Epidemiologi Paraplegia
Data epidemiologi menunjukkan bahwa paraplegia akibat spinal cord injury (SCI) lebih banyak dialami pria dibandingkan wanita. Kasus paraplegia juga dilaporkan lebih sering disebabkan oleh trauma.
Global
Di Amerika Serikat, insidensi spinal cord injury (SCI) diperkirakan sebesar 40 kasus per 1 juta penduduk. Angka ini sebanding dengan sekitar 12.000 kasus per tahunnya. Laki-laki dilaporkan 4 kali lebih berisiko mengalami SCI dibandingkan wanita.[16]
Sementara itu, kelainan genetik paraplegia spastik familial (hereditary spastic paraplegia/HSP) merupakan penyebab paraplegia yang lebih jarang. Kondisi ini memiliki prevalensi 2-5 orang per 100.000 individu di seluruh dunia.[3] Di lain pihak, spondilitis tuberkulosis merupakan tuberkulosis yang paling sering ditemukan, menyumbang 50% dari seluruh kasus tuberkulosis tulang. 10-43% kasus spondilitis tuberkulosis menyebabkan komplikasi neurologi, termasuk paraplegia.[1]
Indonesia
Belum ada data pasti mengenai epidemiologi paraplegia di Indonesia.
Mortalitas
Pasien yang mengalami SCI jarang dapat pulih kembali, dimana kemungkinan pulih dilaporkan kurang dari 5%. Pada pasien dimana paralisis komplit menetap setelah 72 jam sejak cedera, kemungkinan pulih telah dilaporkan mendekati 0%. Meski demikian, jika pasien masih memiliki fungsi sensoris, maka kemungkinan untuk bisa berjalan kembali dilaporkan sebesar 50%.[16]
Pada pasien yang mengalami HSP, pasien akan mengalami morbiditas bermakna seumur hidupnya. Lebih dari separuh pasien dengan HSP dilaporkan mengalami gangguan kognitif, ataksia, disartria, neuropati, atau kejang.[3]