Patofisiologi Tuberkulosis Paru pada Anak
Patofisiologi tuberkulosis paru pada anak dimulai dari pajanan terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis. Droplet nuclei yang terinfeksi dikeluarkan dari orang dengan tuberkulosis paru dan terhirup ke dalam alveoli melalui kontak dekat.
Makrofag alveolar dan sel dendritik merupakan salah satu sel pertama yang mendeteksi dan melakukan fagositosis pada Mycobacterium. Kemudian, akan terjadi aktivasi kaskade sistem imunologi bawaan dan jalur komplemen, stimulasi kemokin, dan produksi sitokin proinflamasi. Kesemuanya akan meningkatkan proses opsonisasi dan fagositosis yang bertujuan untuk eradikasi atau kontrol infeksi. Apabila mekanisme tersebut gagal, maka Mycobacterium dapat menginvasi parenkim paru.
Faktor yang Mempengaruhi Patogenesis Tuberkulosis
Respon imun yang efektif dapat menghilangkan patogen sepenuhnya atau mengendalikan penyakit dalam keadaan non-progresif (laten). Respon inadekuat dapat menyebabkan berkembangnya tuberkulosis paru atau diseminasi ke organ ekstrapulmonal.
Usia dan fungsi sistem imun sangat mempengaruhi progresi dari tuberkulosis. Infant dan anak usia muda paling berisiko mengalami progresi ke penyakit aktif. Faktor lain yang turut mempengaruhi adalah waktu sejak pajanan, banyaknya bakteri saat pajanan, virulensi dari Mycobacterium, adanya imunosupresi (misalnya keganasan atau HIV), kondisi sosioekonomi (malnutrisi atau tinggal di wilayah padat penduduk), serta paparan terhadap polutan atau rokok.[6-8]
5 Fase Evolusi Tuberkulosis pada Anak
Evolusi infeksi Mycobacterium tuberculosis pada anak dapat dibagi menjadi lima fase, yaitu:
- Fase 1: terjadi di minggu ke-3 hingga ke-8 setelah infeksi primer. Muncul gejala awal seperti demam dan eritema nodosum. Uji tuberkulin positif dan kompleks primer dapat terlihat pada rontgen toraks
- Fase 2: terjadi pada bulan pertama hingga bulan ke-3 setelah infeksi primer. Dapat terjadi penyebaran diseminata tersamar selama inkubasi. Tuberkulosis dapat berkembang menjadi milier atau meningitis
- Fase 3: dimulai pada bulan ke-3 hingga ke-7 setelah infeksi primer. Pada fase ini dapat terjadi efusi pleura pada anak di atas 5 tahun, serta penyakit bronkial pada anak di bawah 5 tahun
- Fase 4: pada akhir fase 3 hingga terjadi kalsifikasi dari kompleks primer (1 hingga 3 tahun pasca infeksi primer). Pada fase ini, anak usia kurang dari 5 tahun dapat mengalami tuberkulosis osteoartikuler dan adult-type tuberculosis dapat terjadi pada anak usia sekolah
- Fase 5: dimulai setelah kalsifikasi, terjadi lebih dari 3 tahun setelah infeksi primer. Pada fase ini terjadi reaktivasi dari tuberkulosis paru[6]