Epidemiologi Carpal Tunnel Syndrome
Epidemiologi carpal tunnel syndrome atau sindrom terowongan karpal secara global berkisar antara 1-4 % pada populasi di seluruh dunia. Insidensi penderita CTS di Amerika serikat berkisar antara 1 hingga 3 kasus per 1000 orang per tahun. Di Indonesia sendiri, angka penderita CTS pada populasi pekerja industri garmen di Jakarta, angkanya mencapai 20,3% sementara itu data Nasional pada populasi umum belum ada.
Global
Secara global, diperkirakan CTS terjadi pada 1-4% dari total populasi di seluruh dunia. Angka insidensinya mencapai 276/100.000 orang per tahunnya di seluruh dunia. Penyakit CTS terutama terjadi paling sering pada ras kulit putih (Caucasoid) dan jenis kelamin perempuan.[1,2]
Sekitar 2/3 dari total kasus CTS penderitanya berjenis kelamin perempuan. Puncak kasus penemuan CTS adalah pada pasien dengan rentang usia antara 40 hingga 60 tahun. Di Amerika serikat, angka insidensi CTS adalah 1 - 3 kasus per 1000 orang per tahun, dengan angka prevalensi mencapai 50 kasus per 1000 orang. Persentase insidensinya adalah 5%. Sedangkan di negara lain seperti Inggris, angka insidensi penderitanya mencapai 7%-16% [1,2,11]
Perempuan yang sedang hamil juga dapat mengalami CTS. Angka insidensinya mencapai 20–45% dari pasien yang sedang hamil. Gejala umumnya berkembang saat trimester ketiga dan akan membaik setelah pasien melahirkan.[2]
Indonesia
Data epidemiology di Indonesia tidak ditemukan. Di Jakarta, prevalensi CTS pada pekerja industri garmen mencapai 20,3%. Pada studi yang dilakukan di Karanganyar, Jawa Tengah, 62% penderita CTS pada sebuah industri pabrik saus dan kecap adalah perempuan. Data nasional tidak ditemukan.[12,13]
Mortalitas
Mengenai mortalitas Carpal tunnel syndrome (CTS), CTS adalah penyakit yang tidak menyebabkan kematian/mortalitas tetapi dapat menyebabkan morbiditas irreversible berupa kerusakan nervus medianus yang dapat menyebabkan morbiditas berat(penurunan hingga kehilangan fungsi) pada tangan.[10]
Penulisan pertama oleh: dr. Debtia Rahma