Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Epidemiologi Bruxism general_alomedika 2025-04-22T14:50:14+07:00 2025-04-22T14:50:14+07:00
Bruxism
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Epidemiologi Bruxism

Oleh :
Drg. Rifa Astari Gumay
Share To Social Media:

Data epidemiologi menunjukkan bahwa bruxism dapat terjadi pada semua usia, tetapi lebih banyak pada usia muda dan berkurang seiring penuaan. Survei berbasis populasi di Belanda menunjukkan bahwa bruxism lebih banyak ditemukan pada wanita. Di Indonesia sendiri masih belum ada data yang jelas terkait epidemiologi bruxism.

Bruxism tidak terkait secara langsung dengan mortalitas. Namun, kondisi ini bisa menyebabkan gangguan kualitas hidup, misalnya akibat keluhan nyeri pada rahang.[1,11]

Global

Sebuah survei epidemiologi pada orang dewasa di Belanda menunjukkan bahwa awake bruxism lebih jarang ditemukan dibandingkan sleep bruxism. Studi ini menunjukkan prevalensi awake bruxism sebesar 5% dari total populasi, sedangkan sleep bruxism sebesar 16,5%. Awake bruxism dan sleep bruxism ditemukan paling banyak pada kelompok usia 35-44 tahun. Studi ini melaporkan bruxism lebih banyak didapatkan pada wanita dibandingkan pria.[11]

Pada anak-anak, bruxism dilaporkan dapat muncul pada saat gigi pertama erupsi. Di Amerika Serikat, prevalensi bruxism dilaporkan paling tinggi pada keturunan Asia-Amerika jika dibandingkan dengan kelompok etnis lainnya.[1]

Indonesia

Di Indonesia belum ada data epidemiologi pasti mengenai kasus bruxism.

Mortalitas

Bruxism tidak berhubungan langsung dengan mortalitas. Kondisi ini juga jarang menimbulkan morbiditas bermakna, serta dapat hilang sendiri seiring pertambahan usia.

Kualitas hidup pasien dapat terganggu jika bruxism tidak ditanggulangi dengan baik. Selain itu, pasien dapat mengalami komplikasi seperti keausan gigi, fraktur cusp gigi, resesi gingiva, hipersensitivitas gigi, kegoyangan gigi, fraktur restorasi, nyeri otot mastikasi, kelainan sendi temporomandibula, nyeri kepala berkepanjangan, nyeri leher, gangguan tidur seperti insomnia, dan depresi.[2-5]

Referensi

1. Gerstner GE. Sleep-related Bruxism (Tooth Grinding). UpToDate, 2020. https://www.uptodate.com/contents/sleep-related-bruxism-tooth grinding#H2564351055
2. Kanathila H, Pangi A, et al. Diagnosis and Treatment of Bruxism: Concepts From Past to Present. International J Applied Dent Scien. 2018; 4(1). 290-295
3. Manfredini D, Colona A, et al. Bruxism: A Summary of Current Knowledge on Aetiology, Assessment and Management. Oral Surgery. 2020. 358-370. doi:10.1111/ors.1245
4. Shetty S, Pitti V, et al. Bruxism : A Literature Review. J Indian Prosthodontic Soc. 2010; 10(3). 141-148. DOI 10.1007/s13191-011-0041-5
5. Wendari S, et al. Bruksisma. Dentofasial. 2011; 10(3). 184-189
11. Wetselaar P, Vermaire EJH, Lobbezoo F, Schuller AA. The prevalence of awake bruxism and sleep bruxism in the Dutch adult population. J Oral Rehabil. 2019;46(7):617-623. doi:10.1111/joor.12787

Etiologi Bruxism
Diagnosis Bruxism
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 03 November 2022, 12:46
Cara mencegah bruxism pada anak - Kedokteran Gigi Anak Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dok, apa saja ya cara untuk mencegah bruxism pada anak? Terima kasih banyak Dok

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.