Patofisiologi Halitosis
Patofisiologi halitosis yang diterima secara luas adalah akibat adanya pembentukan gas volatile sulfur compounds (VSCs) yang disebabkan oleh interaksi antara bakteri dengan protein di dalam rongga mulut yang dihasilkan oleh putrefaksi sisa makanan, deskuamasi sel-sel epitel, saliva, dan darah. VSCs ini terdiri dari hidrogen sulfida (H2S), metil merkaptan (CH3SH), dan dimetil sulfida (C2H6S).[2,4]
Bersamaan dengan pembentukan gas VSCs, terjadi pula pembentukan diamina dan asam lemak rantai pendek yang disebabkan oleh penguraian asam amino (sistein, sistin, metionin, triptopan, dan lisin) oleh enzim mikroba.[2-4]
Bakteri yang dilaporkan paling banyak berkaitan dengan halitosis ini adalah bakteri proteolitik, anaerobik, gram negatif, dan tidak dikaitkan dengan spesies bakteri lain penyebab infeksi. Bakteri-bakteri jenis ini sering hidup dan berkembang biak pada karies, poket periodontal, celah interdental, dan dorsum lidah.[1-5]
Contoh spesies-spesies bakteri gram negatif yang berkaitan dengan halitosis adalah Aggregatibacter actinomycetemcomitans, Actinomyces, Atopobium parvulum, Campylobacter rectus, Desulfovibrio, Eikenella corrodens, Eubacterium sulci, Fusobacterium nucleatum, Peptostreptococcus micros, Porphyromonas endodontalis, Porphyromonas gingivalis, Prevotella intermedia, Treponema denticola, Veilonella sp, dan Vibrio sp. Satu-satunya bakteri gram positif yang dikaitkan dengan halitosis adalah Stomatococcus mucilaginous.[3,5]
Kondisi Fisiologis Oral
Halitosis juga dapat disebabkan oleh kondisi fisiologis rongga mulut, khususnya terjadi pada malam hari saat tidur. Pada saat ini, terjadi penurunan produksi saliva yang menyebabkan bakteri penghasil VSCs menjadi lebih aktif. Dengan demikian, halitosis sering terjadi pada saat bangun tidur atau biasa disebut dengan morning breath. Namun, kondisi ini tidak permanen dan halitosis akan hilang sendirinya setelah sarapan, berkumur dengan air, dan menyikat gigi.[1,2]
Kondisi Patologis Oral
Kondisi patologis rongga mulut dapat menginisiasi timbulnya halitosis. Contohnya adalah penyakit periodontal, inflamasi peri-implan, karies profunda, nekrosis pulpa terbuka, perikoronitis, lesi-lesi mukosa mulut, food impaction dan food retention, restorasi gigi yang kurang baik, gigi tiruan yang tidak terawat dengan baik, dan xerostomia.[1,2]
Penulisan pertama oleh: drg. Fiesta Ellyzha Eka Hendraputri