Edukasi dan Promosi Kesehatan Dispareunia
Edukasi pada pasien dispareunia sangat penting, terutama agar pasien mengerti bahwa dia benar mengalami nyeri saat senggama dan harus ditangani. Tenaga kesehatan harus menjelaskan sehingga pasien memahami mengapa gejala terjadi dan bagaimana menanganinya. Masih adanya stigma tabu untuk membicarakan masalah seksual di masyarakat akan menghambat penanganan optimal.[9,22]
Edukasi
Edukasi sebagai tahap awal dalam proses penatalaksanaan adalah memberitahu pasien bahwa dia benar mengalami nyeri saat senggama dan harus ditangani. Keluhan nyeri yang dialaminya tersebut mungkin memerlukan proses penanganan yang lama, atau bahkan nyerinya mungkin tidak bisa hilang sama sekali.
Tenaga kesehatan harus fokus dalam mengedukasi pasien mengenai anatomi dan fisiologi panggul, serta modifikasi gaya hidup untuk memahami mengapa gejala terjadi dan bagaimana menanganinya.[9,22]
Sung SC et al. memberi contoh model konseling seksual Permission, Limited Information, Specific Suggestions, Intensive Therapy (PLISSIT). Diawali dengan meminta izin untuk memulai diskusi, memberi informasi yang faktual dalam menanggapi pertanyaan pasien, jelaskan secara spesifik penyebab dan arahan mengatasi keluhan, dan diakhiri dengan memberitahukan terapi alternatif.[26]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Berbagai edukasi kesehatan tentang dispareunia perlu dilakukan, mengingat kurangnya pengenalan dan kesadaran akan penyakit ini apalagi dengan budaya masih tabunya topik ini.
Kesadaran yang meningkat akan kondisi ini dapat meningkatkan kualitas dan ketepatan tata laksana, sehingga diharapkan terjadi perbaikan kualitas hidup penderita serta pasangannya.[8,22]
Pencegahan dispareunia adalah usaha mencegah risiko penyakit, di antaranya:
- Mencegah infeksi menular seksual seperti menghindari perilaku seksual berisiko tinggi
- Menjaga kebersihan personal alat genital
- Mengedukasi wanita premarital
- Menggunakan lubrikan atau hormonal topikal pada wanita menopause[8,14,22]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja