Etiologi Sindrom Guillain-Barré
Etiologi Guillain-Barre syndrome (GBS) atau sindrom Guillain-Barre adalah sistem imun dan sebelumnya didahului infeksi bakteri atau virus. GBS merupakan kondisi poliradikuloneuropati yang jarang terjadi, tetapi dapat berakibat fatal.[1,4]
Etiologi
Penyakit infeksi akut ditemukan pada 2/3 penderita GBS. Pasien biasanya mengalami infeksi saluran napas atau gastroenteritis 3 minggu sebelum gejala neuropati muncul. Reaksi silang antara organisme patogen dan jaringan saraf menyebabkan munculnya suatu respon autoimun. Suatu studi menunjukkan gejala infeksi pencetus GBS yang paling sering muncul adalah demam (52%), batuk (48%), sakit tenggorokan (39%), sekret nasal (30%) dan diare (27%).[4,9,11,13]
Infeksi Pencetus
Beberapa penelitian mengungkap bahwa infeksi pencetus munculnya GBS tersering adalah Campylobacter jejuni, yang sering ditemukan pada ayam yang tidak dimasak matang. Studi serologi di Belanda menunjukkan bahwa 32% dari pasien GBS teridentifikasi mengalami infeksi C.jejuni sebelumnya, sedangkan studi di China utara menunjukkan angka infeksi C. jejuni mencapai 60% dari penderita GBS.[4,11,13]
Beberapa infeksi yang pernah dilaporkan dapat mencetuskan respon autoimun adalah:
- Bakteri: jejuni dan Haemophilus influenzae
- Virus: Cytomegalovirus (CMV), virus Epstein-Barr, Hepatitis E, virus Zika[4]
Prevalensi GBS setelah terinfeksi virus SARS-CoV-2 diperkirakan 15 kasus per 100.000 penderita COVID-19. Diduga COVID-19 berhubungan dengan peningkatan risiko GBS, khususnya varian GBS demielinasi atau acute inflammatory demyelinating polyradiculoneuropathy (AIDP).[4,5]
Faktor Risiko
GBS lebih sering terjadi pada orang dewasa daripada anak-anak. Insiden GBS meningkat seiring bertambahnya usia, di mana risiko tertinggi pada usia >50 tahun. Selain itu, GBS lebih banyak terjadi pada laki-laki.[1-3]
Perdebatan GBS pasca vaksinasi muncul ketika terjadinya peningkatan GBS setelah vaksinasi flu Babi di Amerika Serikat pada tahun 1976. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa risiko GBS adalah 1,7 kasus dari 1 juta vaksinasi. Hubungan antara GBS dan vaksinasi influenza hingga saat ini masih belum jelas. Beberapa penelitian retrospektif lainnya tidak menunjukkan adanya peningkatan angka kejadian GBS setelah vaksinasi di negara lain.[6,7]
Sementara, penelitian terkait GBS pasca vaksinasi COVID-19 juga masih berlangsung.[8]