Panduan e-Prescription Motion Sickness
Panduan e-prescription untuk motion sickness atau mabuk perjalanan ini dapat digunakan oleh Dokter Umum saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.
Motion sickness atau mabuk perjalanan merupakan kinetosis yang ditandai dengan perasaan atau sensasi tidak nyaman pada saat perjalanan, maupun pada saat penggunaan perangkat realitas virtual. Prevalensi motion sickness lebih umum ditemukan pada anak berusia 6−12 tahun dan jenis kelamin wanita.[22-24]
Tanda dan Gejala
Motion sickness dapat muncul secara tiba-tiba dan dapat memburuk jika penyebab yang mendasarinya tidak segera dihentikan. Gejala motion sickness dapat dikategorikan sebagai gejala ringan, gejala sedang dan gejala berat.[14,22]
Gejala Ringan
Rasa kantuk dan sering menguap, sering bersendawa, wajah dan perioral pucat, hilang nafsu makan, serta peningkatan salivasi.
Gejala Sedang
Pasien mengeluh mual, muntah, napas cepat, hiperventilasi, keringat dingin, pusing, sikap tak acuh, depresi, dan ansietas.
Gejala Berat
Jarang ditemukan, tetapi dapat berdampak pada psikologis akibat isolasi sosial yang disebabkan oleh ketidakmampuan untuk berjalan, inkapasitasi, instabilitas postural, serta muntah berlebihan.[14,22,24,25]
Gejala dapat berlanjut hingga 1 bulan setelah turun dari kendaraan. Kondisi ini disebut sindrom Mal de Debarquement, yang seringkali ditemukan pada pelaut atau astronot setelah kembali dari pelayaran atau perjalanannya. Berkurangnya dependensi pada input visual dan vestibular, disertai peningkatan dependensi pada sistem somatosensori, menyebabkan gangguan keseimbangan dan persepsi pergerakan yang terus menerus.[26]
Peringatan
Rujuk pasien ke fasilitas kesehatan apabila ditemukan gejala sedang maupun berat. Termasuk gejala depresi dan ansietas. Waspadai gejala motion sickness yang disertai dengan tanda dehidrasi, terutama pada pasien anak.[14,22,24,25]
Peringatan Medikamentosa
Hati-hati terhadap efek samping obat berupa kantuk dan pandangan kabur, terutama jika pasien akan mengemudi kendaraan atau mengendalikan peralatan berat.[22]
Tata Laksana Nonmedikamentosa
Terapi utama motion sickness adalah terapi nonmedikamentosa untuk merubah perilaku dan habituasi pasien. Perubahan perilaku dapat sebagai upaya preventif yang dilakukan segera sebelum perjalanan dimulai, maupun sebagai langkah terapetik ketika gejala muncul. Sedangkan perubahan habituasi bersifat jangka panjang.[3,22]
Perubahan perilaku dapat berupa:
- Merubah posisi tubuh, misalnya mengurangi gerakan pada kepala, bahu, pinggul, dan lutut
- Menghindari kegiatan membaca pada saat perjalanan, termasuk melihat layar handphone atau tablet
- Duduk searah dengan laju kendaraan, duduk di kursi depan, atau aktif menyetir
- Pengaturan pernafasan
- Mendengarkan musik yang menyenangkan
- Menghindari merokok
- Menghindari makan berat sebelum perjalanan
- Menghindari bepergian dalam kondisi yang kurang fit[3,22,25]
Perubahan habituasi untuk motion sickness dapat berupa pemberian stimulus terus menerus dalam jangka waktu pendek, maupun peningkatan stimulus secara bertingkat.[3]
Tata Laksana Medikamentosa
Efektivitas medikamentosa/farmakologis bersifat sementara dan sebaiknya hanya diberikan pada saat gejala terjadi. Dapat menggunakan obat golongan antikolinergik, antihistamin, dan simpatomimetik.
Antikolinergik
Agen antikolinergik pilihan saat ini adalah scopolamine (hyoscine hydrobromide). Pemberian obat sebaiknya dilakukan 30 menit hingga 1 jam sebelum perjalanan. Kombinasi pemberian secara peroral dan transdermal dapat mempercepat onset obat dan mempertahankan kadar obat dalam plasma.[22]
Dosis Hyoscine Hydrobromide Peroral:
- Dewasa: dosis 0,15‒0,3 mg, ulangi setiap 6 jam jika dibutuhkan, maksimal 3 kali pemberian dalam 24 jam, dosis maksimal 0,9 mg/hari
- Anak 3‒4 tahun: dosis 0,075 mg, dapat diulang 1 kali jika dibutuhkan, dosis maksimal 0,15 mg/hari
- Anak 4‒10 tahun: 0,075‒0,15 mg, dapat diulang setiap 6 jam jika dibutuhkan, maksimal 3 kali pemberian dalam 24 jam, dosis maksimal 0,9 mg/hari
- Semua dosis diberikan 20‒30 menit sebelum perjalanan
- Di Indonesia, peroral hanya tersedia dalam bentuk tablet 10 mg, perhatikan dalam pemberian dosis[22,27,28]
Dosis Hyoscine Hydrobromide Transdermal:
- Dewasa: penggunaan di belakang telinga, 4‒6 jam sebelum perjalanan atau pada malam sebelum perjalanan
- Anak >10 tahun: dosis serupa dengan dosis dewasa
- Sediaan dalam bentuk patch dengan dosis hyoscine hydrobromide 1,5 mg[22,27,28]
Antihistamin
Antagonis reseptor H1 dapat mengurangi gejala, tetapi hasil penelitian menemukan bahwa antihistamin generasi kedua tidak efektif untuk mengobati motion sickness. Sedangkan antihistamin generasi pertama memberikan efek samping sedatif yang lebih kuat. Pilihan obat antihistamin yang dapat diberikan adalah dimenhidrinat, klorfeniramin atau meclizine.[122,25,29]
Dosis Dimenhidrinat:
- Dewasa dan anak ≥12 tahun: dosis 50–100 mg, diberikan setiap 6–8 jam, dosis maksimal 400 mg/hari
- Anak 2–6 tahun: dosis 12,5‒25 mg, setiap 6–8 jam, dosis maksimal 75 mg/hari
- Anak 6–12 tahun: dosis 50 mg, setiap 6–8 jam, dosis maksimal 150 mg/hari
- Tersedia dalam bentuk tablet 50 mg dan tablet kunyah 50 mg[130,31]
Dosis Klorfeniramin:
- Dewasa dan anak ≥12 tahun: dosis 4 mg, diberikan setiap 4–6 jam, dosis maksimal 24 mg/hari
- Anak 6–12 tahun: dosis 2 mg, setiap 4–6 jam, dosis maksimal 12 mg/hari
- Anak 2–5 tahun: dosis 1 mg, setiap 4–6 jam, dosis maksimal 6 mg/hari
- Anak 1–2 tahun: dosis 1 mg, 2 kali sehari. Dosis maksimal 4 mg/hari
- Tersedia dalam bentuk tablet 4 mg, tablet kunyah 2 mg, tablet lepas lambat 8 mg dan 12 mg, sirup 2 mg/5mL, suspensi lepas lambat 8 mg/5mL[29,32,33]
Dosis Meclizine:
- Dewasa dan anak ≥12 tahun: dosis 25‒50 mg, gunakan 1 jam sebelum perjalanan, dapat diulangi setelah 24 jam jika diperlukan, dosis maksimal 50 mg/hari
- Anak 2–6 tahun: dosis 6,25 mg, setiap 24 jam, dosis maksimal 6,25 mg/hari
- Anak 6‒12 tahun: dosis 12,5 mg, setiap 24 jam, dosis maksimal 12,5 mg/hari
- Tersedia dalam bentuk tablet 12,5 mg, 25 mg, dan 50 mg, serta tablet kunyah 25 mg [34,35]
Simpatomimetik
Obat kategori simpatomimetik seperti dextroamphetamin dan efedrin dapat digunakan pada motion sickness walaupun efek yang diberikan tidak sekuat scopolamine dan antihistamin. Kedua obat tersebut termasuk golongan obat psikotropika sehingga tidak dapat diberikan resep online.[22,36,37]
Terapi pada Kehamilan
Kehamilan merupakan salah satu faktor risiko yang dapat memicu kondisi motion sickness. Tatalaksana morning sickness pada kehamilan dapat diberikan dimenhidrinat dan meclizine. Food and Drug Administration (FDA) memasukkan kedua obat tersebut ke dalam kategori B.[22,25,29]
Penggunaan scopolamine (hyoscine hydrobromide) tidak disarankan pada ibu hamil, di mana FDA mengkategorikan scopolamine sebagai kategori C.[22,38]
Direvisi oleh: dr. Gabriela