Penatalaksanaan Cerebral Palsy
Penatalaksanaan cerebral palsy bertujuan untuk mempertahankan fungsi dan kualitas hidup pasien. Hingga saat ini tidak ada intervensi yang dapat menghilangkan cerebral palsy, tetapi pengobatan dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan pasien dan mengatasi komplikasi maupun komorbiditas.[1,4,6,14]
Tata Laksana Gangguan Motorik
Terapi fisik dan terapi okupasional bertujuan untuk memperbaiki gerakan dan keseimbangan pasien dengan cerebral palsy, sehingga pasien dapat beraktivitas sehari-hari. Fungsi motorik yang ditargetkan terutama fungsi ekstremitas atas. Terdapat beberapa terapi fisik dan terapi okupasional yang dapat diberikan.
Hand-Arm Intensive Bimanual Training
Latihan bimanual diberikan pada pasien dengan spastik hemiplegia. Pada terapi ini, anak dilatih untuk menggunakan kedua tangan secara repetitive.[1,4,6,17,21]
Constraint Induced Movement Therapy
Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki fungsi tangan dengan cara melatih sisi yang terpengaruh dan menggunakan pengekang pada sisi yang dominan. Latihan ini efektif dilakukan untuk semua usia.[1,4,6,17,21]
Context Focused Therapy
Terapi ini memberikan fokus pada penyesuaian lingkungan dan target fungsional kepada kemampuan anak. Dengan mengubah faktor lingkungan dan penyesuaian tugas, diharapkan pasien mampu melakukan aktivitas yang tidak dapat dilakukan sebelumnya.[1,4,6,17,21]
Goal Directed Therapy
Terapi ini dilakukan dengan pendekatan pembelajaran motorik berdasarkan target aktivitas yang ditetapkan pasien.[1,4,6,17,21]
Tata Laksana Spastisitas
Tata laksana spastisitas penting dilakukan untuk mencegah dan memperbaiki tulang dan deformasi sendi, mengurangi nyeri, serta memperbaiki status fungsional pasien. Pilihan terapi yang dapat diberikan adalah terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Intervensi nonfarmakologi meliputi fisioterapi, terapi okupasional, penggunaan peralatan adaptif dan ortosis, intervensi ortopedi, dan selective dorsal rhizotomy.[1,4,6,17,21]
Fisioterapi
Fisioterapi merupakan salah satu terapi yang paling utama pada anak dengan disabilitas motorik. Tujuan utama fisioterapi adalah meningkatkan kekuatan motorik sesuai prioritas pasien dan keluarga. Untuk memberikan latihan motorik yang maksimal, pasien harus secara aktif berperan dalam terapi. Terapi yang dilakukan sebaiknya memberikan intensitas yang sesuai dan menantang.[1,4,6,17,21]
Selective Dorsal Rhizotomy (SDR)
SDR bertujuan untuk mengurangi spastisitas dengan cara memisahkan bagian dari akar lumbosakral dorsalis. SDR dilakukan pada pasien cerebral palsy dengan Gross Motor Function Classification System (GMFCS) II dan III, berusia 4-7 tahun, memiliki kemampuan kognitif, berkeinginan untuk berjalan, serta memiliki kekuatan dan kontrol motorik ekstremitas bawah dan distonia minimal.
Tindakan ini secara signifikan mengurangi kebutuhan injeksi toksin botulinum dan operasi ortopedi, namun dapat menyebabkan beberapa efek samping seperti gangguan proprioseptif, disfungsi pencernaan dan saluran kemih, hipotonia, nyeri punggung persisten, atau deformitas.[1,4,6,14,17,21]
Intervensi Ortopedi
Kelainan muskuloskeletal progresif yang dapat terjadi pada pasien dengan cerebral palsy membutuhkan intervensi ortopedi. Tindakan intervensi ini bertujuan untuk memperbaiki deformitas yang disebabkan oleh aktivitas otot yang berlebihan. Pada kondisi spasme ekstremitas bawah atau dislokasi panggul, dapat dipertimbangkan tindakan yang mengurangi spasme otot seperti tenotomi adduktor, atau transfer psoas. Tenotomi tendon Achilles dilakukan pada pasien spastik hemiplegia dengan tight heel cord.[1,4,6,14,17,21]
Penggunaan Ortosis Dan Alat Bantu
Ortosis dan alat bantu adaptif bertujuan untuk meningkatkan kemampuan beraktivitas dan fungsional pasien. Alat bantu yang diberikan misalnya kursi roda, alat bantu dengar, ortosis, dan tungkai artifisial. Ortosis akan membantu meningkatkan kekuatan ekstremitas bawah pada kasus deformitas equinus dan membantu pasien berjalan.[1,4,6,17,21]
Tata Laksana Kontraktur
Kontraktur pada pasien dengan cerebral palsy terjadi akibat hipertonia otot. Otot dan tendon tidak mampu memanjang dan menyesuaikan dengan pertumbuhan tulang. Otot yang melewati 2 sendi lebih rentan terhadap kontraktur, sehingga beberapa prosedur bedah membuat otot dengan 2 sendi berfungsi seperti otot dengan 1 sendi.
Kontraktur spastik dapat diperbaiki dengan relaksasi dan tindakan nonbedah seperti splinting atau injeksi toksin botulinum. Sementara itu, kontraktur yang menetap diperbaiki dengan memanjangkan kelompok otot dan tendon. Terdapat beberapa cara untuk mencegah terjadinya kontraktur menetap, misalnya penggunaan ortosis, splinting, dan night braces.[1,4,6,17,21]
Tata Laksana Kelainan Sendi Panggul
Diperkirakan 36% anak dengan cerebral palsy mengalami gangguan pada sendi panggul. Insiden ini bertambah seiring dengan peningkatan kelas GMFCS, hingga 90% pada GMFCS V.
Dislokasi sendi panggul dapat dihindari tanpa melakukan tindakan bedah. Perlu dilakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan radiologi untuk mengidentifikasi masalah sejak dini.
Demikian pula dengan skoliosis, karena skoliosis dapat berkembang dengan cepat sejak usia muda pada pasien dengan spastisitas bilateral yang berat. Tindakan bedah untuk memperbaiki skoliosis adalah dengan fusi T2-pelvis Tindakan total hip arthroplasty dapat memperbaiki integritas dan fungsi dari sendi dan mengurangi nyeri akibat gangguan sendi.[1,4,6,17,21]
Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis digunakan untuk membantu memperbaiki abnormalitas tonus, nyeri, dan berbagai kondisi komorbid, misalnya epilepsi, sialorea, gangguan pencernaan, dan gangguan perilaku. Obat-obatan yang bisa digunakan untuk mengurangi spastisitas adalah benzodiazepine, baclofen, dantrolene, tizanidine, cyclobenzaprine, injeksi toksin botulinum, dan phenol.
Distonia sering ditangani dengan penggunaan trihexyphenydil, gabapentin, carbidopa-levidopa, dan benztropine. Sementara itu, keluhan sialorea bisa ditangani dengan pemberian glycopyrrolate, atropin tetes, dan scopolamine patches. Obat antikejang juga diberikan pada mereka yang mempunyai komorbid epilepsi.
Konstipasi sering ditemukan pada pasien dengan cerebral palsy. Keluhan ini bisa diatasi dengan obat-obat promotilitas dan obat-obat yang melunakkan feses. Keluhan nyeri biasanya diatasi dengan obat antiinflamasi. Terapi antidepresan dan antiansietas seringkali diperlukan pada pasien yang mengalami keluhan-keluhan psikologis. Keluhan-keluhan ini juga bisa diatasi dengan hipnoterapi.[1,4,13]
Rehabilitasi
Rehabilitasi yang direkomendasikan untuk pasien dengan cerebral palsy adalah latihan kardio (khususnya latihan ritmik) dengan frekuensi, intensitas, waktu dan tipe disesuaikan dengan tingkat kebugaran dan dukungan yang dimiliki pasien.
Pelatihan kekuatan otot juga bisa membantu mengurangi spastisitas. Latihan yang direkomendasikan adalah latihan multi-joint atau latihan fungsional. Latihan gait juga bisa diberikan untuk memperbaiki gait dan postur pada pasien.[1,4,15]
Terapi lain yang bisa dilakukan adalah terapi musik untuk membantu memperbaiki komunikasi dan keterampilan ekspresif. Selain itu, memainkan alat musik juga bisa membantu melatih motorik halus maupun kasar pada anak. Stimulasi elektrik juga bisa diberikan untuk mengurangi kontraksi otot, namun basis penelitiannya masih terbatas.[4,6]
Penulisan pertama oleh: dr. Adrian Prasetio