Patofisiologi Diastema
Patofisiologi diastema dental melibatkan ketidaksempurnaan susunan gigi yang dapat disebabkan oleh pertumbuhan gigi yang tidak proporsional, ketidakseimbangan otot rahang, dan ketidaksesuaian ukuran gigi dengan lebar rahang. Patofisiologi juga dapat melibatkan frenulum labialis letak tinggi dan prolonged retention gigi decidui.[1,3]
Pertumbuhan Gigi yang Tidak Proporsional
Salah satu faktor utama dalam patofisiologi diastema adalah pertumbuhan gigi yang tidak proporsional. Hal ini dapat terjadi ketika gigi-gigi mengalami pertumbuhan yang tidak seimbang, baik dalam hal ukuran maupun bentuk. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh genetik.[1,3]
Contoh pertumbuhan gigi yang tidak proporsional adalah adanya gigi mikrodontia yang tumbuh di dalam rahang normal atau gigi normal yang tumbuh di rahang makrognathia. Hal tersebut menyebabkan lebarnya celah antar gigi yang menuntun kepada terjadinya diastema atau diastemata.[1,3]
Contoh lain dari pertumbuhan gigi tidak proporsional adalah proklinasi gigi anterior. Ketika gigi geligi anterior memiliki proklinasi yang lebih besar dibanding angka normal, jarak antar gigi akan melebar, sehingga dapat menyebabkan diastemata gigi anterior. Proklinasi gigi abnormal ini dapat disebabkan salah satunya oleh kebiasaan buruk tongue thrusting atau menjulur-julurkan lidah ke depan.[1,3]
Anomali Gigi
Kelainan jumlah gigi dapat menyebabkan diastemata, terutama kurangnya jumlah gigi dari jumlah yang seharusnya. Contohnya adalah agenesia (tidak adanya benih gigi), hipodontia (ketiadaan benih gigi antara 1-6 buah), dan oligodontia (ketiadaan benih gigi >6 buah).[1,3]
Selain itu, gigi terpendam atau embedded, terutama gigi incisivus lateralis, kaninus, atau premolar, juga dapat menyebabkan terjadinya diastemata. Dengan adanya gigi impaksi tersebut, ruangan antar gigi akan melebar dan menyebabkan diastemata.[1,3]
Fusi juga berpotensi menyebabkan celah di antara gigi lainnya. Hal ini dapat terjadi karena gigi yang mengalami fusi adalah dua gigi yang bergabung menjadi satu, sehingga menyebabkan jarak antar proksimal gigi lain menjadi lebih besar. Kemudian, anomali gigi mikrodontia (peg shape), terutama yang terjadi pada gigi incisivus lateral, juga dapat menyebabkan diastemata karena meningkatnya ruang antar gigi.[1,3]
Frenulum Labialis Letak Tinggi
Dari seluruh jenis diastema yang dapat terjadi di rongga mulut, midline diastema yang terjadi di antara dua gigi incisivus sentral merupakan jenis diastema yang paling sering dikeluhkan oleh pasien. Hal ini karena posisi tersebut sangat berkaitan dengan estetika.
Midline diastema sering terjadi akibat frenulum labialis (jaringan yang menghubungkan bibir dengan gusi) yang berukuran besar, sehingga menyebabkan frenulum labialis letak tinggi dan jaringan keratin yang kurang melekat.[1,3]
Hal-hal tersebut akan membuat resistansi gigi terhadap resesi atau dorongan lidah berkurang, sehingga dapat dengan mudah menciptakan celah antara dua gigi tersebut ketika ada force dari lidah.[1,3]
Prolonged Retention
Diastema dental juga dapat diakibatkan oleh kegagalan gigi decidui untuk tanggal pada waktunya (prolonged retention). Jika gigi decidui tidak tanggal sebagaimana mestinya, gigi permanen yang akan erupsi kemudian tidak dapat menempati posisi yang tepat, sehingga menciptakan ruangan ekstra di rahang. Hal ini dapat memicu terjadinya diastema atau diastemata.[1,3]
Ketidakseimbangan Otot Rahang
Aspek patofisiologi lainnya adalah ketidakseimbangan otot rahang. Otot-otot yang tidak seimbang dalam menopang dan menjaga gigi dapat menyebabkan pergeseran gigi ke arah tertentu, menciptakan celah antar gigi. Ketidakseimbangan ini dapat disebabkan oleh faktor genetik, cedera, atau kebiasaan mastikasi yang tidak tepat.[1,3]
Penyakit Periodontal
Periodontitis juga dapat menyebabkan diastema atau diastemata. Periodontitis akan menyebabkan terjadinya resorbsi tulang alveolar yang menopang gigi geligi, sehingga gigi akan tanggal. Saat gigi tanggal, terbentuk diastema atau diastemata. Selain itu, periodontitis juga dapat menyebabkan terjadinya migrasi gigi ke area yang tidak seharusnya. Hal ini juga dapat memicu terjadinya diastema atau diastemata.[1,3]
Mesiodens
Mesioden adalah supernumerary teeth yang muncul antara dua gigi incisivus sentralis rahang atas. Mesiodens dapat menekan kedua gigi incisivus sentralis sehingga kedua gigi saling menjauh dan menyebabkan celah. Selain itu, saat gigi mesiodens diekstraksi tetapi tidak diberikan perawatan lanjutan, terjadi diastema sentral.[1,3]
Skeletal Discrepancy
Selain pertumbuhan gigi yang tidak proporsional, pertumbuhan rahang yang tidak proporsional juga dapat menyebabkan diastema. Contohnya adalah pada kondisi ANB (A point, nasion, B point) >4o, di mana biasanya korelasi antar rahang adalah maloklusi kelas II Angle, sehingga kondisi rahang adalah prognathia (majunya rahang atas). Pada kondisi ini, gigi pada rahang atas akan memiliki lebih banyak ruang untuk ditutupi, sehingga meninggalkan celah di antara gigi geligi.[1,3]