Penatalaksanaan Hiperkalemia
Penatalaksanaan hiperkalemia meliputi menangani abnormalitas konduksi jantung, meregulasi perpindahan kalium ekstrasel ke intrasel, dan menginduksi ekskresi dari kalium.
Penanganan Gangguan Konduksi Jantung
Antagonisme kelainan konduksi jantung dapat dicapai dengan pemberian kalsium. Kalsium dapat diberikan dalam larutan kalsium glukonat atau kalsium klorida. Berikan 10 ml dari larutan 10% melalui rute intravena (IV) selama 2–3 menit. Onset terapi umumnya dicapai dalam 5 menit, dengan durasi efek kerja 30–60 menit. Terapi dapat diulangi 5 menit kemudian sesuai kebutuhan, terkadang diperlukan infus kalsium berkelanjutan.[5,6]
Akses vena besar direkomendasikan untuk administrasi kalsium konsentrat, terutama kalsium klorida, karena obat ini dapat mengiritasi vena. Kalsium tidak boleh diberikan bersamaan dengan larutan yang mengandung bikarbonat karena akan terjadi presipitasi.
Tujuan terapi ini adalah untuk menaikkan ambang batas depolarisasi, serta memulihkan perbedaan potensi istirahat dan potensi ambang batas normal.
Kalsium intravena tidak menurunkan kadar kalium serum, tetapi terapi ini diperlukan jika ada perubahan EKG akibat hiperkalemia untuk mencegah aritmia.[5,6]
Regulasi Perpindahan Kalium Ekstrasel ke Intrasel
Regulasi perpindahan kalium ekstrasel ke intrasel dicapai dengan pemberian insulin, beta 2 agonis, maupun natrium bikarbonat.
Insulin
Insulin menurunkan kadar kalium dengan meningkatkan aktivitas Na-K-ATPase. Glukosa juga diberikan bersamaan dengan insulin untuk mencegah hipoglikemia. Insulin dapat diberikan secara bolus dengan dosis 10 IU bersamaan dengan administrasi glukosa 25 gram (50 ml dextrose 50%).
Onset terapi 15–30 menit dengan durasi kerja 2–6 jam. Glukosa hanya diberikan pada pasien dengan kadar glukosa darah <250 mg/dl.[2,20]
Beta 2 Agonis
Beta 2 agonis, seperti salbutamol, dapat diberikan. Kadar kalium dapat menurun 0,3–0,6 mmol/L dalam 30 menit. Tidak didapatkan perbedaan hasil jika diberikan melalui rute administrasi manapun. Dosis 10–20 mg dapat diberikan secara inhalasi selama 15 menit.[20,21]
Natrium Bikarbonat
Natrium bikarbonat mendistribusikan kalium ke dalam sel. Walaupun demikian, kegunaannya masih kontroversial. Natrium bikarbonat dapat diberikan jika terdapat kondisi asidosis metabolik. Dosis yang dapat digunakan adalah 150 mEq dalam 3–4 jam.[6,22]
Induksi Ekskresi Kalium
Ekskresi kalium dapat dicapai melalui terapi medikamentosa atau intervensi hemodialisis. Medikamentosa yang dapat digunakan adalah furosemide 40–80 mg secara intravena (IV), dapat diberikan secara bolus atau infus kontinyu. Furosemide diberikan jika pasien memiliki fungsi ginjal yang normal atau gangguan ginjal dalam batas ringan.
Agen baru seperti patiromer dan natrium zirkonium siklosilikat telah dikembangkan untuk meningkatkan eliminasi kalium pada saluran cerna dan telah dipelajari untuk terapi hiperkalemia yang lebih kronis. Namun, kedua obat ini masih diteliti lebih lanjut dan penggunaannya untuk hiperkalemia belum direkomendasikan.[5,22]
Hemodialisis dan Dialisis Peritoneal
Dialisis diindikasikan pada pasien hiperkalemia dengan gangguan ginjal berat, baik akut maupun kronis. Dibandingkan dengan dialisis peritoneal, hemodialisis lebih banyak dipilih karena tingkat pembuangan kalium jauh lebih cepat.
Hemodialisis dapat menghilangkan 25–50 mEq kalium per jam, dengan variabilitas berdasarkan konsentrasi kalium serum awal, jenis dan luas permukaan dialiser yang digunakan, laju aliran darah, laju aliran dialisat, dan durasi dialisis.[6]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli