Etiologi Alzheimer
Etiologi penyakit Alzheimer dipercaya bersifat multifaktorial, yang melibatkan interaksi antara faktor genetik, gaya hidup, dan juga faktor lingkungan. Penyakit Alzheimer terjadi akibat proses neurodegeneratif di orak yang memicu dementia.[1,3]
Faktor Genetik
Penyakit Alzheimer merupakan penyakit yang umumnya diwariskan. Dasar genetik pada onset awal penyakit Alzheimer mengikuti pola pewarisan dominan autosomal yang berhubungan dengan mutasi gen yang mengubah produksi, agregasi atau pengeluaran protein amiloid beta. Gen-gen yang berpengaruh dalam mutasi adalah amyloid precursor protein (APP), presenilin 1 (PSEN1), dan presenilin 2 (PSEN2).
Selain itu, pasien yang memiliki 2 kopi alel apolipoprotein (APOE) E4 memiliki risiko Alzheimer 2 kali lipat dibandingkan pasien lain yang memiliki subtipe APOE lain. Beberapa faktor genetik lain yang mempengaruhi adalah mutasi pada TREM2 (triggering receptor on myeloid cells 2).[3,7]
Faktor Gaya Hidup
Gaya hidup yang sehat dapat mengurangi risiko mengalami penyakit Alzheimer. Individu yang aktif secara fisik telah dilaporkan memiliki insidensi dan prevalensi yang lebih rendah untuk mengalami penurunan kognitif dan dementia.[6]
Faktor Lingkungan
Berdasarkan beberapa studi, faktor lingkungan seperti polusi udara (misalnya nitrogen oksida, karbon monoksida), kandungan aluminium pada air minum, pajanan gelombang elektromagnetik, dan pajanan terhadap bahan pelarut kimia dan pestisida berhubungan dengan meningkatnya faktor risiko Alzheimer.
Sebuah studi potong lintang yang dilakukan terhadap 2692 partisipan menunjukkan bahwa paparan asap rokok berhubungan dengan meningkatnya risiko penyakit Alzheimer. Selain itu, studi hewan dan data epidemiologi manusia mendukung adanya hubungan antara polusi udara dengan penyakit Alzheimer.[2,6]
Faktor Infeksi
Beberapa studi mengindikasikan adanya hubungan antara infeksi mikroba spesifik, seperti herpes simplex virus type 1 (HSV 1), Chlamydia pneumoniae, dan beberapa spirochete dengan penyakit Alzheimer. Patogen tersebut dapat menyebabkan neuroinflamasi kronik yang diduga berkaitan dengan proses neurodegeneratif penyakit Alzheimer di masa mendatang.[8]
Faktor Risiko
Selain faktor-faktor di atas, beberapa faktor lain juga meningkatkan risiko Alzheimer, seperti dislipidemia dan penambahan usia.
Dislipidemia
Studi epidemiologi dan observasional menunjukkan adanya asosiasi antara peningkatan total atau low density lipoprotein pada usia paruh baya dengan risiko penyakit Alzheimer. Diduga bahwa kolesterol otak meningkatkan risiko penyakit Alzheimer dengan meningkatkan formasi atau deposisi amiloid beta, atau memengaruhi faktor nonamiloid seperti risiko serebrovaskular.
Hipertensi
Studi potong lintang dan longitudinal menunjukkan secara konsisten adanya asosiasi antara hipertensi dengan penyakit Alzheimer. Kekakuan arteri dan variabilitas tekanan darah merupakan faktor yang dianggap mengaitkan keduanya.
Obesitas dan Diabetes Mellitus Tipe 2
Obesitas dan diabetes mellitus tipe 2 berhubungan dengan peningkatan risiko 1,5 kali lipat terkena penyakit Alzheimer. Hal ini diduga berkaitan dengan efek hiperinsulinemia, resistensi insulin di otak, dan hubungan antara metabolisme insulin dan beta amiloid.
Cedera Otak Traumatik
Riwayat cedera otak traumatik derajat berat dengan hilangnya kesadaran 30 menit atau lebih dilaporkan berhubungan dengan risiko penyakit Alzheimer. Cedera derajat ringan yang berulang-ulang juga telah dilaporkan berhubungan dengan perubahan neuropatologis tauopati.
Faktor Risiko Lainnya
Faktor risiko penyakit Alzheimer lainnya adalah pertambahan usia, adanya riwayat keluarga Alzheimer, dan pasien yang menderita Down syndrome.[3]
Penulisan pertama oleh: dr. Saphira Evani