Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Sindrom Guillain-Barré yogi 2024-10-10T11:42:02+07:00 2024-10-10T11:42:02+07:00
Sindrom Guillain-Barré
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Sindrom Guillain-Barré

Oleh :
Yudhistira Kurnia
Share To Social Media:

Penatalaksanaan Guillain-Barre syndrome (GBS) atau sindrom Guillain-Barre meliputi terapi suportif untuk mencegah dan mengatasi komplikasi fatal, terapi simptomatik, serta terapi spesifik dengan imunoterapi. Pilihan imunoterapi untuk pengelolaan definitif GBS adalah plasmapheresis atau intravenous immunoglobulin (IVIG). Pada fase pemulihan, pasien membutuhkan program fisioterapi.[1,4,9]

Terapi Suportif

Penanganan umum pasien GBS adalah dengan pengawasan ketat untuk mencegah dan mengatasi komplikasi yang fatal. Pengawasan fungsi paru sebaiknya dilakukan setiap 2‒4 jam pada fase akut, dan setiap 6‒12 jam pada kondisi stabil. Jika terdapat gejala gagal nafas, dibutuhkan perawatan di unit rawat intensif.[9,10,12]

Pengawasan regular terhadap fungsi otonom juga sangat penting, terutama irama jantung, denyut nadi, dan tekanan darah. Selalu dilakukan pemeriksaan fungsi menelan untuk mencegah aspirasi, dan pemeriksaan munculnya dekubitus atau kontraktur akibat tirah baring lama.[9,10,12]

Pemberian low molecular weight heparin (LMWH) dibutuhkan untuk mencegah terjadinya trombosis vena dalam. Selain itu, dilakukan juga pengawasan kebutuhan dan kecukupan gizi pasien.[9,10,12]

Perawatan Intensive Care Unit (ICU)

Dalam perjalanannya, GBS dapat berkembang secara progresif hingga menyebabkan kelumpuhan otot-otot pernapasan. Kondisi ini membutuhkan tindakan intubasi, disertai pemasangan pipa endotrakeal dan ventilasi mekanik dengan ventilator. Selain itu, di ruang ICU juga dilakukan pengawasan ketat terjadinya aritmia akibat gangguan fungsi otonom. Aritmia dapat menyebabkan kematian mendadak pada penderita GBS.[9,10,12]

Terdapat tanda tambahan yang bisa dijadikan prediktor untuk pemasangan ventilasi mekanik, yaitu pasien tidak dapat mengangkat siku atau kepala dari tempat tidur, batuk yang tidak adekuat, tidak mampu untuk berdiri, dan peningkatan kadar enzim hati.[9,10,12]

Terapi Simptomatik

Terapi untuk gejala tambahan GBS dapat diberikan obat pereda rasa nyeri, dan terapi gejala otonom. Nyeri merupakan gejala yang cukup sering (89%) ditemukan pada pasien GBS, mulai dari nyeri punggung, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri viseral. Pemberian gabapentin, karbamazepin, dan opioid dianjurkan untuk mengatasi nyeri pada pasien GBS, terutama pada fase akut.[9,10,12]

Terapi gejala otonom misalnya obat untuk gangguan irama jantung, tekanan darah yang tidak stabil, produksi keringat, saluran kemih, dan gastrointestinal.  Gangguan otonom ditemukan pada sekitar dua pertiga pasien GBS, yang dapat menjadi komplikasi mengancam jiwa jika mengenai sistem kardiovaskular.[9,10,12]

Terapi Spesifik

Penanganan yang spesifik harus segera dilakukan begitu diagnosis GBS ditegakkan, yaitu dengan pemberian imunoterapi dan  kortikosteroid. Pilihan imunoterapi untuk GBS adalah plasmapheresis dan intravenous immunoglobulin (IVIG).

Plasmapheresis

Plasmapheresis diberikan 5 kali selama 10‒14 hari, untuk membantu mengeluarkan autoantibodi, kompleks imun, dan komponen sitotoksik dari serum. Plasmapheresis terbukti dapat mempercepat waktu penyembuhan GBS hingga 50%, jika dilakukan dalam waktu 4 minggu setelah gejala. Efek terbaik jika dilakukan dalam 2 minggu pertama setelah onset gejala kelemahan otot.[1,9,10,12]

Intravenous Immunoglobulin (IVIG)

IVIG diberikan dengan dosis 400 mg/kgBB/hari selama 5 hari berturut-turut. IVIG lebih baik diberikan dalam 2 minggu pertama onset GBS. Terapi ini lebih mudah untuk dikerjakan dan relatif lebih aman daripada plasmapheresis. IVIG menjadi pilihan terapi pada pasien dengan hemodinamik yang tidak stabil.[1,9,10,12]

Beberapa penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan hasil terapi yang bermakna antara plasmapheresis dan IVIG. Kombinasi antara plasmapheresis dan IVIG juga tidak menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan terapi plasmapheresis atau IVIG tunggal.[1,9,10,12]

Kortikosteroid

Pemberian kortikosteroid oral atau intravena dulu dipercaya dapat mempercepat penyembuhan GBS. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa pemberiannya bersama IVIG tidak memberikan hasil yang lebih baik daripada terapi IVIG tunggal. Studi lainnya juga tidak menunjukkan hasil yang signifikan pada pemberian kortikosteroid.[1,9,10,12]

Fisioterapi

Penderita GBS berisiko terkena dekubitus, kontraktur, serta pneumonia ortostatik karena  kemampuan mobilisasi yang berkurang.  Kondisi ini dapat memperpanjang masa perawatan dan menurunkan kualitas hidup setelah perawatan.  Program fisioterapi yang tepat diharapkan dapat mencegah dan mengendalikan komplikasi-komplikasi tersebut.[9,10,12]

Program fisioterapi juga diperlukan untuk memperkuat otot dan memulihkan gerakan pada kasus dengan kelemahan otot berlanjut setelah fase akut.[2]

Referensi

1. Willison HJ, Jacobs BC, van Doorn PA. Guillain-Barré syndrome. Lancet. 2016 Aug 13;388(10045):717-27. doi: 10.1016/S0140-6736(16)00339-1. Epub 2016 Mar 2. PMID: 26948435.
2. WHO. Guillain–Barré syndrome. October 2016. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/guillain-barre-syndrome/en/
4. NORD. Guillain–Barré syndrome. 2020. https://rarediseases.org/rare-diseases/guillain-barre-syndrome/
9. Andary MT. Guillain–Barré syndrome. Medscape. January 2017. http://emedicine.medscape.com/article/315632-overview
10. Leonhard SE, Mandarakas MR, Gondim FAA, et al. Diagnosis and management of Guillain-Barré syndrome in ten steps. Nat Rev Neurol. 2019; 15: 671-83.
11. Goodfellow JA, Willison HJ. Guillain-Barré syndrome: a century of progress. Nat Rev Neurol. 2016;12:723-31.
12. Verboon C, Doets AY, Galassi G, et al. Current treatment practice of Guillain-Barré syndrome. Neurology 2019; 93: e59-e76.

Diagnosis Sindrom Guillain-Barré
Prognosis Sindrom Guillain-Barré

Artikel Terkait

  • Guillain−Barré Syndrome pada Pasien COVID-19
    Guillain−Barré Syndrome pada Pasien COVID-19
  • Sindrom Guillain-Barre Pasca Vaksinasi
    Sindrom Guillain-Barre Pasca Vaksinasi
Diskusi Terkait
dr.Prionoto
Dibalas 31 Mei 2022, 06:43
Pasien laki-laki dewasa dengan Syndrome guillan barre, bagaimana penanganannya
Oleh: dr.Prionoto
5 Balasan
Alo dokter, saya ada pasien dewasa laki2 dgn diagnosis Syndrome Guillan Barre,bagaimana Cara pengobatan nya? Terima kasih yg mau berbagi pengalaman..
dr. Nurul Falah
Dibalas 17 Desember 2020, 13:46
Bagaimana memilih terapi yang tepat untuk pasien anak dengan sindrom Guillain-Barre
Oleh: dr. Nurul Falah
2 Balasan
Alo dr. Anyeliria,Sp.S. Izin bertanya dokter.Untuk pasien anak yang mengalami sindrom Guillain-Barre berat, apakah terapi spt plasmaferesis jauh lebih...
dr. Ni Luh Putu Wulan Budyawati
Dibalas 04 September 2019, 13:28
Anak usia 3 tahun tiba-tiba tidak bisa berjalan
Oleh: dr. Ni Luh Putu Wulan Budyawati
12 Balasan
Alodokter! Selamat malam dok, ijin share pertanyaan dari user dok, user mengeluhkan anaknya usia 3 tahun, laki-laki tiba-tiba tidak bisa berjalan. Dikatakan...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.