Etiologi Diastema
Etiologi diastema yang paling banyak ditemui adalah supernumerary teeth, lalu diikuti dengan frenulum labialis letak tinggi dan kebiasaan bernapas melalui mulut sejak masa kanak-kanak. Etiologi lain yang sering dikaitkan dengan diastema adalah faktor genetik, pertumbuhan gigi yang tidak proporsional, prolonged retention, penyakit periodontal, kebiasaan buruk tertentu, gigi terpendam, dan anomali gigi.[1,3]
Supernumerary Teeth
Suatu penelitian di Korea melaporkan bahwa supernumerary teeth merupakan salah satu penyebab diastema tertinggi, baik itu supernumerary teeth yang mengalami impaksi atau yang berada di antara dua incisivus sentralis rahang atas (mesiodens). Penelitian ini melaporkan bahwa supernumerary teeth yang impaksi ditemukan pada 17,8% kasus diastema, sedangkan mesiodens ditemukan pada 11,9% kasus diastema sentral.[1,3]
Di India, ada laporan bahwa mesiodens juga merupakan salah satu etiologi tertinggi untuk terjadinya diastema. Diastema sentral dilaporkan berkaitan erat dengan angka kejadian mesiodens. Pada penelitian ini, 8,54% supernumerary teeth diasosiasikan dengan diastemata secara keseluruhan. Secara khusus, 22,2% kasus diastema sentral diasosiasikan dengan mesiodens.[1,3]
Lebih lanjut, penelitian lain menyebutkan bahwa dari seluruh sampel yang terdiagnosa dengan mesiodens, 59,2% di antaranya mengalami midline diastema.[1,3]
Frenulum Labialis Letak Tinggi
Frenulum labialis letak tinggi merupakan salah satu etiologi diastema yang paling sering ditemukan. Suatu penelitian di Kanada melaporkan bahwa kasus diastema sentralis ditemukan lebih besar (dalam mm) pada usia yang lebih muda (7–11 bulan), berkurang hingga usia 4 tahun, tetapi kembali membesar hingga usia 5–6 tahun. Di Jepang, frenektomi biasa dilakukan pada usia 6 tahun dengan mempertimbangkan prognosis perawatan.[1,3]
Penelitian lain di Kanada mengungkapkan bahwa ada hubungan erat antara midline diastema dengan frenulum labialis letak tinggi. Dari 1.200 anak yang diamati pada penelitian tersebut, 52,6% memiliki frenulum letak tinggi ringan hingga sedang dengan rincian: 64% mengalami diastema ringan, sedangkan sisanya mengalami diastema sedang dan berat. Sekitar 47,4% lainnya memiliki persistent tectolabial frenulum, dan 66,6% di antaranya menderita midline diastema parah.[1,3]
Bernapas Lewat Mulut
Bernapas lewat mulut sering dikaitkan dengan kondisi nasal airflow condensation, yaitu kondisi obstruksi jalan napas yang membuat seseorang bernapas melalui mulut dan bukan melalui hidung. Penelitian di Kanada mengungkapkan bahwa 66,4% dari seluruh penderita midline diastema memiliki nasal airflow condensation yang membuatnya bernapas melalui mulut.[1,3]
Suatu penelitian cross-sectional di Brazil melaporkan bahwa anak dengan kebiasaan bernapas melalui mulut memiliki risiko diastemata 2,43 lebih besar dibanding anak-anak yang bernapas secara normal melalui hidung.[1,3]
Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko terjadinya diastema adalah:
- Kebiasaan menghisap ibu jari atau menggunakan dot dalam waktu lama
- Kebiasaan bernapas melalui mulut
- Kebiasaan tongue thrusting atau menjulur-julurkan lidah ke depan
- Penyakit periodontal, misalnya periodontitis
- Anomali pertumbuhan gigi
Prolonged retention dari gigi decidui[1,3]