Diagnosis Sindroma Nefritik
Diagnosis pada sindroma nefritik didapat dari kumpulan manifestasi klinis khas, yang meliputi edema, hipertensi, urine yang berwarna merah-kecoklatan akibat hematuria, dan azotemia. Sindroma nefritik akut ditandai dengan hematuria (gross hematuria maupun mikroskopik), proteinuria, penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), serta tanda retensi cairan dan natrium, seperti edema; yang terjadi dengan onset tiba-tiba. Gold standard pada pemeriksaan sindroma nefritik adalah biopsi ginjal dengan pemeriksaan histopatologi.[26]
Anamnesis
Sindroma nefritik biasanya disebabkan oleh glomerulonefritis akut pasca Streptococcus (GNAPS) dan dapat pula menjadi komplikasi penyakit, seperti scarlet fever. Oleh sebab itu, pada anamnesis sindroma nefritik penting untuk menanyakan riwayat infeksi yang baru diderita. Biasanya infeksi yang mendahului adalah infeksi saluran nafas atas (45,8%) atau infeksi kulit (31,6%). Gejala sindroma nefritik biasanya terjadi mendadak, yaitu sekitar 1-2 minggu setelah infeksi saluran nafas dan sekitar 3-6 minggu setelah infeksi kulit.[17]
Pertanyaan spesifik lainnya yang harus ditanyakan adalah riwayat sembab pada daerah sekitar mata terutama pada pagi hari dan bengkak pada ekstremitas bawah pada malam hari, riwayat kencing yang berbusa, perubahan warna urin, volumenya dan atau aroma urin.[18]
Riwayat lain yang perlu ditanyakan adalah kemungkinan penyakit sistemik yang berhubungan dengan gangguan pada glomerulus seperti diabetes, hipertensi, vasculitis dan infeksi virus seperti hepatitis B, C dan HIV. Riwayat penyakit pada keluarga juga harus ditanyakan, seperti riwayat anggota keluarga yang mengidap sindroma Alport, glomerulosklerosis fokal segmental atau gangguan IgA lainnya. Riwayat konsumsi obat yang berhubungan dengan gangguan glomerulus seperti NSAIDs seperti ibuprofen, merkuri pada krim pemutih kulit, interferon dan imunosupresan seperti siklofosfamid.[18]
Pemeriksaan Fisik
Pada penderita sindroma nefritik umumnya didapati kelainan tanda vital berupa tekanan darah tinggi. Pada pemeriksaan fisik kelainan pertama yang mungkin dijumpai adalah anemia akibat hematuria yang telah berlangsung lama atau masif.[3,18]
Pada pemeriksaan paru, dapat ditemukan adanya tanda efusi pleura dan ronki basah apabila terdapat edema paru. Sama seperti gangguan glomerulus lainnya, biasanya ditemukan gambaran berupa edema ekstremitas, namun pada sindroma nefritik biasanya minimal seperti pada daerah periorbital.[3,18]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari sindroma nefritis adalah penyakit dan sindrom lainnya dengan gejala yang serupa, seperti hematuria dan proteinuria, seperti sindroma nefrotik dan hematuria idiopatik.
Sindroma Nefrotik
Pada beberapa kondisi sindroma nefrotik sangat mirip dengan sindroma nefritik. Persamaan yang ditemukan pada sindroma nefrotik adalah proteinuria dan edema, namun yang membedakan adalah edema pada sindroma nefrotik umumnya lebih luas serta ditemukannya proteinuria diikuti dengan hipoalbuminemia.[19]
Berbeda dengan sindroma nefritik, fungsi ginjal dan tekanan darah pada sindroma nefrotik biasanya normal atau meningkat sedikit. Penderita sindroma nefrotik juga cenderung mengalami komplikasi berupa hiperlipidemia dan hiperkoagulopati.[19]
Hematuria Idiopatik
Hematuria idiopatik merupakan keadaan dimana didapati darah pada urin tanpa disertai adanya masalah patologis ditempat lain. Delapan puluh persen dari kejadian mikrohematuria non-glomerulus, merupakan mikrohematuria idiopatik.[20]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada sindroma nefritik meliputi biopsi ginjal, urinalisis, pemeriksaan darah dan tes serologi. Biopsi ginjal merupakan gold standard pada pemeriksaan sindroma nefritik.
Biopsi Ginjal
Biopsi ginjal merupakan pemeriksaan gold standard yang dibutuhkan untuk mencari tahu penyebab pasti terjadinya sindroma nefritis.
Glomerulonefritis akut Pasca Streptokokus (GNAPS):
Pemeriksaan GNAPS dengan mikroskop cahaya memberi gambaran glomerulus yang melebar secara difus dengan proliferasi endokapiler dan infiltrasi neutrofil. Pemeriksaan dengan mikroskop immunofluorescence memberi gambaran starry sky pattern akibat penumpukan IgG dan C3 pada subepitel. Pada mikroskop elektron dijumpai penumpukan imun kompleks pada subepitel serta beberapa kasus juga ditemukan pada mesangial.[3]
Glomerulonefritis pada Infeksi Staphylococcus:
Pada glomerulonefritis yang disebabkan oleh infeksi Staphylococcus biasanya ditemukan inflamasi fokal pada endokapiler yang mengakibatkan kapiler perifer banyak tersumbat akibat proliferasi sel endotel dan infiltrasi neutrofil. Pada beberapa pasien juga dijumpai glomerulonefritis proliferative mesangial yang ditandai dengan adanya proliferasi mesangium dan penumpukan sel imun pada membrane basal.[3]
Glomerulonefritis Crescentic:
Gambaran sabit (crescentic) yang ditemukan pada glomerulonefritis crescentic terbentuk akibat proliferasi sel epitel pada lapisan parietal dari kapsula bowman. Makrofag, eksudat fibrin, fibroblas dan produk komplemen biasanya terjebak pada ruang antara mesangium dan kapsula bowman.[3]
Urinalisis
Urinalisis atau analisa urin adalah pemeriksaaan penunjang pertama untuk menegakkan diagnosis sindroma nefritik. Urinalisis dilakukan dengan melakukan pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik.[3,18]
Pada pemeriksaan makroskopis, biasanya urin terlihat berwarna kecoklatan (cola) karena banyaknya sel darah merah yang dismorfik dan akantosit. Proteinuria yang dijumpai biasanya pada rentang sub-nefrotik (kurang dari 3,5 gr/hari) namun dapat pula mencapai rentang nefrotik. Jika terdapat kecurigaan ke arah sindroma nefrotik maka dibutuhkan pemeriksaan protein urin 24 jam.[3,18]
Temuan proteinuria, hematuria, atau keduanya pada pemeriksaan mikroskopik dapat menjadi tanda awal kelainan pada glomerulus. Pada dasarnya, faktor lain seperti olahraga, makanan dan obat dapat menyebabkan perubahan warna pada urin namun masih dalam rentang wajar.[3,18]
Adanya sel darah merah pada urin sebenarnya adalah hal yang wajar dengan batas atas 3 sel darah merah (SDM)/lapangan pandang besar (LPB), namun pada sindroma nefritik biasanya sel darah merah yang ditemukan >5 SDM/LPB dengan gambaran dismorfik, akantosit, dan sel silinder yang abnormal.[3,18]
Pemeriksaan Darah
Pada sindroma nefritik, terutama dengan durasi dan gejala hematuria yang berat sering didapati penurunan kadar hemoglobin pada pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan kimia darah umumnya didapati kelainan akibat ekskresi ureum dan kreatinin yang terganggu akibat rusaknya sawar penyaringan glomerulus, sehingga dapat ditemukan azotemia, peningkatan kadar kreatinin dan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG).[3]
Kultur Darah
Kultur darah dibutuhkan pada pasien dengan demam persisten dan infeksi kronis. Kultur darah dilakukan untuk mengetahui etiologi infeksi yang mendasari penyakit.[3]
Tes Serologi
Berikut beberapa tes serologi yang harus dilakukan untuk menyingkirkan etiologi lain dan menemukan penyakit imun yang mendasari, diantaranya antinuclear antibodies (ANA) untuk menyingkirkan gangguan autoimun, Kadar serum komplemen C3 dan C4 untuk menilai apakah sedang terjadi proses pembentukan kompleks antibodi jika kadarnya rendah, Titer ASO untuk mendeteksi infeksi streptococcus, anti-neutrophil cytoplasmic antibodies (ANCA) untuk menyingkirkan vasculitis sistemik.
Selain itu, dapat dilakukan pula pemeriksaan lain, seperti antibodi anti-dsDNA untuk menyingkirkan kemungkinan systemic lupus erythematous (SLE), antibodi Anti-glomerular Basement Membrane untuk menyingkirkan kemungkinan sindroma Goodpasture, antigen permukaan hepatitis B dan antibodi hepatitis C untuk menyingkirkan kemungkinan hepatitis B dan hepatitis C, serum protein elektroforesis dan serum Immunofixation untuk menyingkirkan kemungkinan gangguan sel plasma dan faktor rheumatoid untuk menyingkirkan kemungkinan cryoglobulinemia.[3]