Etiologi Endometriosis
Etiologi endometriosis yang paling umum adalah menstruasi retrograde, yaitu aliran darah menstruasi yang berbalik. Riwayat keluarga dan dugaan lain sebagai etiologi endometriosis memerlukan penelitian yang lebih lanjut.
Menstruasi Retrograde
Menstruasi retrograde menjelaskan sebab letak implantasi endometrium yang ektopik atau tidak pada tempat asalnya. Namun, hanya sebagian dari wanita yang mengalami menstruasi retrograde yang mengalami endometriosis. Hal ini diduga akibat perbedaan sistem imunitas.[2,4,5,8]
Disfungsi Imunologi
Terdapat hipotesis yang mengatakan bahwa endometriosis merupakan kondisi autoimun karena terdapatnya perbedaan antara imunitas pada wanita dengan endometriosis dan wanita tanpa endometriosis. Perbedaan ini berpengaruh pada respons imun yang terganggu, yang berujung pada kegagalan pembersihan endometriosis dari permukaan peritoneum. Terganggunya respons imun pada wanita dengan endometriosis berkontribusi besar terhadap perjalanan penyakit.
Beberapa teori menjelaskan bahwa disfungsi imunitas berasal dari mutasi atau disregulasi gen yang bersifat bawaan. Peningkatan imunitas humoral dan aktivasi makrofag berjalan bersamaan dengan penurunan sel natural killer T dan sel T, yang berperan dalam imunitas yang dimediasi sel. RANTES (Regulated on Activation, Normal T Expressed) yang juga dikenal sebagai C-C motif chemokine ligand 5 (CCL5) adalah sitokin kemotaktik yang memainkan peran aktif dalam merekrut leukosit ke lokasi yang mengalami inflamasi. Wanita dengan endometriosis memiliki RANTES yang diproduksi dari endometriosis ektopik. Produksi RANTES dapat berkontribusi pada peningkatan leukosit di peritoneum dan memperburuk reaksi inflamasi.[1-10,13-18]
Metaplasia
Teori metaplasia epitel selomik menjelaskan bahwa epitel selomik masih memiliki kemampuan untuk berproliferasi. Hal ini terbukti dari epitel permukaan ovarium yang dapat berdiferensiasi menjadi beberapa tipe sel histologi yang berbeda. Teori ini juga menjelaskan kondisi endometriosis yang tidak dapat dijelaskan melalui teori menstruasi retrograde. Teori metaplasia epitel selomik menjelaskan mengapa endometriosis dapat terjadi pada remaja yang belum mengalami menarke, wanita yang tidak memiliki uterus, dan sangat jarang terjadi pada pria.[1-8]
Genetik
Sebuah studi internasional menganalisis 1.176 keluarga, di mana salah satu anggota dari keluarga tersebut terkena endometriosis. Studi tersebut meneliti saudara kandung mereka dan menemukan hubungan signifikan antara penyakit endometriosis dan kromosom 10q26. Dengan kelompok yang sama, pada 248 keluarga yang mempunyai lebih dari 3 anggota keluarga yang mengalami endometriosis, ditemukan bahwa ada hubungan signifikan pada kromosom 7p13-15. Namun, mutasi gen tidak bisa diidentifikasi pada kelompok ini.[6-8]
GWASs (Genome-wide association studies) telah melakukan studi besar semenjak tahun 2010. Dari hasil studi meta analisis ditemukan adanya tambahan lokus, seperti cyclin-dependent kinase inhibitor 2B antisense RNA (CDKN2B-AS1) pada kromosom 7p15.2 dan vezatin (VEZT) pada kromosom 2p14. Namun, walaupun studi skala besar telah dilakukan, tidak terdapat laporan gen-gen ini dalam kasus keluarga dengan endometriosis. Sampai saat ini, studi-studi ini belum menghasilkan identifikasi terapi.[6-8]
Sisa Sel Mullerian
Teori serupa dengan teori metaplasia epitel selomik juga terjadi pada sisa sel Mullerian. Duktus mullerian terbentuk dari epitel selomik saat perkembangan fetus terjadi. Sel Mullerian yang tersisa disebut masih memiliki kemampuan untuk berproliferasi jika terstimulasi oleh hormon estrogen.[6,8]
Penyebaran Secara Anatomi
Menurut teori Sampson, pada wanita dengan endometriosis mengalami menstruasi retrograde, di mana darah menstruasi berbalik arah, tidak menuju vagina melainkan menuju peritoneum. Produk peluruhan dinding endometrium pada peritoneum melalui tuba falopi. Penyebaran secara anatomi paling umum adalah melalui tuba falopi.[1-10,17]
Teori penyebaran melalui sistem limfatik dan pembuluh darah sesuai dengan Sampson yang mengatakan bahwa fragmen jaringan endometrium dapat memasuki sirkulasi seperti limfatik. Dari sirkulasi limfatik, fragmen jaringan endometrium kemudian berpindah ke lokasi ektopik. Teori penyebaran melalui sistem limfatik telah disarankan untuk menjelaskan jaringan endometrium pada kelenjar getah bening pada beberapa wanita. Terjadinya endometriosis pada lokasi yang tidak umum, seperti paru-paru, juga dapat dijelaskan oleh penyebaran limfatik dan pembuluh darah.[1,6,8,12,19-21]
Faktor Risiko
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko endometriosis adalah:
Riwayat Keluarga
Faktor risiko endometriosis erat hubungannya dengan riwayat keluarga. Pada kerabat tingkat pertama, peningkatan risiko mencapai 7-10 kali lipat. Faktor genetik menjelaskan pernyataan ini. Ditemukan pada studi terhadap 3096 pasien kembar, jika salah satunya mempunyai endometriosis maka kemungkinan untuk kembarannya memiliki endometriosis adalah 52%.[4,6-8]
Faktor Lainnya
Faktor risiko endometriosis lainya masih belum jelas. Namun, teori mengatakan predisposisi individu, seperti cacat bawaan uterus, dapat berkontribusi dalam endometriosis. Pernyataan tersebut masih membutuhkan studi lebih lanjut. Faktor lain, seperti menarke dini, siklus menstruasi yang pendek, periode menstruasi yang panjang, dan nuliparitas, terkait dengan peningkatan risiko. Peningkatan prevalensi endometriosis dilaporkan terjadi pada wanita dengan indeks massa tubuh yang rendah dan mengonsumsi alkohol.[2,4,6]
Beberapa studi menemukan adanya peningkatan risiko endometriosis pada wanita dengan diet tinggi lemak trans, yang biasanya ditemukan pada daging merah. Penelitian ini juga melaporkan penurunan risiko dengan diet yang mengandung asam lemak omega 3 yang merupakan rantai panjang asam lemak tak jenuh ganda.[13,14,18]