Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Rhabdomyolysis general_alomedika 2024-03-13T10:41:51+07:00 2024-03-13T10:41:51+07:00
Rhabdomyolysis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Rhabdomyolysis

Oleh :
dr. Nindy Adhilah
Share To Social Media:

Diagnosis rhabdomyolysis perlu dicurigai jika pasien memiliki kondisi neuromuskular akut atau mengeluhkan urine gelap (berwarna teh) tanpa gejala lain, yang ditambah dengan peningkatan serum creatine kinase (CK). Pasien dapat mengalami kelemahan otot akut, nyeri, dan pembengkakan pada ekstremitas atau regio tubuh yang terkena. Urine yang gelap (berwarna teh) umumnya menandakan mioglobinuria.

Dokter juga perlu mewaspadai terjadinya sindrom kompartemen. Sindrom kompartemen adalah komplikasi potensial dari rhabdomyolysis yang dapat berkembang setelah resusitasi cairan, seiring dengan edema ekstremitas dan otot yang memburuk.[1,5,8,13]

Anamnesis

Gejala yang ditunjukkan pada kasus rhabdomyolysis bervariasi dari asimtomatik hingga berat. Gejala klasik yang umum terjadi adalah trias nyeri otot, kelemahan otot, serta urine yang berwarna merah gelap atau seperti teh karena kandungan mioglobin dalam urin (mioglobinuria). Namun, tidak semua pasien datang mengalami ketiga keluhan tersebut.

Mioglobin diekskresikan secara cepat oleh ginjal, sehingga kondisi urine berwarna gelap dapat berlangsung dalam durasi yang singkat dan tidak disadari oleh pasien. Selain itu, dapat ditemukan gejala tidak spesifik lain seperti demam, mual, muntah, malaise, kram otot, dan pembengkakan otot.[1,2,4,5]

Pada anamnesis, keluhan yang paling sering disampaikan pasien adalah adanya nyeri otot. Kelompok otot yang paling banyak dikeluhkan adalah otot-otot betis dan punggung bawah. Selain itu, anamnesis untuk mencari kemungkinan penyebab yang mendasari terjadinya rhabdomyolysis perlu dilakukan, seperti menanyakan riwayat gigitan ular, trauma, aktivitas olahraga, penggunaan obat-obatan, tanda-tanda penyakit infeksi, serta riwayat penyakit lainnya.[1,2,3,5]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan kelemahan otot, memar dan bengkak pada otot, nyeri tekan, serta perubahan pada kulit yang menandakan adanya nekrosis. Tanda-tanda dehidrasi perlu diwaspadai, meliputi penurunan turgor kulit dan produksi urine.

Pada pasien trauma, pemeriksaan pulsasi distal dan fungsi saraf perifer perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya iskemia ekstremitas dan neuropati perifer.

Hipertermia, hipotermia, dan cedera listrik dapat menyebabkan rhabdomyolysis. Pada pasien yang dicurigai mengalami riwayat tersebut, lakukan pemeriksaan fisik seperti pengukuran suhu tubuh dan tanda sengatan listrik. Pada pasien trauma, lakukan pemeriksaan terkait cedera remuk atau deformitas tulang pada tulang panjang.[1-3,5]

Diagnosis Banding

Beberapa diagnosis banding yang perlu dipikirkan antara lain infark miokard, hematuria, dan inflammatory myopathy.

Infark Miokard

Peningkatan kadar creatine kinase pada serum juga dapat ditemukan pada kondisi infark miokard. Pada pasien terduga rhabdomyolysis, pastikan pasien tidak memiliki keluhan nyeri dada, serta pemeriksaan EKG tidak menunjukkan adanya tanda-tanda infark miokard.[8]

Hematuria dan Hemoglobinuria

Urine yang berwarna merah kecoklatan dapat disebabkan oleh kondisi mioglobinuria, hematuria, maupun hemoglobinuria. Karena itu, penting untuk memastikan penyebab perubahan warna pada urine tersebut dengan melakukan pemeriksaan urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik urin.[6,8]

Inflammatory Myopathy

Inflammatory myopathy merupakan sekumpulan diagnosis yang melibatkan miopati disertai proses inflamasi pada otot. Pada pasien dengan inflammatory myopathy, keluhan nyeri otot dan mioglobinuria dapat ditemukan bersamaan dengan peningkatan kadar creatine kinase dalam darah. Akan tetapi, kondisi inflammatory myopathy biasanya terjadi secara kronik progresif dan melibatkan otot-otot proksimal.[8,9]

Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis rhabdomyolysis. Urinalisis dapat menemukan mioglobin dalam urine. Sementara itu, pemeriksaan darah akan menunjukkan peningkatan creatine kinase

Serum Creatine Kinase (CK)

Kerusakan otot menyebabkan terjadinya peningkatan kadar creatine kinase (CK) dalam darah. Kadar CK mulai meningkat 2-12 jam sejak terjadinya kerusakan otot dan mencapai puncak dalam 3 sampai 5 hari, kemudian menurun di hari ke-6 hingga 10.

Kadar CK, terutama subtipe CK-MM merupakan indikator yang paling sensitif untuk mengetahui adanya kerusakan pada otot. Nilai referensi CK dalam serum yaitu sekitar 45-260 IU/L. Batas nilai CK yang banyak digunakan untuk mendiagnosis rhabdomyolysis adalah lebih dari 5 kali lipat batas atas atau melebihi 1000 IU/L.[5,7]

Mioglobin Serum dan Urine

Pada kasus rhabdomyolysis, kadar mioglobin dalam darah meningkat dalam 1-3 jam, mencapai puncak dalam 8-12 jam, dan kembali ke kadar normal dalam 24 jam setelah kerusakan terjadi. Penemuan mioglobin dalam darah atau urine merupakan tanda yang patognomonis terhadap diagnosis rhabdomyolysis, tetapi pemeriksaan ini tidak bisa dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis. Hal ini karena ekskresi mioglobin yang cepat, sehingga tidak terdeteksi setelah hari pertama padahal tidak semua pasien akan datang dalam 24 jam pertama munculnya gejala.[5,7]

Darah Lengkap

Pada rhabdomyolysis, dapat ditemukan adanya peningkatan leukosit, laju endap darah, dan C-reactive protein (CRP), serta trombositopenia.[3,6]

Urinalisis

Beberapa temuan urinalisis yang dapat terjadi pada pasien dengan rhabdomyolysis adalah kondisi pH yang cenderung lebih asam, proteinuria, adanya cast mioglobin berwarna merah kecoklatan, serta mioglobinuria. Untuk membedakan mioglobin dan hemoglobin dalam urine pada pemeriksaan dipstick, perlu dilakukan konfirmasi menggunakan mikroskop. Pada kondisi mioglobinuria, umumnya hanya terdapat sedikit sel darah merah.[2,5,6]

Serum Elektrolit

Pemeriksaan serum elektrolit perlu dilakukan untuk mencari komplikasi gangguan elektrolit, seperti hiperkalemia, hiperfosfatemia, hipokalsemia (pada fase awal penyakit), dan hiperkalsemia (pada fase lanjut penyakit).[2,3]

Elektrokardiografi (EKG)

Kondisi hiperkalemia dan hipokalsemia dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada irama jantung, sehingga EKG perlu dievaluasi sedini mungkin. Pemeriksaan EKG dapat menunjukkan adanya gelombang T yang meninggi, pemanjangan interval PR dan interval QRS, ventrikular takikardi, atau bahkan asistol.[2,3]

Analisis Gas Darah

Pemeriksaan analisis gas darah dilakukan untuk mencari adanya asidosis metabolik akibat terlepasnya produk seperti asam laktat ke dalam aliran darah.[3,6]

Radiologi

Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada tulang atau dislokasi sendi.[2,3]

Biopsi Otot

Biopsi otot tidak perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis rhabdomyolysis, tetapi dapat dilakukan jika terdapat kecurigaan adanya kelainan otot metabolik yang mendasari. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan ketika kondisi akut telah teratasi, yaitu setidaknya 3 bulan setelah gejala membaik.[5,7]

Pemeriksaan Lain

Selain kondisi-kondisi di atas, beberapa kondisi yang juga dapat ditemukan pada pasien rhabdomyolysis adalah hiperurisemia serta peningkatan aspartate transaminase dan laktat dehidrogenase. Pemeriksaan penunjang juga perlu dilakukan untuk melihat adanya komplikasi yang terjadi. Pada kecurigaan adanya gagal ginjal akut, pemeriksaan BUN (blood urea nitrogen) dan kreatinin serum dapat dilakukan.[3,5]

Referensi

1. Kodadek L, Carmichael Ii SP, Seshadri A, Pathak A, Hoth J, Appelbaum R, Michetti CP, Gonzalez RP. Rhabdomyolysis: an American Association for the Surgery of Trauma Critical Care Committee Clinical Consensus Document. Trauma Surg Acute Care Open. 2022 Jan 27;7(1):e000836. doi: 10.1136/tsaco-2021-000836.
2. De Guzman MM. Rhabdomyolysis. Medscape, 2020. https://emedicine.medscape.com/article/1007814-overview
3. Stanley M, Chippa V, Aeddula NR, et al. Rhabdomyolysis. StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448168/
4. Torres PA, Helmstetter JA, Kaye AM, Kaye AD. Rhabdomyolysis: Pathogenesis, Diagnosis, and Treatment. The Ochsner Journal. 2015; 15:58-69.
5. Gupta A, Thorson P, Penmatsa KR, Gupta P. Rhabdomyolysis: Revisited. Ulster Med J. 2020; 90(2):61-69.
6. Chavez LO, Leon M, Einav S, Varon J. Beyond muscle destruction: a systematic review of rhabdomyolysis for clinical practice. Critical Care. 2016; 20:135.
7. Nance JR, Mammen AL. Diagnostic Evaluation of Rhabdomyolysis. Muscle Nerve. 2015; 51(6):793-810
8. Shefner JM, Targoff IN, Dashe JF. Clinical manifestations and diagnosis of rhabdomyolysis. UpToDate. 2021. Dalakas MC. Inflammatory myopathies: update on diagnosis, pathogenesis and therapies, and COVID-19-related implications. Acta Myologica. 2020; 39(4): 289-301
9. Szugye HS. Pediatric Rhabdomyolysis. Pediatrics in Review. 2020; 41(6):265-275
13. Olson SA, Glasgow RR. Acute compartment syndrome in lower extremity musculoskeletal trauma. J Am Acad Orthop Surg 2005; 13:436.

Epidemiologi Rhabdomyolysis
Penatalaksanaan Rhabdomyolysis

Artikel Terkait

  • Peningkatan Risiko Rhabdomyolysis pada Penggunaan Statin Bersama Fibrat atau Clarithromycin
    Peningkatan Risiko Rhabdomyolysis pada Penggunaan Statin Bersama Fibrat atau Clarithromycin
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 19 Desember 2024, 08:05
Susp rhabdomyolisis ec intense fitness
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO Dokter, mau diskusi sy ada px L 25 th dgn obesitas. Dtg dgn keluhan bak merah baru 1 hari disertai nyeri2 otot seluruh badan. Ternyata 3 hari terakhir...
Anonymous
Dibalas 27 Maret 2024, 20:08
Rhabdomyolysis pada antikolesterol
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dokter. Pasien saya Ny. A (49 th) dtg dgn keluhan nyeri otot terasa dari paha hingga telapak kaki 2 hari terakhir ini. Pasien mengalami plantar fasciitis...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.