Prognosis Cerebral Palsy
Prognosis cerebral palsy relatif buruk karena gangguan ini bersifat permanen dan tidak bisa disembuhkan. Pada banyak kasus, cerebral palsy bisa membatasi kapasitas fungsional dan kemandirian. Komplikasi dapat berupa disfagia, gangguan kognitif, gangguan perilaku, gangguan mental, gangguan pendengaran, dan berbagai masalah pertumbuhan maupun perkembangan lain.[1,2,4]
Komplikasi
Cerebral palsy seringkali disertai oleh adanya berbagai gangguan komorbid akibat kerusakan otak yang dialami. Gangguan-gangguan ini bisa berupa epilepsi, masalah muskuloskeletal, disabilitas intelektual, kesulitan pemberian makan, abnormalitas visual, gangguan pendengaran, dan kesulitan komunikasi.[1,2,4]
Pasien juga bisa mengeluhkan adanya nyeri, sialorea, dan konstipasi. Masalah psikologis seperti cemas, depresi, gangguan tidur, dan gangguan neurobehavior juga sering ditemukan. Masalah lain yang sering ditemukan adalah masalah ortopedik, gangguan kemampuan bicara, kebutaan, strabismus, gangguan pertumbuhan, masalah pernapasan, osteopenia, masalah urologis, dan abnormalitas dental.[1,4]
Gangguan Penglihatan dan Pendengaran
Sebanyak 25-29% pasien dewasa dengan cerebral palsy mengalami gangguan penglihatan dan 8-18% mengalami gangguan pendengaran. Gangguan penglihatan yang umum adalah strabismus, nistagmus, dan atrofi optik.
Skrining penglihatan dapat dilakukan pada 48 jam pertama setelah lahir pada bayi cukup bulan. Skrining pendengaran dilakukan saat bayi lahir dan setiap 6 bulan hingga usia 3 tahun.[1,4,6,21]
Epilepsi
Epilepsi merupakan gejala gangguan fungsi otak yang sering ditemukan dan dapat menyebabkan kerusakan otak apabila berlangsung lebih dari 30 menit. Epilepsi dapat terjadi pada 40-50% pasien cerebral palsy.
Pasien yang rentan mengalami epilepsi adalah pasien dengan profil klinis asfiksia, lahir prematur, lahir dengan tindakan berbantuan, berat lahir rendah, riwayat infeksi susunan saraf pusat, kejang neonatal, kejang pertama pada usia ≤1 tahun, riwayat epilepsi dalam keluarga, memiliki kelainan lingkar kepala, kelainan CT scan kepala, dan kelainan EEG.[1,4,6,21]
Gangguan Kesehatan Mental
Selain defisit kognitif, pasien dengan cerebral palsy juga dapat memiliki komorbid psikiatrik seperti masalah emosional dan perilaku, gangguan cemas, depresi, atau gangguan tidur. Identifikasi gangguan perilaku dan emosi negatif penting dilakukan dalam konseling dan terapi.[1,4,6,21]
Nyeri
Nyeri terjadi pada 50-75% pasien dengan cerebral palsy dan 25% di antaranya mengalami nyeri yang membatasi aktivitas. Nyeri menurunkan kualitas hidup pasien dan menurunkan partisipasi pasien dalam kehidupan sosial. Beberapa penyebab nyeri antara lain distonia, subluksasi sendi panggul, konstipasi, atau refluks gastroesofageal.[1,4,6,21]
Gangguan Komunikasi
Defisit kognitif yang dialami pasien dapat menghambat komunikasi. Kemampuan berkomunikasi dapat ditingkatkan dengan terapi wicara, penggunaan simbol Bliss, atau bantuan teknologi seperti penggunaan kecerdasan buatan dan alat penghasil suara.[1,4,6,21]
Gangguan Berkemih
Gangguan anatomi dan gangguan kontrol otot berkemih menimbulkan inkontinensia urine dan infeksi saluran kemih. Terapi yang dilakukan antara lain terapi fisik, biofeedback, pemberian obat, atau tindakan operatif.[1,4,6,21]
Ulkus
Mobilisasi yang terbatas membuat pasien dengan cerebral palsy rentan mengalami ulkus dekubitus. Terapi pada pasien bertujuan untuk mengurangi tekanan pada daerah yang mengalami cedera dengan dilakukan perubahan posisi berkala, pemberian dressing profilaksis, atau alas yang dapat mengurangi tekanan.[1,4,6,21]
Osteoporosis
Asupan nutrisi yang buruk, penurunan kekuatan otot, paparan sinar matahari yang kurang, dan pemberian antikonvulsan berperan dalam menimbulkan osteoporosis. Diperkirakan 80-90% pasien memiliki densitas tulang yang rendah dan berisiko menyebabkan fraktur patologis, terutama pada femur.[1,4,6,21]
Gangguan Gastrointestinal
Gangguan pada sistem gastrointestinal dapat terjadi akibat gangguan motilitas saluran cerna, imobilisasi, dan asupan nutrisi yang kurang, sehingga menyebabkan muntah, konstipasi, refluks gastroesofageal, dan obstruksi saluran cerna. Pemberian obat pencahar dapat dilakukan. Selain itu, dilakukan pembersihan saluran cerna dan peningkatan asupan cairan dan serat.[1,4,6,21]
Drooling
Drooling atau mengences disebabkan oleh disfungsi oromotor. Drooling dapat menyebabkan hambatan dalam bersosialisasi pada pasien dengan cerebral palsy.[1,4,6,21]
Gangguan Makan dan Nutrisi
Pasien dengan cerebral palsy sering mengalami kesulitan dalam mengunyah dan menelan, yang mengakibatkan waktu makan teramat panjang. Masalah lain yang juga sering muncul adalah tersedak dan muntah.
Gangguan menelan dapat berakibat buruk karena risiko tersedak atau infeksi paru-paru akibat aspirasi secara tidak sengaja. Dalam jangka panjang, gangguan menelan dapat menimbulkan malnutrisi dan menyebabkan komplikasi pada anak, seperti osteoporosis.
Kemampuan makan harus dinilai setiap bulan selama 3-4 bulan, termasuk status gizi pasien. Apabila terdapat gangguan, perlu dipertimbangkan beberapa hal seperti pemberian teknik dan latihan menelan, pemberian makanan yang lunak atau cairan, dan pemberian nutrisi secara alternatif dengan pemasangan pipa nasogastrik atau operasi gastrostomi pada kasus yang berat.[1,4,6,21]
Prognosis
Meskipun penderita cerebral palsy bisa mencapai usia dewasa, mereka mempunyai usia harapan hidup yang lebih pendek. Penyebab kematian paling sering pada penderita cerebral palsy adalah gangguan pernapasan, yakni biasanya karena pneumonia aspirasi.
Prognosis kemampuan motorik tergantung pada tipe cerebral palsy, kecepatan perkembangan motorik, adanya refleks perkembangan, dan kemampuan kognitif. Indikator untuk prognosis yang baik untuk kemampuan berjalan adalah mampu duduk sebelum usia 24 bulan dan merangkak sebelum usia 30 bulan.
Indikator untuk prognosis yang buruk adalah belum mampu menjaga keseimbangan kepala pada usia 20 bulan, refleks primitif yang menetap, tidak mempunyai refleks postural sampai usia 24 bulan, dan belum bisa merangkak sampai usia 5 tahun.[1]
Penulisan pertama oleh: dr. Adrian Prasetio