Epidemiologi Diastema
Menurut data epidemiologi, prevalensi diastema berkisar antara 1,6–25,4% di seluruh dunia. Selain karena pengaruh ras, faktor demografis seperti kebiasaan masyarakat terhadap perawatan gigi juga dapat memainkan peran dalam kejadian diastema.[4-6]
Global
Prevalensi diastema bervariasi antar negara tetapi angkanya berkisar antara 1,6–25,4% secara global. Beberapa penelitian menunjukkan perbedaan prevalensi yang signifikan antar ras. Prevalensi midline diastema di rahang atas tergolong tinggi pada keturunan Afrika, tetapi cenderung rendah pada keturunan Eropa dan Asia.[4-6]
Prevalensi midline diastema dilaporkan sangat tinggi pada anak-anak, tetapi kemudian menurun secara signifikan antara usia 9-11 tahun. Namun, terjadi peningkatan kembali di sekitar usia 15 tahun. Penelitian yang dilakukan di Kanada mengemukakan bahwa dari 1.200 anak-anak berusia 3–12 tahun, 501 diantaranya (41,75%) memiliki midline diastema >0,5 mm.[4-6]
Di Korea, Jung YH, et al. melakukan penelitian pada 193 anak usia 4–12 tahun. Dari penelitian ini ditemukan bahwa 17,8% subjek memiliki supernumerary teeth yang berhubungan dengan diastemata anterior. Hasil ini diperkaya oleh Kim, et al. yang menemukan bahwa pada 293 kasus mesiodens, sebanyak 11,9% mengalami midline diastema.[4-6]
Penelitian di India juga menunjukkan bahwa anak dengan mesiodens akan berisiko mengalami midline diastema. Penelitian lain di Arab Saudi melaporkan bahwa midline diastema memiliki prevalensi paling tinggi dari diastema lain. Sementara itu, penelitian lain di Irak telah melaporkan prevalensi midline diastema berdasarkan usia, yaitu 55,8% pada kelompok usia ≥30 tahun, 37,7% pada kelompok usia <15 tahun, dan 6,5% pada kelompok usia 15-29 tahun.[4-6]
Indonesia
Data tentang prevalensi diastema di Indonesia masih terbatas. Data saat ini berasal dari studi-studi terpisah di beberapa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Studi epidemiologi nasional masih diperlukan untuk mengetahui prevalensi dan insiden diastema di Indonesia yang sesungguhnya.[4,5]
Mortalitas
Diastema dan diastemata umumnya tidak menimbulkan mortalitas. Namun, bila parah, kondisi ini dapat menyebabkan gangguan fungsional seperti mastikasi atau bicara dan dapat menyebabkan komplikasi seperti temporomandibular joint disorder. Pasien juga dapat mengalami gangguan psikologis akibat masalah estetik.[1,3]