Penatalaksanaan Tarsal Tunnel Syndrome
Penatalaksanaan tarsal tunnel syndrome atau sindrom terowongan tarsal tergantung etiologi penyakit, serta derajat gangguan fungsi pada kaki dan pergelangan kaki. Pilihan terapi dapat mulai dari konservatif, medikamentosa, hingga tindakan pembedahan. Tindakan konservatif dilakukan dengan prinsip imobilisasi kaki yang sakit, sehingga dapat mengurangi gejala.[1,5]
Adapun medikamentosa untuk tarsal tunnel syndrome (TTS) dapat diberikan obat antinyeri atau antiinflamasi, untuk membantu meningkatkan kualitas hidup pasien. Tindakan pembedahan dapat dipertimbangkan jika tindakan konservatif serta medikamentosa tidak menunjukkan respon yang baik.[1,5]
Konservatif
Perawatan konservatif TTS bertujuan untuk mengurangi nyeri, proses inflamasi, dan kompresi terowongan lebih lanjut. Tindakan konservatif yang dapat dilakukan adalah pemasangan bidai pada pergelangan kaki. Pembidaian dapat membantu mengurangi gerakan berulang pada kaki sehingga membantu mengurangi proses peradangan.
Kompres dingin juga dapat membantu mengurangi nyeri. Pada atlet biasanya hanya membutuhkan perawatan konservatif karena kompresi yang bersifat fleksibel atau sementara.[1,5]
Medikamentosa
Pemberian obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) , kortikosteroid oral, vitamin B6, serta obat antinyeri neuropatik, dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien. OAINS berguna dalam kasus tenosynovitis yang menyebabkan kompresi pada terowongan tarsal.
Kortikosteroid peroral, walaupun efektif, harus dibatasi karena kemungkinan menyebabkan injeksi intravaskular atau ruptur tendon pada terowongan tarsal.
Obat-obatan untuk nyeri neuropatik, seperti gabapentin, pregabalin, topiramate, atau karbamazepin dapat meredakan gejala nyeri yang hebat. Obat oral lain yang dapat diberikan adalah obat antidepresan golongan trisiklik, seperti amitriptyline, imipramine, nortriptyline, dan desipramine, atau golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), seperti fluoxetine, sertraline, dan paroxetine.
Adapun obat topikal yang dapat diberikan seperti lidokain atau fentanyl patches, clonidine transdermal, capsaicin, dan kombinasi trisiklik-ketamine.[1,5]
Pembedahan
Gejala persisten selama lebih dari 6 bulan, kegagalan perawatan non-bedah, atau adanya lesi yang menempati terowongan, menjadi indikasi tindakan pembedahan. Pembedahan dilakukan dengan prinsip melepaskan retinakulum fleksor dari perlekatannya pada maleolus medial ke tali sustentaculum.
Hasil pembedahan dapat dievaluasi dengan melakukan pemeriksaan electroneuromyography (EMG), yaitu terdapat bukti adanya perubahan sebesar dua standar deviasi dari kontrol. Tingkat keberhasilan tindakan pembedahan bervariasi dari 44‒96%.
Pasien dengan tanda Tinel positif sebelum operasi cenderung merespon lebih baik dengan tindakan dekompresi bedah. Sebuah studi melaporkan dari 81 pasien yang dilakukan tindakan pembedahan kemudian dievaluasi menggunakan skala Takakura, ditemukan sebanyak 76,54% pasien menunjukkan respon sangat baik, 13,58% baik, serta 9,87% dengan respon buruk.[5,19]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini