Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Diastema annisa-meidina 2024-02-21T14:14:12+07:00 2024-02-21T14:14:12+07:00
Diastema
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Diastema

Oleh :
drg.Dewi Hestiara Safitri
Share To Social Media:

Diagnosis diastema dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis gigi berupa penilaian visual adanya celah antar gigi dan pengukuran celah tersebut. Dokter gigi juga harus melakukan evaluasi apakah diastema disertai kondisi lain, seperti kelainan periodontal atau bentuk rahang yang tidak normal.[7,8]

Diagnosis juga berupaya untuk bisa mengidentifikasi etiologi, keparahan, dan rencana penanganan yang sesuai. Dengan memahami aspek penegakan diagnosis secara menyeluruh, dokter gigi dapat menyusun rencana perawatan yang personal.[7,8]

Anamnesis

Anamnesis meliputi keluhan utama yang umumnya berupa keluhan estetika akibat adanya gigi bercelah di anterior. Bila terjadi diastemata, biasanya tanda dan gejala yang dialami pasien adalah seringnya sisa makanan terselip di celah gigi tersebut. Dokter gigi juga perlu menanyakan riwayat kesehatan dental, riwayat kesehatan umum, dan riwayat kebiasaan sehari-hari. Dokter harus menggali kebiasaan buruk yang berkaitan, misalnya menghisap ibu jari atau minum dari dot dalam jangka lama.[7,8]

Pemeriksaan Fisik

Langkah pertama dalam mendiagnosis diastema adalah pemeriksaan klinis oleh dokter gigi. Pemeriksaan ini mencakup penilaian visual terhadap posisi gigi dan pengukuran celah proksimal antara dua gigi. Dokter gigi juga harus melakukan evaluasi apakah diastema disertai dengan kondisi lain, seperti kelainan periodontal atau bentuk rahang yang tidak normal, seperti makrognathia.[7,8]

Para klinisi biasanya menggunakan metode langsung di bawah cahaya alami, biasanya ditunjang dengan gauge atau penggaris yang dapat mengukur jarak antar proksimal gigi untuk menegakkan diagnosis diastema. Dokter gigi juga harus memeriksa apakah ada supernumerary teeth (terutama mikrodontia) atau kurangnya jumlah gigi (agenesia, hipodontia, atau oligodontia) sebagai potensi etiologi terjadinya diastema.[7,8]

Pada pemeriksaan fisik kasus midline diastema, dokter gigi melakukan blanching test untuk melihat ada tidaknya frenulum labialis letak tinggi yang bisa menjadi etiologi.[7,8]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding diastema dapat berupa ugly duckling stage, missing tooth, peripheral ossifying fibroma, dan Ellis-Van Creveld syndrome.[7,8]

Ugly Duckling Stage

Ugly duckling stage sering disebut sebagai diastema fisiologis. Kondisi ini ditemukan pada 98% anak-anak berusia 6 tahun, 49% usia 11 tahun, dan 7% pada remaja usia 12-18 tahun. Kondisi ini merupakan kondisi fisiologis dan normal, karena ruangan yang tersedia akan digunakan oleh gigi geligi lain yang sedang atau akan erupsi.[7,8]

Missing Tooth

Hilangnya gigi, misalnya akibat karies atau trauma, dapat juga menyebabkan celah antar gigi. Namun, kondisi ini sering kali tidak diasosiasikan dengan diastema.[7,8]

Peripheral Ossifying Fibroma (POF)

POF adalah lesi gingiva yang bersifat jinak dan tumbuh dari jaringan lunak di sekitar gigi. POF sering kali muncul sebagai tonjolan yang tampak pada gingiva dan dapat berkembang cepat. Pertumbuhan ini akan menyebabkan migrasi gigi geligi, sehingga tampak adanya gigi geligi yang bercelah.[7,8]

Ellis-Van Creveld Syndrome (EVC)

EVC adalah kelainan genetik langka yang bersifat autosomal resesif, yaitu gejalanya muncul hanya jika seseorang mewarisi dua salinan gen yang bermutasi, masing-masing satu dari Ayah dan Ibu. Salah satu manifestasi dari sindrom EVC adalah hipodontia atau oligodontia.[7,8]

Chondrosarcoma

Chondrosarcoma adalah jenis kanker tulang yang berasal dari jaringan rawan. Jika kondisi ini terjadi di rongga mulut, maka gejala awalnya adalah timbulnya diastemata pada gigi geligi.[7,8]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis diastema atau diastemata adalah pencitraan panoramik ataupun CBCT (cone beam computed tomography). Pemeriksaan radiografis ini mampu mendapatkan gambaran yang lebih rinci dan detail tentang struktur tulang alveolar dan akar gigi. Hal ini akan membantu dokter gigi dalam menilai hubungan antara gigi dan kondisi tulang di sekitarnya.[7,8]

Selain itu, dengan bantuan pencitraan, dokter gigi juga dapat mengevaluasi apakah ada gigi terpendam (embedded) atau tidak dan melihat apakah ada agenesia, hipodontia, atau oligodontia yang menyebabkan diastemata.[7,8]

Selain itu, jika dokter gigi menemukan diastemata anterior, dokter gigi dapat melakukan beberapa pemeriksaan seperti metode Altmann atau tes Butterfly untuk melihat adanya nasal airflow condensation yang menyebabkan pasien bernapas melalui mulut.[7,8]

Referensi

7. Gkantidis N, et al. Differential Diagnosis and Combined Treatment of Maxillary Midline Diastema Caused by Labial Fraenum and/or Intermaxillary Suture. Balk J Stoma. 2008.
8. Milian R, Lefrançois E, Radzikowski A, Morice S, Desclos-Theveniau M. Pre-orthodontic restorative treatment of microdontia diastema teeth using composite injection technique with a digital workflow-Case report. Heliyon. 2023 Apr 28;9(5):e15843. doi: 10.1016/j.heliyon.2023.e15843.

Epidemiologi Diastema
Penatalaksanaan Diastema
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas kemarin, 18:00
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas kemarin, 18:49
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.