Etiologi Carpal Tunnel Syndrome
Etiologi carpal tunnel syndrome atau sindrom terowongan karpal saat ini diketahui bersifat idiopatik. Namun terdapat beberapa kondisi yang menjadi etiologi risiko terjadinya CTS. Etiologi risiko tersebut dapat dibagi menjadi etiologi mekanis, anatomis dan fisiologis. Sedangkan faktor risiko dapat dibagi menjadi faktor risiko yang berhubungan dengan pekerjaan dan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Etiologi
Etiologi CTS berdasarkan faktor yang mendasarinya dapat dibagi menjadi tiga faktor, yaitu faktor mekanis, anatomis dan fisiologis. Ketiga faktor ini saling berhubungan dan tidak jarang timbul secara Bersama dalam menimbulkan CTS pada pasien.
Faktor Mekanis
Aktivitas gerakan tangan repetitif, gerakan yang membutuhkan tenaga dari tangan dan pergelangan tangan dan efek dari bekerja dengan memegang alat berat yang menimbulkan getaran terus-menerus dapat menyebabkan terjadinya CTS. Umumnya CTS akan terjadi pada tangan dominan pasien. Namun tidak jarang CTS terjadi pada kedua tangan khususnya bila pasien memiliki anatomi kanal yang sempit.[2]
Faktor Anatomis
Faktor anatomis seperti terowongan karpal yang lebih sempit pada orang-orang tertentu dapat menjadi faktor terjadinya CTS. Selain itu, kelainan anatomi seperti arteri media persisten, kista ganglion dan tumor yang menempati ruang terowongan karpal (space occupying lesion) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan cairan interstisial dan menekan nervus medianus.[2,6]
Selain itu, kelainan anatomi yang terjadi akibat trauma seperti perdarahan, kerusakan anatomi pergelangan tangan dan pembentukan skar dapat menyebabkan terjadinya restriksi volume kanal sehingga akan terjadi penekanan nervus medianus.[2]
Kondisi CTS yang diakibatkan oleh trauma bersama kondisi lain yang lebih jarang contohnya artritis septik, pseudogout, topaceous gout, infeksi jaringan lunak, tendinitis kalsifikasi, tumoral calcinosis, dan sinovitis villonodular terpigmentasi dapat digolongkan sebagai kondisi CTS akut dan membutuhkan penanganan segera yang umumnya berupa operasi.[6]
Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis yang abnormal seperti pada pasien obesitas, toksisitas obat, alkoholisme, diabetes, hipotiroidisme, artritis rematik, amyloidosis primer, dan gagal ginjal dapat menyebabkan penyakit CTS.[2,6]
Mekanisme terjadinya CTS pada gagal ginjal dan artritis rematik adalah sebagai efek sekunder dari pembentukan formasi pannus dan deposisi amyloid yang menyebabkan peningkatan tekanan terowongan karpal. Sementara itu, CTS yang terjadi pada kasus toksisitas obat, alkoholisme, serta diabetes terjadi akibat kerusakan secara langsung pada nervus medianus.[2,6]
Pada saat hamil, perempuan dapat mengalami CTS yang bersifat sementara dan umumnya akan sembuh dengan sendirinya dimasa post partum. Onset gejala CTS pada perempuan yang sedang hamil umumnya terjadi pada trimester tiga dan berhubungan dengan retensi cairan yang terjadi pada pasien tersebut. Kondisi ini hanya memerlukan penatalaksanaan yang bersifat konservatif.[2]
Faktor Risiko
Terdapat berbagai faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya CTS yang terbagi dalam faktor risiko yang terkait pekerjaan dan tidak terkait pekerjaan.
Faktor Risiko yang Terkait Pekerjaan
Carpal tunnel syndrome lebih banyak dijumpai pada pekerja berat yang menggunakan tangan seperti pada:
- Operator mesin drill (vibrasi)
- Buruh konstruksi
- Supir
- Mekanik automotif
- Tukang daging
- Porter stasiun
- Pekerjaan lain yang mengharuskan genggaman kuat[1,7]
Carpal tunnel syndrome juga ditemui pada pekerja yang melakukan gerakan tangan repetitif walaupun ringan, seperti pada:
- Koki
- Operator komputer (atau pemain eSport)
- Penjahit
- Tukang kebun
- Juru ketik
- Tukang cat baliho[7,8]
Faktor Risiko yang tidak Terkait Pekerjaan
- Usia antara 46-60 tahun
- Jenis kelamin: perempuan lebih berisiko dibandingkan laki-laki
- Obesitas
- Ras kulit putih
- Penderita Diabetes, Hipotiroid, Mukopolisakaridosis
- Penyakit autoimun (contohnya artritis rematik)
- Kehamilan[1,6,9,10]
Penulisan pertama oleh: dr. Debtia Rahma