Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Refeeding Syndrome general_alomedika 2024-08-26T09:46:02+07:00 2024-08-26T09:46:02+07:00
Refeeding Syndrome
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Refeeding Syndrome

Oleh :
dr. Virly Isella
Share To Social Media:

Prinsip penatalaksanaan kasus refeeding syndrome atau RFS adalah koreksi kelainan elektrolit dan defisiensi thiamine. Inisiasi nutrisi tidak boleh dimulai dengan kalori yang tinggi dan tidak boleh diberikan secara agresif.

Penatalaksanaan dibedakan berdasarkan usia pasien. Contoh pedoman yang sering digunakan adalah pedoman terapi RFS dari American Society of Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN) dan American Academy of Pediatrics (AAP).

Evaluasi sebelum Terapi

RFS sering terjadi pada pasien malnutrisi, pasien gagal tumbuh, dan pasien anoreksia nervosa. Sebelum inisiasi nutrisi, pemeriksaan kalium, magnesium, dan fosfat perlu dilakukan. Pemeriksaan ini dilakukan tiap 12 jam selama 3 hari pertama pada pasien dengan risiko tinggi. Pemantauan dapat dilakukan lebih sering tergantung pada gejala klinis pasien.[1]

Pemantauan lain yang juga diperlukan adalah pemeriksaan tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali selama 24 jam pertama pada pasien dengan risiko RFS. Pemantauan status kardiorespiratori direkomendasikan pada pasien yang tidak stabil atau pada pasien dengan defisiensi berat. Pemantauan lain yang juga diperlukan adalah pencatatan berat badan, intake, dan output harian.[1,3]

Penatalaksanaan Refeeding Syndrome pada Anak

Tata laksana refeeding syndrome perlu mencakup manajemen nutrisi, koreksi elektrolit, koreksi defisiensi thiamine, dan pemberian cairan yang tidak berlebihan.

Manajemen Nutrisi

Menurut AAP, inisiasi nutrisi dimulai dari 50% target pemberian nutrisi. Namun, inisiasi nutrisi pada pasien yang berisiko tinggi perlu dimulai dari 25% target pemberian nutrisi. Peningkatan kalori harus dilakukan dalam waktu 3–7 hari dengan cara menambah jumlah kalori sebesar 10–25% per hari sampai target kalori tercapai

Glucose infusion rate (GIR) dimulai dari 4–6 mg/kgBB/menit dan dapat ditingkatkan 1–2 mg/kgBB/menit per hari hingga maksimal 14–18 mg/kgBB/menit (termasuk di dalamnya glukosa enteral dan parenteral).[1,2]

Pemberian nutrisi parenteral harus dihentikan dan diganti menjadi nutrisi enteral sedini mungkin ketika pasien sudah dapat menoleransi 60% kebutuhan nutrisi melalui jalur enteral. Nutrisi enteral lebih dipilih daripada parenteral karena jalur parenteral memiliki risiko infeksi dan komplikasi yang lebih tinggi. Komposisi nutrisi parenteral yang direkomendasikan yaitu 20% protein, 65% karbohidrat (dekstrosa), dan 15% lemak.[2]

Koreksi Defisiensi Thiamine

Thiamine dengan dosis 2 mg/kgBB hingga maksimal 100–200 mg/hari bisa diberikan sebelum pemberian makanan atau cairan yang mengandung dekstrosa pada pasien yang berisiko tinggi mengalami RFS. Suplementasi thiamine diberikan selama 5–7 hari atau lebih pada pasien dengan kelaparan berat, alkoholisme kronis, atau risiko tinggi defisiensi thiamine.

Menurut AAP, thiamine dapat diberikan dalam dosis 100–300 mg/hari peroral atau dosis 50–100 mg intravena selama 3 hari sebelum pemberian nutrisi.[1,2]

Koreksi Elektrolit

Waktu terbaik untuk koreksi elektrolit masih menjadi perdebatan. Namun, rekomendasi yang ada menyarankan gangguan elektrolit dikoreksi saat inisiasi nutrisi.

Koreksi Hipofosfatemia:

Tata laksana hipofosfatemia adalah dengan memberikan fosfat 0,3–0,6 mmol/kgBB/hari (peroral) atau 0,08–0,24 mmol/kgBB (IV) selama 6–12 jam. Dosis intravena maksimal dalam satu kali pemberian adalah 15 mmol/kgBB dan maksimal 1,5 mmol/kgBB/hari. Pemeriksaan kadar fosfat dilakukan 2–4 jam setelah koreksi. Dosis rumatan fosfat yaitu 0,3–0,6 mmol/kgBB/hari.[2]

Koreksi Hipomagnesemia:

Dokter bisa memberikan magnesium 25–50 mg/kgBB/dosis (0,2–0,4 mEq/kgBB/dosis). Maksimal dosis tunggal pemberian magnesium adalah 2.000 mg (16 mEq) peroral. Dosis rumatan magnesium adalah sebesar 0,2 mmol/kgBB/hari.[3]

Koreksi Hipokalemia:

Tata laksana hipokalemia adalah dengan memberikan kalium 0,3–0,5 mEq/kgBB/dosis (IV), dengan maksimal dosis tunggal sebesar 30 mEq/dosis (IV). Koreksi dilakukan minimal selama 1 jam. Lalu, periksa ulang kadar kalium 2 jam setelah koreksi. Dosis rumatan pemberian kalium adalah sebesar 1-2 mmol/kgBB/hari.[2]

Pemberian Cairan yang Tidak Berlebihan

Pemberian cairan perlu dilakukan dengan hati-hati karena pasien dengan RFS berisiko mengalami kelebihan cairan. Konsensus mengenai volume cairan yang dianjurkan belum ada, tetapi umumnya cairan disarankan diberikan dalam volume rumatan.[1,2]

Penatalaksanaan Refeeding Syndrome pada Dewasa

Tata laksana refeeding syndrome pada orang dewasa juga perlu mencakup manajemen nutrisi, koreksi elektrolit, koreksi defisiensi thiamine, dan manajemen cairan.

Manajemen Nutrisi

Pemberian kalori dimulai dari 100–150 gram dekstrosa atau 10–20 kkal/kgBB dalam 24 jam pertama, lalu bisa ditingkatkan 33% dari target pencapaian setiap 1–2 hari. Inisiasi atau peningkatan kalori dapat ditunda di kelompok dengan risiko refeeding syndrome sedang sampai berat dengan deplesi elektrolit ringan, sampai kadar elektrolit normal atau sampai pasien sudah diberikan suplementasi elektrolit.

Inisiasi atau peningkatan kalori harus ditunda pada pasien dengan gangguan elektrolit berat dan diberikan setelah kadar elektrolit terkoreksi. Apabila koreksi elektrolit sulit tercapai atau elektrolit mengalami penurunan pada saat inisiasi nutrisi, pemberian kalori dapat diturunkan sebesar 50% dan ditingkatkan 33% dari target setiap 1–2 hari berdasarkan gambaran klinis.[1,3]

Koreksi Elektrolit

Anjuran koreksi elektrolit untuk hipokalemia adalah 2–4 mmol/kgBB/hari, sedangkan untuk hipofosfatemia adalah 0,3–0,6 mmol/kgBB/hari. Untuk kasus hipomagnesemia, anjuran koreksi adalah 0,2 mmol/kgBB/hari secara intravena atau 0,4 mmol/kgBB/hari secara peroral.[3]

Koreksi Defisiensi Thiamine

Suplementasi thiamine dengan dosis 100 mg bisa diberikan pada pasien yang berisiko mengalami RFS sebelum pemberian cairan intravena yang mengandung dekstrosa. Pada pasien yang kelaparan berat, peminum alkohol berat, dan pasien yang berisiko tinggi mengalami defisiensi thiamine, suplementasi dapat diberikan selama 5–7 hari atau lebih.[1,3]

Evaluasi setelah Terapi

Pemantauan elektrolit dapat dilakukan setiap hari khususnya pada 1 minggu pertama perbaikan nutrisi dan tiga kali dalam seminggu pada minggu selanjutnya.[1,3]

Referensi

1. Da Silva JS, Seres DS, Sabino K, et al. ASPEN Consensus Recommendations for Refeeding Syndrome. American Society for Parenteral and Enteral Nutrition. Nutrition in Clinical Practice. 2020;35(2):178-195.
2. Pulcini CD, Zettle S, Srinath A. Refeeding Syndrome. American Academy of Pediatrics. Pediatrics in Review. 2016;37(12):516–523. https://doi.org/10.1542/pir.2015-0152
3. Persaud-Sharma D, Saha S. Refeeding Syndrome. StatPearls. 2020.

Diagnosis Refeeding Syndrome
Prognosis Refeeding Syndrome
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas kemarin, 18:00
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas 23 jam yang lalu
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.