Etiologi Refeeding Syndrome
Etiologi refeeding syndrome atau RFS bersifat multifaktorial dan berkaitan dengan pemberian nutrisi secara agresif setelah pasien mengalami periode kekurangan nutrisi selama periode tertentu. Pemberian nutrisi secara agresif pada pasien seperti ini dapat menyebabkan gangguan metabolisme dan keseimbangan elektrolit.
Refeeding syndrome umumnya terjadi dalam 72 jam pertama setelah pemberian nutrisi tinggi energi. Hipofosfatemia merupakan temuan yang paling sering, dengan gangguan lain berupa hipomagnesemia, hipokalemia, dan defisiensi thiamine (vitamin B1).[1-3]
Faktor Risiko
Faktor risiko refeeding syndrome (RFS) sangat bervariasi, misalnya anoreksia nervosa, malnutrisi kronis, gangguan endokrin, dan gangguan saluran pencernaan (pankreatitis kronis, inflammatory bowel disease, dan short bowel syndrome).
Faktor Psikiatrik
Refeeding syndrome lebih berisiko terjadi pada populasi dengan anoreksia nervosa, depresi, adiksi alkohol, dan penggunaan obat-obat terlarang. Pada kasus anoreksia nervosa, malnutrisi disebabkan oleh restriksi energi, sedangkan pada gangguan mental lain, malnutrisi disebabkan oleh efek samping obat-obat, ketidakpedulian terhadap diri sendiri, hilangnya kemampuan untuk menjalani kehidupan sehari-hari, dan kurangnya akses terhadap makanan bernutrisi.[1,2]
Malnutrisi Kronis
Kondisi malnutrisi kronis yang berisiko mengalami RFS adalah failure to thrive (FTT), kwashiorkor, marasmus, puasa ≥5 hari, pasien dengan keganasan, atau pasien yang menjalani diet intensif dalam jangka waktu lama.[4]
Gangguan Endokrin
Kondisi hiperosmolar diabetik dan penggunaan diuretik dalam jangka waktu panjang dapat menjadi faktor risiko refeeding syndrome.[2]
Gangguan Gastrointestinal
Pankreatitis kronis, diare maupun muntah dalam volume signifikan, inflammatory bowel disease, operasi bariatrik, dan short bowel syndrome adalah faktor risiko RFS.[2,4]
Faktor Usia
Refeeding syndrome lebih berisiko terjadi pada orang lanjut usia. Hal ini dikarenakan populasi ini juga berisiko tinggi mengalami malnutrisi yang disebabkan oleh perubahan penghidu dan perasa, hilangnya gigi, dan frailty syndrome. Hal-hal ini menyebabkan penurunan berat badan yang tidak diinginkan. Pada saat perbaikan status malnutrisi, lansia berisiko tinggi untuk mengalami RFS.[4,5]
Neonatus yang berisiko mengalami RFS adalah neonatus dengan KMK (kecil masa kehamilan), riwayat pertumbuhan janin terhambat, prematuritas <28 minggu, berat badan lahir sangat rendah, dan skor berat atau tinggi berdasarkan usia <-2.[1,6]
Klasifikasi Risiko Refeeding Syndrome
Terdapat beberapa klasifikasi yang bisa digunakan untuk menentukan seberapa besar seorang pasien berisiko mengalami RFS. Klasifikasi yang umumnya digunakan adalah klasifikasi berdasarkan American Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN) dan berdasarkan The National Institute for Health and Care Excellence (NICE).
Klasifikasi Risiko Refeeding Syndrome pada Anak Menurut ASPEN
Menurut ASPEN, risiko refeeding syndrome pada anak dapat diklasifikasikan menjadi risiko ringan, risiko moderat, dan risiko signifikan.
Risiko Ringan:
Anak dikatakan berisiko ringan bila mengalami minimal 3 hal dari kriteria berikut:
- Asupan energi atau protein <75% dari kebutuhan yang diperlukan selama 3–5 hari berturut-turut
- Penurunan kadar kalium, fosfat, dan magnesium ≤25% dari batas bawah kadar rujukan
- Komorbiditas penyakit ringan
- Skor-z lingkar lengan atas (LILA) ada di antara -1 s.d -1.9 atau ada kehilangan ringan lemak subkutaneus
- Skor-z untuk weight-for-length (untuk usia 1–24 bulan) atau indeks massa tubuh (untuk usia 2–20 tahun) tampak sebesar -1 s.d -1.9
- Pertambahan berat badan <75% dari yang diharapkan[1]
Risiko Moderat:
Anak dikatakan berisiko moderat bila mengalami minimal 2 hal dari kriteria berikut:
- Asupan energi atau protein <75% dari kebutuhan yang diperlukan selama 5–7 hari berturut-turut
- Penurunan kadar kalium, fosfat, atau magnesium sebesar 25–50% dari batas bawah kadar rujukan
- Komorbiditas penyakit sedang
- Skor-z LILA -2 s.d -2.9 atau lemak subkutaneus hilang dalam jumlah sedang
- Hilangnya massa otot dalam proporsi ringan hingga sedang
- Skor-z untuk weight-for-length (untuk usia 1–24 bulan) atau indeks massa tubuh (untuk usia 2–20 tahun) sebesar -2 s.d -2,9
- Pertambahan berat badan <50% dari yang diharapkan[1]
Risiko Signifikan:
Anak dikatakan berisiko signifikan bila mengalami minimal 1 hal dari kriteria berikut:
- Asupan energi atau protein <75% dari kebutuhan yang diperlukan selama >7 hari berturut-turut
- Penurunan kadar kalium, fosfat, atau magnesium sebesar 25–50% dari batas bawah kadar rujukan
- Komorbiditas penyakit berat
- Skor-z LILA >-3 atau lemak subkutaneus hilang dalam jumlah yang signifikan
- Hilangnya massa otot dalam proporsi besar
- Skor-z untuk weight-for-length (untuk usia 1–24 bulan) atau indeks massa tubuh (untuk usia 2–20 tahun) sebesar ≥-3
- Pertambahan berat badan <25% dari yang diharapkan[1]
Klasifikasi Risiko Refeeding Syndrome pada Orang Dewasa Menurut ASPEN
Menurut ASPEN, risiko refeeding syndrome pada orang dewasa dapat diklasifikasikan menjadi risiko moderat dan risiko signifikan.
Risiko Moderat:
Orang dewasa dikatakan berisiko moderat bila mengalami minimal 2 hal berikut:
- Indeks massa tubuh (IMT) 16–18,5 kg/m2
- Penurunan berat badan 5% dalam waktu 1 bulan
- Tidak adanya asupan oral selama 5–6 hari ATAU asupan <75% dari estimasi kebutuhan energi selama 7 hari pada kondisi sakit atau cedera akut ATAU asupan <75% dari estimasi kebutuhan energi selama >1 bulan
- Kehilangan lemak subkutan atau massa otot dalam jumlah kecil atau sedang
- Adanya komorbiditas penyakit sedang
- Kadar kalium, fosfat, dan magnesium serum normal atau sedikit menurun[1]
Risiko Signifikan:
Orang dewasa dikatakan berisiko signifikan bila mengalami minimal 1 hal berikut:
- Indeks massa tubuh (IMT) <16 kg/m2
- Penurunan berat badan sebesar 7,5% dalam waktu 3 bulan atau >10% dalam waktu 6 bulan
- Tidak adanya asupan oral >7 hari ATAU asupan <50% dari estimasi kebutuhan energi selama >5 hari selama kondisi penyakit atau cedera akut ATAU asupan <50% dari estimasi kebutuhan energi selama >1 bulan
- Kehilangan lemak subkutan atau massa otot dalam jumlah yang besar
- Adanya penyakit komorbid berat
- Kadar fosfat, kalium, dan magnesium dalam serum tampak sangat rendah atau mengalami penurunan sedang, atau dalam beberapa waktu terakhir memerlukan suplementasi dalam jumlah multipel[1]
Klasifikasi Risiko Refeeding Syndrome Menurut NICE
Sistem klasifikasi NICE membedakan risiko refeeding syndrome menjadi risiko minor dan mayor berdasarkan indeks massa tubuh, kehilangan berat badan, dan beberapa parameter lain.
Risiko Minor:
- Indeks massa tubuh (IMT) <18,5 kg/m2
- Kehilangan berat badan >10% dalam waktu 3–6 bulan terakhir
- Asupan nutrisi tidak ada atau minimal selama >5 hari
- Riwayat penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan serta riwayat penggunaan insulin, kemoterapi, antasida, atau diuretik
Risiko Mayor:
- Indeks massa tubuh (IMT) <16 kg/m2
- Kehilangan berat badan >15% dalam waktu 3–6 bulan terakhir
- Asupan makan sedikit atau tidak ada selama >10 hari
- Kadar kalium, fosfat, atau magnesium rendah sebelum pemberian nutrisi[4]