan risiko refeeding syndrome sedang sampai berat dengan deplesi elektrolit ringan, sampai kadar elektrolit normal atau sampai pasien sudah diberikan suplementasi elektrolit.
Inisiasi atau peningkatan kalori harus ditunda pada pasien dengan gangguan elektrolit berat dan diberikan setelah kadar elektrolit terkoreksi. Apabila koreksi elektrolit sulit tercapai atau elektrolit mengalami penurunan pada saat inisiasi nutrisi, pemberian kalori dapat diturunkan sebesar 50% dan ditingkatkan 33% dari target setiap 1–2 hari berdasarkan gambaran klinis.[1,3]
Koreksi Elektrolit
Anjuran koreksi elektrolit untuk hipokalemia adalah 2–4 mmol/kgBB/hari, sedangkan untuk hipofosfatemia adalah 0,3–0,6 mmol/kgBB/hari. Untuk kasus hipomagnesemia, anjuran koreksi adalah 0,2 mmol/kgBB/hari secara intravena atau 0,4 mmol/kgBB/hari secara peroral.[3]
Koreksi Defisiensi Thiamine
Suplementasi thiamine dengan dosis 100 mg bisa diberikan pada pasien yang berisiko mengalami RFS sebelum pemberian cairan intravena yang mengandung dekstrosa. Pada pasien yang kelaparan berat, peminum alkohol berat, dan pasien yang berisiko tinggi mengalami defisiensi thiamine, suplementasi dapat diberikan selama 5–7 hari atau lebih.[1,3]
Evaluasi setelah Terapi
Pemantauan elektrolit dapat dilakukan setiap hari khususnya pada 1 minggu pertama perbaikan nutrisi dan tiga kali dalam seminggu pada minggu selanjutnya.[1,3]