Edukasi dan Promosi Kesehatan Rhabdomyolysis
Pada pasien rhabdomyolysis, diperlukan edukasi utamanya untuk beberapa populasi berisiko, seperti atlet, orang dengan kelainan genetik atau kelainan metabolik otot, serta orang yang mengonsumsi obat-obatan yang dapat mencetuskan terjadinya rhabdomyolysis. Jelaskan gejala-gejala rhabdomyolysis sehingga dapat segera dikenali dan mendapatkan penanganan secepatnya. Minta pasien menghindari olahraga berat dan paparan panas yang berlebihan, serta jaga status hidrasi.[3,12]
Edukasi Pasien
Edukasi pasien seputar penyebab terjadinya penyakit. Jika dicurigai adanya penyakit metabolik otot, sampaikan pada pasien mengenai keperluan pemeriksaan biopsi otot ketika kondisi akut telah teratasi. Selain itu, sampaikan bahwa terapi rehabilitasi mungkin diperlukan untuk mengembalikan kekuatan otot dan fungsi sendi.[2,3]
Di Indonesia, waspadai gigitan ular berbisa yang merupakan salah satu penyebab rhabdomyolysis. Pada pasien yang mengonsumsi obat dengan risiko rhabdomyolysis, sampaikan adanya risiko efek samping tersebut. Beberapa contohnya adalah amitriptyline, fluoxetine, haloperidol, lithium, dan chlorpromazine. Minta pasien datang ke unit gawat darurat jika mengalami gejala seperti nyeri otot dan urine berwarna seperti teh.[3,12]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan dan pengendalian rhabdomyolysis dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran terkait penyakit ini, utamanya pada populasi berisiko. Atlet sebaiknya tidak melakukan aktivitas fisik berlebihan dan membatasi aktivitas sesuai anjuran dokter tim yang menangani.
Pada populasi yang tinggal di area rawan gigitan ular, pemeliharaan kebersihan lingkungan penting dilakukan. Sampaikan untuk tidak mendekati ular yang masuk ke dalam rumah atau mendekati wilayah perkampungan warga. Minta warga untuk menghubungi petugas pemadam kebakaran yang telah terlatih menangani ular berbisa.[3,12]