Patofisiologi Bruxism
Patofisiologi bruxism sering dikaitkan dengan stres psikologis. Pasien dengan bruxism dilaporkan cenderung mengalami depresi, ansietas, dan ideasi paranoid dibandingkan mereka yang tidak mengalami bruxism.[8]
Patofisiologi Sleep Bruxism
Sleep bruxism dimediasi oleh fenomena microarousal saat tidur dan aktivasi dari sistem saraf otonom. Hampir seluruh episode bruxism terjadi saat microarousal sewaktu tidur dan diikuti oleh pola aktivitas autonom. Sebelum episode bruxism, terjadi peningkatan frekuensi cepat aktivitas kortikal EEG (elektroensefalografi), denyut jantung, aktivitas otot rahang dan orofaringeal, serta peningkatan aktivitas pernapasan.
Peningkatan rhythmic masticatory muscle activity (RMMA) pada otot rahang menghasilkan aktivitas menggertakan gigi (tooth grinding). Episode bruxism umumnya terjadi pada periode singkat microarousal 3‒15 detik. Hampir 80% episode bruxism terjadi sewaktu tidur berhubungan dengan microarousal.[1,5]
Patofisiologi Awake Bruxism
Patofisiologi awake bruxism belum dimengerti secara jelas. Kondisi ini sering dikaitkan dengan gangguan tic atau gerakan parafungsional yang diyakini berhubungan dengan stres psikologis. Awake bruxism perlu dibedakan dari aktivitas orofasial normal seperti mengunyah, menelan, dan berbicara secara fungsional. Pada awake bruxism, aktivitas oromandibular atau lingual yang terjadi tidak memiliki tujuan fungsional khusus.[3,4,9]