Epidemiologi Motion Sickness
Data epidemiologi menunjukan motion sickness lebih sering terjadi pada wanita dan mencapai puncak pada usia praremaja. Mortalitas sangat jarang, tetapi dapat disebabkan oleh jatuh atau bahaya selama melakukan perjalanan (misalnya kecelakaan lalu lintas).
Global
Hampir semua orang bisa mengalami motion sickness atau mabuk perjalanan jika diberikan rangsangan gerak yang cukup kuat. Dalam banyak kondisi, seperti di kapal pesiar, prevalensi berkisar 3-60%, tergantung pada frekuensi dan kekuatan gerakan.[11]
Kerentanan individu bervariasi. Karakteristik tertentu yang terkait dengan mabuk perjalanan meliputi:
- Jenis kelamin: wanita lebih rentan daripada pria dengan rasio 5:3
- Usia: mabuk perjalanan dimulai sekitar usia 6 tahun dan puncaknya pada usia 9 tahun. Orang lanjut usia juga rentan mengalami motion sickness
- Tingkat kebugaran: studi potong lintang menunjukkan peningkatan kerentanan pada orang dengan tingkat kebugaran aerobik yang tinggi. Ada opini bahwa ini disebabkan oleh sistem otonom yang lebih reaktif
- Kondisi medis: pasien dengan vertigo, patologi vestibular, penyakit Meniere, dan migraine berisiko lebih tinggi
- Hormon: fluktuasi selama kehamilan dan siklus menstruasi meningkatkan kerentanan[5,6]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi khusus mengenai motion sickness di Indonesia.
Mortalitas
Motion sickness sangat jarang menyebabkan mortalitas atau morbiditas. Mortalitas dan morbiditas paling sering terjadi akibat jatuh, tetapi juga dapat disebabkan oleh kombinasi dengan bahaya selama perjalanan atau pekerjaan tertentu.[4]