Penatalaksanaan Sindroma Nefritik
Penatalaksanaan sindroma nefritik meliputi penanganan hipertensi, proteinuria, terapi antibiotik dan penggunaan imunosupresan. Pada pasien yang mengalami gangguan ginjal berat, dimana terapi medikamentosa sudah tidak dapat lagi memperbaiki klinis pasien, terapi pengganti ginjal (dialisis) dapat diindikasikan.
Terapi Nonfarmakologis
Terapi non-farmakologis sindroma nefritik meliputi modifikasi diet dan aktivitas fisik.
Diet
Diet yang disarankan pada pasien dengan sindroma nefritik pada dasarnya bertujuan untuk regulasi cairan dan tekanan darah, karena adanya retensi cairan dan edema. Pasien disarankan untuk membatasi jumlah kalori yang dikonsumsi, menjalankan diet rendah natrium dan kalium, rendah protein, serta restriksi cairan.[3,23]
Pada keadaan akut, pasien disarankan untuk membatasi jumlah kalori, menjadi sebanyak 35 kal/kgbb/hari, dengan jumlah garam natrium sebanyak 2 gram/hari, serta kalium <70-90 mEq/hari. Restriksi protein disarankan karena adanya proteinuria, dengan anjuran per hari sebanyak 0,8-1 gram/kgbb/hari. Pasien juga disarankan untuk membatasi konsumsi cairan, yaitu dengan perhitungan jumlah urin, ditambah insensible water loss (20-25 ml/kgbb/ hari) dan jumlah keperluan cairan pada setiap kenaikan suhu dari normal (10 ml/kgbb/hari).[1,5,23]
Medikamentosa
Terapi medikamentosa pada sindroma nefritik meliputi penatalaksanaan hipertensi dan proteinuria, yang merupakan komplikasi tersering yang ditemukan pada sindoma nefritik. Selain itu, kortikosteroid dan imunosupresan juga diberikan untuk menekan reaksi inflamasi yang terjadi, agar tidak terjadi kerusakan ginjal yang lebih berat.
Pada keadaan dimana sindroma nefritik disebabkan oleh infeksi bakteri, antibiotik sesuai kultur dapat diberikan. Terapi pengganti ginjal (dialisis) dilakukan pada keadaan dimana terapi medikamentosa sudah tidak dapat memperbaiki fungsi ginjal.
Hipertensi dan Proteinuria
Hipertensi dan proteinuria adalah salah satu klinis yang sering ditemukan pada sindroma nefritik. Regulasi tekanan darah sangat penting untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan mengurangi progresivitas penurunan laju filtrasi glomerulus atau glomerular filtration rate. Rekomendasi target ideal tekanan darah pada penyakit ini adalah 130/80 atau tekanan darah sistolik dan diastoliknya dibawah persentil ke 50 sesuai usia dan jenis kelamin.[1,5]
Terapi farmakologi lini pertama adalah golongan angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACE-I), misalnya captopril, dan angiotensin II receptor blockers (ARB), seperti losartan dan valsartan. Pemberian ACE-I dapat dikombinasi dengan diuretik, seperti furosemide untuk membantu ekskresi natrium dan cairan.[1,5]
Penggunaan ACE-I dan ARB juga dapat membantu mengurangi proteinuria karena dapat mengurangi tekanan intraglomerulus dengan menghambat sistem renin-angiotensin-aldosteron.[5,24]
Penggunaan Kortikosteroid dan Imunosupresan
Pemberian kortikosteroid atau imunosupresan lainnya diberikan berdasarkan derajat keparahan penyakit pasien, frekuensi relaps, risiko gagal ginjal stadium akhir, dan angka harapan hidup. Kortikosteroid yang disarankan, antara lain prednison dan methylprednisolon dengan pertimbangan dosis sesuai klinis.[5]
Hal lain yang harus diperhatikan adalah penggunaan bisphosphonates (kecuali pada gagal ginjal) untuk meminimalisir risiko osteoporosis pada penggunaan kortikosteroid jangka panjang. Selain itu, risiko infertilitas baik pria maupun infertilitas wanita juga harus diperhatikan pada pemberian imunosupresan, seperti siklofosfamid and chlorambucil, karena bersifat gonadotoxic.[5]
Antibiotik
Antibiotik dapat diberikan pada keadaan dimana didapatkan hasil hapusan tenggorok atau kulit positif Streptococcus atau setelah didapatkan hasil kultur positif. Antibiotik yang digunakan saat ini adalah amoksisilin 50 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis maupun penisilin, dan apabila pasien alergi penisilin, dapat diberikan erythromycin 250 mg tiap 6 jam untuk dewasa dan 40 mg/KbBB untuk anak-anak selama 7 sampai 10 hari.[1,5]
Dialisis
Dialisis pada sindroma nefritik diindikasikan pada gangguan ginjal serius, seperti di bawah ini, yang tidak dapat diobati dengan terapi medikamentosa. Seringkali dialisis hanya diperlukan pada fase akut untuk life saving.
Indikasi dialisis pada sindroma nefritik antara lain:
- Klinis overload cairan yang mengancam nyawa, seperti edema paru akut, gagal jantung, dan hipertensi
- Hiperkalemia (kadar kalium serum >6,5 mEq/L)
- Uremia, yaitu kadar BUN di antara 89 sampai dengan 100 mg/dL[27]