Patofisiologi Hipokalemia
Patofisiologi hipokalemia berkaitan dengan peran utama kalium dalam tubuh. Kalium merupakan kation intraseluler terbanyak dan esensial dalam kehidupan, karena berkaitan dengan regulasi sel dan beberapa proses seluler. Kadar kalium total dan distribusi kalium melalui sel membran berkaitan dengan fungsi sel secara normal, terutama saraf dan sel otot.
Keseimbangan Kadar Kalium
Keseimbangan kadar kalium normal diregulasi oleh pompa ion spesifik, secara primer oleh seluler, membrane-bound, dan pompa ATPase Natrium Kalium. Kadar kalium dalam tubuh dipertahankan dalam rentang yang sempit, yakni 3,5–5,3 mEq/L. Kadar kalium dalam darah dicapai dengan keseimbangan antara asupan dan ekskresi serta distribusi antara kompartemen intraseluler dan ekstraseluler[2,4,5]
Keseimbangan kalium dipertahankan terutama melalui regulasi ekskresi duktus pengumpul renal. Ekskresi kalium akan meningkat akibat beberapa faktor seperti aldosteron, aliran tinggi sodium akibat penggunaan diuretik (contoh furosemide), aliran urine yang tinggi akibat penggunaan diuretik osmotik, kadar kalium serum yang tinggi dan adanya ion negatif pada duktus pengumpul akibat bikarbonat.[2]
Ekskresi kalium akan menurun akibat beberapa faktor seperti defisiensi aldosteron absolut atau resistensi terhadap aldosteron, rendahkan kadar natrium pada duktus pengumpul, rendahnya aliran urine, kadar kalium serum yang rendah dan gagal ginjal[2]
Faktor Renal dan Keseimbangan Kalium
Ginjal dapat beradaptasi terhadap perubahan asupan kalium baik secara akut maupun kronis. Apabila asupan kalium secara kronis tinggi, ekskresi kalium akan meningkat. Dalam kondisi penyakit ginjal kronis, ginjal masih mampu mempertahankan keseimbangan kalium hingga laju filtrasi glomerulus mencapai kurang dari 15‒20 mL/ menit.
Pada gagal ginjal berat, proporsi kalium yang diekskresi melalui saluran cerna akan meningkat. Kolon menjadi lokasi utama regulasi ekskresi dari kalium. Oleh karena itu, kadar kalium dapat dipertahankan tetap normal walaupun dengan kondisi insufisiensi ginjal.[2]
Distribusi Kalium
Kalium merupakan kation utama dalam intrasel sehingga kadar kalium serum merupakan indikator yang buruk untuk mengetahui simpanan kadar kalium dalam tubuh. Kalium dapat menembus membran sel dengan mudah, sehingga kadar kalium serum menunjukkan perpindahan kalium antar kompartemen intrasel dan ekstrasel.
Beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi kalium antar ruang intrasel dan ekstrasel adalah adanya hormon glukoregulasi (insulin meningkatkan masuknya kalium ke dalam sel sedangkan glukagon mengganggu kemampuan kalium masuk ke dalam sel).
Stimulus adrenergik baik akibat komplikasi pemberian agonis adrenergik beta eksogen maupun kondisi hiperadrenergik pada pasien withdrawal alkohol (alcohol use disorder) atau infark miokard (stimulus adrenergik beta meningkatkan kemampuan kalium masuk ke dalam sel sedangkan adrenergik alfa mengganggu kemampuan kalium masuk ke dalam sel), dan pH (alkalosis baik metabolik maupun respiratorik meningkatkan masuknya kalium ke dalam sel sedangkan asidosis mengganggu masuknya kalium ke dalam sel).[2,5]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini