Penatalaksanaan Bruxism
Saat ini, tidak ada penatalaksanaan yang efektif untuk menghilangkan bruxism secara permanen. Oleh karena itu, pendekatan terapeutik diarahkan pada upaya untuk mencegah kerusakan dan untuk mengobati efek patologis bruxism pada struktur sistem pengunyahan.
Penatalaksanaan bruxism bertujuan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan faktor penyebab bruxism, mengubah perilaku, dan memperbaiki kerusakan yang terjadi akibat bruxism. Perlu dicatat bahwa bruxism jarang memiliki signifikansi klinis, sehingga intervensi jarang diperlukan dan gejala akan menghilang seiring bertambahnya usia pada kebanyakan kasus. Dokter sebisa mungkin perlu menghindari overtreatment.[7]
Terapi Oklusal
Occlusal splint merupakan lini pertama dalam upaya pencegahan terjadinya keausan gigi akibat bruxism. Alat ini menutupi semua permukaan gigi maksila atau mandibula, tapi lebih sering digunakan pada maksila.
Occlusal splint berfungsi untuk mencegah keausan gigi, cedera, dan mengurangi aktivitas clenching saat malam hari. Jenis splint terbagi menjadi hard splint dan soft splint. Penggunaan hard splint lebih direkomendasikan dan telah terbukti efektif dalam mengurangi aktivitas bruxism.[2,4,13,17]
Perawatan Orthodontik
Perawatan orthodontik juga menjadi salah satu pilihan perawatan bruxism. Hal ini dikarenakan adanya pendapat yang menduga maloklusi dapat menyebabkan bruxism. Namun, terapi orthodontik dalam perawatan bruxism masih bersifat kontroversial di kalangan praktisi dan peneliti.[2,4,13,17]
Perawatan Restorasi
Bruxism dapat menyebabkan atrisi gigi. Jika atrisi gigi yang terjadi berat dan menyebabkan tereksposnya dentin atau hingga tanduk pulpa, maka terapi endodontik, pembuatan mahkota penuh, atau restorasi komposit perlu dilakukan untuk mengembalikan fungsi dan dimensi vertikal.[13,17]
Psikoterapi
Bruxism sering dikaitkan dengan stres. Psikoanalisis, hipnosis, meditasi, sleep hygiene, dan teknik relaksasi diduga dapat bermanfaat dalam penatalaksanaan bruxism.
Pendekatan psikoterapi pada pasien bruxism dilakukan untuk menumbuhkan rasa ketenangan, mengurangi stres, serta meningkatkan kepercayaan dan kontrol diri. Penatalaksanaan biasanya dimulai dengan melakukan konseling pada pasien. Konseling dapat mengurangi ketegangan dan menimbulkan kesadaran akan kebiasaan buruk parafungsional yang dimiliki.
Terapi fisik dan terapi relaksasi juga direkomendasikan jika bruxism berkaitan dengan nyeri dan kaku otot.[2,4,13,17]
Biofeedback
Teknik ini menggunakan electromyography (EMG) yang akan memberikan gambaran hiperaktivitas otot sebagai umpan balik untuk pasien agar mengubah perilakunya. Setiap kali otot pengunyah tegang, alarm EMG aktif sebagai tanda adanya clenching, sehingga pasien harus merelaksasikan kembali otot-ototnya.[2,4,13,17]
Terapi Farmakologi
Penggunaan obat-obatan sebagai penatalaksanaan bruxism hanya dilakukan untuk jangka pendek saja dan pada kasus yang berat dimana occlusal appliances dan pendekatan psikologis tidak memberikan hasil yang baik. Terapi farmakologi dapat meliputi agen antiansietas, sedatif, dan relaksan otot.
Obat-obatan seperti diazepam dapat diresepkan selama beberapa hari untuk menangani gangguan tidur dan kecemasan pasien.
Toksin botulinum merupakan neurotoksin yang bekerja dengan menghambat produksi asetilkolin dan memblokir saluran kalsium pada ujung saraf, serta menghambat kontraksi otot. Injeksi toksin botulinum pada otot masseter dan temporal dilaporkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien bruxism. Selain itu, dosis dibawah 100 IU memiliki kemungkinan efek samping yang rendah. Dalam sebuah penelitian, suntikan toksin botulinum selama 20 minggu terbukti mengurangi aktivitas bruxism dan amplitudo kontraksi otot.[2,4,13,16,17]