Patofisiologi Endometriosis
Sampai saat ini, patofisiologi endometriosis diduga disebabkan oleh menstruasi retrograde. Walaupun patofisiologi pastinya masih harus diteliti lebih lanjut, sebagian besar studi endometriosis yang mencakup data molekuler dan klinis selama dua dekade terakhir mendukung teori menstruasi retrograde. Namun, beberapa teori patogenesis dan progresi penyakit dapat dijelaskan melalui inflamasi, pembentukan pembuluh darah, peran sitokin dan kemokin, serta reseptor hormon.
Menstruasi Retrograde
Pada keadaan normal, darah yang berasal dari peluruhan dinding endometrium akan dikeluarkan melalui vagina. Pada kondisi menstruasi retrograde, darah menstruasi akan berbalik menuju peritoneum. Mekanisme awal pembentukan endometriosis terjadi ketika sel-sel epitel dan stroma endometrium berada dalam rongga peritoneum. Endometrium ektopik dapat bertumbuh dan mengalami peluruhan saat siklus menstruasi terjadi.
Produk peluruhan dinding endometrium pada peritonium terjadi melalui tuba falopi. Endometrium di luar rahim dapat menyebabkan peradangan, jaringan fibrosa, serta terbentuknya kista dan adhesi. Adhesi dapat memengaruhi fungsi organ sekitar uterus. Peradangan kronis yang diakibatkan oleh endometriosis dapat berujung pada infertilitas.[1-8]
Inflamasi
Peningkatan sitokin dan kemokin pada reaksi inflamasi endometriosis memiliki peran dalam patofisiologi endometriosis. Studi menyatakan bahwa interleukin-1 (IL-1) dapat terdeteksi pada cairan peritoneum wanita dengan endometriosis, sehingga sitokin mungkin berperan sebagai pemberi sinyal inflamasi. Dalam studi tersebut, didapati juga adanya peningkatan reseptor dari IL-1, yang berperan dalam merangsang pelepasan vascular endothelial growth factor (VEGF), tumor necrosis factor-alpha (TNF-alpha), serta IL-6 dan IL-8. Kemokin juga memiliki peran dalam menginduksi kemotaksis pada sel responsif terdekatnya.[2,3,7-8]
Pembentukan Pembuluh Darah
Pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis) diperlukan untuk jaringan endometriosis sebagai asupan pembentukan atau pemeliharaan lesi. Beberapa faktor pertumbuhan dan gen terkait dengan angiogenesis telah dipelajari dalam patofisiologi endometriosis. VEGF diketahui memiliki peran dalam angiogenesis dan vaskulogenesis. Beberapa studi membuktikan kadar protein VEGF yang tidak konsisten pada cairan peritoneum wanita dengan endometriosis. Pembentukan pembuluh darah biasanya diikuti juga dengan pembentukan serabut saraf. Hal ini berkontribusi pada rasa nyeri pada endometriosis.[2,7-8]
Peran Sitokin dan Kemokin
Sitokin dan kemokin memiliki peran penting dalam patofisiologi endometriosis. Peran keduanya dijelaskan secara rinci oleh studi yang dilaksanakan oleh Chen et al dan Fassbender et al. Sitokin adalah protein yang memiliki peran penting dalam pengiriman sinyal sel, sedangkan kemokin menginduksi kemotaksis pada sel di dekatnya. Peran keduanya menjadi kunci dalam proses inflamasi pada lesi endometriosis. Peran sitokin IL-17A juga terlihat dalam pembentukan pembuluh darah. Chen et al dan Fassbender et al mengambil sampel endometriosis dari cairan peritoneal, lesi endometriosis, dan serum darah. Studi menemukan bahwa fungsi protein-protein tersebut berbeda jika dibandingkan pada wanita yang tidak memiliki endometriosis.[2-12]