Epidemiologi Epulis
Data epidemiologi menunjukkan bahwa epulis lebih sering dialami oleh individu berusia 20 tahunan. Epulis juga lebih banyak ditemukan pada wanita.[8]
Global
Epulis dilaporkan lebih banyak terjadi pada usia 20 tahunan pada wanita, karena kadar hormon wanita seperti estrogen dan progesteron mudah berubah pada tahap ini.[8]
Dua jenis epulis, yaitu epulis gigantoseluler dan epulis kongenital, hanya ditemukan pada bayi hingga anak-anak. Epulis kongenital merupakan kondisi yang langka dengan insidensi diperkirakan sebesar 0,0006% secara global.
Prevalensi epulis fibromatosa secara global diperkirakan sekitar 0,09%. Epulis fibromatosa juga lebih banyak menyerang perempuan dibandingkan laki-laki. Lokasi paling sering ditemukannya epulis fibromatosa adalah di interdental papilla anterior maksilaris.
Jenis epulis lainnya, yaitu epulis fissuratum, dilaporkan paling banyak ditemui pada pasien paruh baya hingga lansia. Hal ini berbanding lurus dengan lama penggunaan gigi tiruan. Semakin lama gigi tiruan dipakai, maka risiko untuk menyebabkan iritasi juga semakin tinggi. Lokasi paling sering ditemukannya epulis fissuratum adalah di sulkus labial mandibula.[1,3,12]
Indonesia
Di Indonesia, jarang ditemukan laporan yang mengemukakan angka kejadian epulis.
Mortalitas
Epulis merupakan tumor jinak yang sangat jarang menyebabkan kematian. Meski begitu, epulis kongenital bisa berkembang menjadi sangat besar dan menyebabkan gangguan napas atau makan pada bayi.[9,11]