Diagnosis Tarsal Tunnel Syndrome
Diagnosis tarsal tunnel syndrome atau sindrom terowongan tarsal ditegakkan berdasarkan gejala sesuai derajat penyakit dan faktor risiko. Beberapa tes dalam pemeriksaan fisik adalah tes Tinel, tes dorsofleksi-eversi, dan tes triple stress. Sementara, pemeriksaan baku emas untuk diagnosis tarsal tunnel syndrome (TTS) adalah penilaian konduksi saraf dan elektromiografi (EMG).[1,12]
Anamnesis
Keluhan pasien termasuk neuropati perifer, yaitu nyeri tajam pada kaki terutama saat dorsofleksi dan eversi, mati rasa pada permukaan plantar, serta sensasi kesemutan atau parestesia sepanjang distribusi saraf tibialis posterior. Gejala yang timbul bervariasi tergantung tingkat kompresi. Gejala biasanya memburuk saat berjalan atau berdiri, setelah aktivitas fisik, dan saat malam hari, serta membaik dengan istirahat.[1,12]
Jika terdapat satu gejala yang dirasakan oleh pasien, maka perlu dilakukan penilaian menggunakan skala Takakura. Skala ini bertujuan untuk menilai aspek klinik dengan jumlah skor maksimal 10. Gejala klinis yang dinilai adalah:
- Nyeri spontan atau nyeri dengan gerakan
- Nyeri terbakar
- Tinel sign
- Gangguan sensorik
- Atrofi atau kelemahan otot
Penilaian untuk setiap gejala adalah poin 2 jika tidak terdapat gejala, poin 1 jika gejala ringan, dan poin 0 jika gejala berat. Skor 10 menunjukkan kaki normal, dan skor 0 menunjukkan kelainan dengan simtomatik paling menonjol. Skala ini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi tindakan pembedahan.[1,11,14,15]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik TTS meliputi inspeksi, dan palpasi pergelangan kaki. Beberapa tes yang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah tes Tinel, tes dorsofleksi-eversi, dan tes triple stress.[1,14]
Inspeksi
Pada pemeriksaan inspeksi dapat ditemukan adanya pes planus, kaki pronasi, atau talipes equinovarus. Selain itu, pada kasus kronis dapat ditemukan atrofi, kelemahan otot kaki, dan kontraktur jari-jari kaki. Terdapat juga kelainan pada gaya berjalan, seperti pronasi atau supinasi yang berlebihan, inversi atau eversi kaki yang berlebihan, serta antalgic gait akibat menghindari nyeri saat berjalan.[1,14]
Palpasi
Pada palpasi dapat ditemukan adanya pengurangan sensasi plantar pada distribusi saraf plantar medial atau lateral. Pada distribusi saraf plantar medial terdapat pengurangan sensasi pada jari ke-1 sampai medial jari ke-4, sedangkan distribusi saraf plantar lateral pada lateral jari ke-4 sampai jari ke-5.
Pemeriksaan diskriminasi dua titik akan berkurang pada permukaan telapak kaki, dan pada kasus kronis dapat ditemukan pengurangan kekuatan otot dan range of motion (ROM) kaki.[11,15]
Tinel Sign
Tinel sign positif jika parestesia muncul saat dilakukan perkusi nervus tibia posterior. Perkusi dilakukan pada pergelangan kaki bagian medial, dan kaki dalam posisi dorsofleksi. Tes ini memiliki sensitivitas rendah (25‒75%), tetapi spesifisitas cukup tinggi (70‒90%) untuk kasus TTS.[11,15]
Tes Dorsofleksi-Eversi
Tes dilakukan dengan cara pergelangan kaki secara pasif diposisikan dorsofleksi dan eversi, lalu dipertahankan selama 10 detik. Tes ini bernilai positif jika pasien merasa parestesia. Pada 82% pasien dengan TTS didapatkan nilai positif pada tes dorsofleksi-eversi.[11,15]
Tes Triple-Stress
Tes ini dilakukan dengan posisi fleksi plantar dan inversi kaki, kemudian saraf tibialis posterior di belakang malleolus medial dikompresi selama 30 detik. Tes ini bernilai positif jika terdapat nyeri dan hipestesi.[11,15]
Tes Turki
Tes ini dilakukan dengan memasang tourniquet di atas maleolus medial. Tes ini bernilai positif jika terdapat nyeri dan hipestesi.[15,16]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding sindrom terowongan tarsal adalah artritis, yang mengenai daerah pergelangan kaki. Berikut adalah diagnosis banding dan karakteristik nyeri untuk membedakannya dengan TTS.[1,17]
Tabel 1. Tabel Diagnosis Banding Tarsal Tunnel Syndrome
Diagnosis | Karakteristik |
Plantar fasciitis | Adanya first-step pain atau nyeri saat langka pertama di pagi hari, dan post-static dyskinesia yaitu nyeri saat setelah lama beristirahat. |
Tenosynovitis pada otot flexor digitorum longus atau otot flexor hallucis longus | Nyeri saat gerakan hiperekstensi jari kaki. |
Neuroma | Dapat diidentifikasi dengan USG atau MRI. |
Radikulopati lumbal | Biasanya disertai penyakit sistemik, seperti diabetes melitus. Tinel sign bernilai negatif. |
Sumber: M.Ridwan, 2020.[1,17]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis TTS adalah electroneuromyography, penilaian konduksi saraf, serta beberapa pemeriksaan pencitraan, seperti radiologi konvensional, ultrasonografi (USG), dan magnetic resonance imaging (MRI).[1,14]
Electroneuromyography
Electroneuromyography atau elektromiografi (EMG) sering dilakukan bersamaan dengan penilaian konduksi saraf. Pemeriksaan ini digunakan untuk membedakan penyebab kelemahan otot akibat kelainan otot primer dengan kelemahan otot akibat kelainan neurologis.[1,17]
Penilaian Konduksi Saraf
Penilaian konduksi saraf atau nerve conduction study digunakan untuk melihat kecepatan konduksi saraf. Adanya penurunan kecepatan konduksi nervus tibialis posterior mendukung diagnosis TTS.[1,18]
Pemeriksaan Pencitraan
Pemeriksaan radiologi konvensional, dapat mengidentifikasi adanya kelainan struktural di kaki, seperti osteofit, varus dan valgus, atau bukti fisik adanya trauma sebelumnya. Ultrasonografi dapat digunakan untuk mengevaluasi struktur jaringan lunak termasuk saraf dan bifurkasinya. Kelainan yang dapat ditemukan berupa tendinitis atau tenosinovitis, lipoma atau pertumbuhan lain, varises, dan kista ganglion.[1,4]
MRI kaki tidak sensitif untuk diagnosis TTS, tetapi dapat membantu mengidentifikasi etiologi serta memeriksa kondisi patologis intratunnel, seperti adanya tumor.[1,4]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini