Patofisiologi Paraplegia
Patofisiologi paraplegia secara garis besar melibatkan lesi pada medula spinalis. Lesi ini dapat timbul akibat proses traumatik seperti spinal cord injury, maupun proses non-traumatik seperti spondilitis tuberkulosis.[1,2]
Paraplegia Traumatik
Pada spinal cord injury (SCI), terjadi tumbukan traumatik mendadak yang mengakibatkan fraktur atau dislokasi vertebra. Terdapat 4 mekanisme jejas pada SCI, yakni tumbukan dengan kompresi persisten, tumbukan dengan kompresi transien, distraksi, dan laserasi atau transeksi.
Mekanisme yang paling sering terjadi adalah tumbukan dengan kompresi persisten, yang umumnya disebabkan burst fracture dengan serpihan-serpihan tulang yang mengkompresi medula spinalis, atau fraktur dislokasi. Tumbukan dengan kompresi transien lebih jarang ditemui, tapi biasanya terjadi pada jejas akibat hiperekstensi. Sementara itu, distraksi terjadi ketika dua vertebra yang bersebelahan tertarik menjauh, menyebabkan kolumna spinalis meregang dan robek pada bidang aksial. Sedangkan, laserasi atau transeksi terjadi akibat peluru, dislokasi berat, atau dislokasi akibat fragmen tulang tajam.
Semua mekanisme jejas tersebut akan melukai jaras ascending dan descending di medula spinalis.[7]
Paraplegia Non-Traumatik
Paraplegia non-traumatik dapat terjadi akibat kelainan medula spinalis, seperti stroke spinal atau infark medula spinalis, paraplegia spastik familial, tumor, ataupun infeksi.[1,3,8,9]
Infark Medula Spinalis
Sepertiga posterior medula spinalis mendapat suplai vaskular dari arteri spinal posterior, sedangkan dua pertiga anterior mendapat suplai dari arteri spinal anterior. Arteri spinal anterior tidak memiliki banyak sirkulasi kolateral. Hal ini menyebabkan beberapa segmen, seperti T2-T4 dan arteri Adamkiewicz, rentan terhadap iskemia yang kemudian mengakibatkan defisit neurologis.
Jejas pada arteri ekstravertebral yang memperdarahi arteri spinalis atau pada aorta (misalnya akibat aterosklerosis atau diseksi) lebih sering menyebabkan infark medula spinalis dibandingkan jejas pada arteri spinalis itu sendiri.[8,9]
Paraplegia Spastik Familial (Hereditary Spastic Paraplegia/HSP)
Paraplegia spastik familial (hereditary spastic paraplegia/HSP) menyebabkan degenerasi ujung-ujung traktus kortikospinalis dalam medula spinalis. Ujung-ujung serabut saraf terpanjang, yang mempersarafi ekstremitas bawah, jauh lebih terdampak dibandingkan serabut yang mempersarafi ekstremitas atas. Secara genetik, protein yang berperan dalam HSP adalah spastin, atlastin-1, dan paraplegin.[10,11]
Tumor Medula Spinalis
Tumor medula spinalis dapat terletak intramedular atau ekstramedular. Tumor intramedular tersering adalah glioma, khususnya ependimoma dan astrositoma low-grade. Tumor intramedular menginfiltrasi medula spinalis, menghancurkan parenkim, meluas ke segmen lain, dan menyebabkan obstruksi aliran cairan serebrospinalis.[12,13]
Sementara itu, tumor ekstramedular dapat terletak intradural atau ekstradural. Tumor intradural umumnya jinak dan berupa meningioma atau neurofibroma. Tumor ekstradural umumnya merupakan metastasis dari paru-paru, payudara, ginjal, tiroid, sarkoma, atau limfoma. Baik tumor intradural dan ekstradural mengakibatkan gejala klinis dengan kompresi medula spinalis dan radiks nervus spinalis.[12]
Infeksi Medula Spinalis
Infeksi tertentu pada medula spinalis dapat mengakibatkan paraplegia, baik melalui mekanisme kompresif maupun non-kompresif. Umumnya kompresi disebabkan penyakit Pott atau tuberkulosis tulang. Sedangkan, etiologi non-kompresif adalah myelitis transversa akibat infeksi HIV, tuberkulosis, dan sifilis.[1,2,14]