Prognosis Tarsal Tunnel Syndrome
Prognosis tarsal tunnel syndrome atau sindrom terowongan tarsal akan baik jika pasien mendapat tata laksana yang adekuat. Namun, tarsal tunnel syndrome (TTS) dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang jika diterapi dengan tepat, seperti atrofi otot.[1,19]
Komplikasi
TTS yang tidak diobati dapat menyebabkan neuropati perifer pada saraf tibialis posterior dan cabang-cabangnya. Pasien mungkin merasakan nyeri yang bersifat menetap. Apabila gejala yang dirasakan pasien berlanjut sehingga pergerakan kaki sangat minimal, maka dapat berkembang menjadi atrofi otot.
Sementara itu, komplikasi yang dapat terjadi setelah tindakan operasi di antaranya adalah gangguan penyembuhan luka, infeksi, maupun pembentukan parut hipertrofik atau keloid.[1,19]
Prognosis
Prognosis pasien TTS tergantung pada etiologi yang mendasarinya. Sebuah studi retrospektif yang menilai respon setelah tindakan pembedahan melaporkan sebanyak 76,54% memberikan respon sangat baik, 13,58% respon baik, dan 9,87% respon buruk. Tindakan dekompresi dilaporkan juga efektif pada pasien TTS yang disertai diabetes mellitus.[1,19]
Respon setelah tindakan pembedahan dinilai menggunakan skala Takakura, yaitu skala untuk menilai aspek klinik. Gejala klinis yang dinilai adalah nyeri spontan atau nyeri dengan gerakan, nyeri terbakar, tanda Tinel, gangguan sensorik, dan atrofi atau kelemahan otot. Jika tidak terdapat gejala penilaian diberi poin 2, jika gejala ringan poin 1, dan jika gejala berat poin 0. Skor 10 menunjukkan kaki normal.[1,11,14,15]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini