Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Panduan e-Prescription Endometriosis annisa-meidina 2025-01-10T09:37:37+07:00 2025-01-10T09:37:37+07:00
Endometriosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan e-Prescription

Panduan e-Prescription Endometriosis

Oleh :
dr. Nurul Falah
Share To Social Media:

Panduan e-prescription  endometriosis ini dapat digunakan Dokter pada saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.

Endometriosis merupakan kondisi ginekologis di mana jaringan endometrium tumbuh secara ektopik, yang berhubungan dengan hormon estrogen. Endometriosis dapat ditemukan pada ovarium, tuba falopi, vagina, atau pada bagian lain uterus dan daerah peritoneum. Meskipun jarang, endometriosis dapat ditemukan pada paru-paru. Oleh sebab itu, gejala endometriosis biasanya bergantung pada lokasinya.[1-2]

Tanda dan Gejala

Pada anamnesis, gejala endometriosis paling umum adalah dismenore berat, berupa nyeri panggul yang timbul sebelum atau saat menstruasi. Gejala endometriosis juga bergantung pada lokasinya, antara lain dispareunia, dyschezia, disuria, dan nyeri saat buang air besar. Gejala lain yang mungkin menyertai antara lain fatigue, mual, muntah, kembung, diare, ataupun konstipasi.[3,4]

Nyeri yang berat dapat memberi gambaran akan kedalaman infiltrasi. Nyeri biasanya timbul secara berulang dan berkaitan dengan menstruasi, yaitu beberapa hari sebelum menstruasi dan mulai menghilang 1‒2 hari setelah menstruasi. Nyeri biasanya membaik selama kehamilan dan setelah menopause. [1,5]

Anamnesis juga harus mencakup riwayat keluarga dan riwayat operasi di masa lalu, yang diketahui meningkatkan risiko endometriosis lokal, seperti sectio caesarea dan miomektomi.[1,3]

Peringatan

Lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan apabila pasien dengan suspek endometriosis mengalami salah satu dari kondisi berikut:

  • Perdarahan dari vagina yang masif
  • Nyeri perut tidak berkurang dalam 24 jam
  • Demam lebih dari 38℃
  • Feses berdarah
  • Frekuensi pernapasan cepat
  • Keluhan tidak membaik dalam 3 hari
  • Diare lebih sering, muntah berulang, dan tidak nafsu makan atau minum
  • Penurunan kesadaran [3,4]

Peringatan Medikamentosa

Pemberian kontrasepsi oral memiliki risiko peningkatan trombosis vena, terutama jika pasien melakukan perjalanan yang menyebabkan imobilisasi hingga >5 jam. Risiko dapat berkurang dengan latihan yang tepat selama perjalanan dan kemungkinan dengan menggunakan kaos kaki elastis.

Pemberian antagonis gonadotropin-releasing hormone (GnRH) meningkatkan risiko hipogonadisme, seperti penurunan kepadatan mineral tulang, hot flashes, vagina yang kering, dan sakit kepala.[1,5]

Pemberian terapi hormon perlu diawali dengan penilaian atau pertanyaan untuk memastikan tidak terdapat kontraindikasi, di antaranya:

  • Pastikan pasien sedang tidak hamil, dan jika ada keraguan maka minta pasien untuk melakukan tes kehamilan mandiri sebelum konsumsi obat
  • Riwayat hipertensi[6]

Medikamentosa

Obat khusus untuk menghilangkan endometriosis belum tersedia. Tujuan utama pemberian medikamentosa adalah menghilangkan rasa nyeri, yaitu dengan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Selain itu, terapi lini pertama endometriosis adalah pil kontrasepsi kombinasi dosis rendah untuk mengurangi perkembangan lesi endometriosis. Jika gejala tidak membaik selama 3 bulan, terapi berikutnya adalah dengan pemberian progestin, antagonis hormon gonadotropin (GnRH), dan danazol.[2,7]

Analgesik

Obat analgesik diberikan pada pasien yang mengeluh nyeri. Penggunaan obat analgesik dapat dikonsumsi beberapa hari sebelum dan saat menstruasi. Pilihan analgesik adalah:

  • Paracetamol dengan dosis 1.000 mg sebanyak 4 kali sehari, maksimum 4.000 mg/hari[1,4,7]

Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS)

OAINS dapat juga diberikan sebagai obat antinyeri, di antaranya:

  • Ibuprofen dengan dosis 400 mg, 3 kali sehari
  • Asam mefenamat dengan dosis 500 mg, 3 kali sehari[1,4,7]

Pil Kontrasepsi Kombinasi

Terapi hormonal ini mengandung estrogen dan progesteron, yang dapat diberikan untuk pasien yang tidak berencana hamil. Pil kontrasepsi kombinasi (PKK) diberikan selama 3 bulan dan berkelanjutan. Penggunaan PKK untuk endometriosis berbeda dengan penggunaannya untuk kontrasepsi.[2,7,8,12]

Konsumsi PKK untuk penderita endometriosis harus berkelanjutan, tanpa fase minum jeda 7 hari atau fase minum pil inaktif. Terapi endometriosis dengan PKK tidak perlu terjadi pendarahan putus obat yang menyerupai menstruasi. Pemberian PKK berkelanjutan tanpa jeda lebih efektif dalam mengurangi dismenore pada endometriosis, karena frekuensi perdarahan menstruasi menjadi lebih sedikit.[12]

Namun, pasien perlu diberikan penjelasan tentang risiko perdarahan yang tidak dapat diprediksi.   PKK juga terbukti mengurangi ukuran endometrioma dan memperlambat perkembangan penyakit.[12]

Berikut cara melanjutkan minum PKK:

  • Sediaan monofasik 21 tablet: setelah selesai 1 paket, langsung lanjutkan ke paket berikutnya (tidak seperti penggunaan untuk mencegah kehamilan, di mana paket berikutnya diminum setelah jeda 7 hari)
  • Sediaan monofasik 28 tablet: pil tidak aktif atau pil 7 hari terakhir harus dilewati dan jangan diminum, di mana langsung konsumsi paket berikutnya (tidak seperti penggunaan untuk mencegah kehamilan, pengobatan endometriosis tidak perlu fase jeda dengan pil tidak aktif)[2,7,8]

Hormon Progestin

Hormon progestin bekerja sebagai antimitotik sel endometrium, sehingga dapat mengendalikan pertumbuhan dinding endometrium. Contoh jenis hormon progestin:

  • Medroxyprogesterone acetate 100 mg/hari, diberikan selama 3 bulan

  • Dydrogesterone 5‒10 mg/hari, diberikan selama 4 bulan

  • Dienogest 2 mg diberikan 1 kali/hari, setiap hari di waktu yang sama selama 28 hari saat pasien menstruasi[7,9]

Antagonis Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH)

Antagonis GnRH bersifat kompetitif di hipofisis. Antagonis GnRH bekerja dengan langsung  menekan produksi GnRH sehingga kondisi hipoestrogen segera terjadi. Salah satu jenis antagonis gonadotropin-releasing hormone (GnRH) adalah:

  • Elagolix dengan dosis 150 mg 1 kali sehari hingga 24 bulan. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 200 mg 2 kali sehari untuk gejala yang lebih parah, seperti dispareunia hingga 6 bulan. Berikan dosis terendah berdasarkan gejala.[7,10]

Danazol

Danazol memiliki efek antigonadotropik yang menghambat peningkatan hormon FSH dan LH, sehingga produksi estrogen berkurang. Danazol dilaporkan efektif dalam menghilangkan nyeri pada kasus endometriosis dan mengurangi konsentrasi CA-125 dalam plasma. Berikut dosis terapi untuk endometriosis:

  • Danazol dosis 200 mg diminum 2 kali sehari, selama 3‒6 bulan[7,11]

Pilihan Terapi pada Ibu Hamil dan Menyusui

Pilihan terapi endometriosis pada ibu hamil dan menyusui perlu mempertimbangkan  aspek manfaat yang lebih besar dibandingkan risikonya. Meski demikian, sejumlah jurnal melaporkan bahwa kehamilan dapat mengurangi keluhan pada penderita endometriosis.

Hampir semua obat kontrasepsi hormonal diekskresikan ke ASI sehingga penggunaannya pada ibu menyusui perlu berhati-hati. Terapi yang dapat digunakan adalah pemberian paracetamol sebagai analgesik dan anjuran kompres hangat serta beristirahat.[4,7]

Referensi

1. Yong PJ, Matwani S, Brace C, et al. 2019. Endometriosis and ectopic pregnancy: A meta-analysis. Journal of Minimally Invasive Gynecology. doi:10.1016/j.jmig.2019.09.778
2. Greene AD, Lang SA, Kendziorski JA, et al. 2016. Endometriosis: where are we and where are we going? Reproduction, 152(3), R63–R78.
3. Liu, Z. 2016. Inflammation and endometriosis. Frontiers in Bioscience, 21(5), 941–948.
4. Falcone T, Flyckt R. 2018. Clinical Management of Endometriosis. Obstetrics & Gynecology, 131(3), 557–571.
5. Mayo Clinic. 2024. Endometriosis. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/endometriosis/symptoms-causes/syc-20354656#:~:text=Other%20symptoms%20include%20cramps%20that,or%20nausea%2C%20especially%20during%20periods.
6. Harper-Harrison G, Carlson K, Shanahan MM. Hormone Replacement Therapy. [Updated 2024 Oct 6]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK493191/
7. Tsamantioti ES, Mahdy H. Endometriosis. StatPearls Publishing; 2024. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK567777/
8. PIONAS. Kontrasepsi hormonal kombinasi. 2015. https://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/73-kontrasepsi/731-kontrasepsi-hormonal-kombinasi
9. Jeng CJ, Chuang L, Shen J. A comparison of progestogens or oral contraceptives and gonadotropin-releasing hormone agonists for the treatment of endometriosis: a systematic review. Expert Opin Pharmacother. 2014 Apr;15(6):767-73.
10. Leyland N, Estes SJ, Lessey BA, Advincula AP, Taylor HS. A Clinician's Guide to the Treatment of Endometriosis with Elagolix. J Womens Health (Larchmt). 2021;30(4):569-78.
11. Kim JH, Han E. Endometriosis and Female Pelvic Pain. Semin Reprod Med. 2018;36(2):143-51.
12. Weisberg E, Fraser IS. Contraception and endometriosis: challenges, efficacy, and therapeutic importance. Open Access J Contracept. 2015 Jul 27;6:105-115. doi: 10.2147/OAJC.S56400.

Edukasi dan Promosi Kesehatan En...

Artikel Terkait

  • Risiko Kanker Ovarium pada Endometriosis
    Risiko Kanker Ovarium pada Endometriosis
Diskusi Terkait
dr. Gabriela
Dibalas 05 Mei 2023, 14:32
Peran Dienogest untuk Terapi Endometriosis Jangka Panjang - Artikel SKP Alomedik
Oleh: dr. Gabriela
1 Balasan
ALO Dokter!Hampir 10% dari populasi wanita di dunia mengalami endometriosis, yaitu kondisi dimana sel endometrium berproliferasi di luar uterus. Proliferasi...
Anonymous
Dibalas 22 Desember 2022, 16:17
Massa berwarna hitam pada pusar
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dokter, izin bertanya. Pasien wanita berusia 21 tahun belum menikah, mengeluhkan ada massa sebesar biji jagung di dalam pusarnya. Keluhan ini baru...
Anonymous
Dibalas 02 Juni 2022, 09:17
Endometriosis dan anovulasi
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, bagaimana kah gambaran lesi endometriosis pada pemeriksaan USG transvaginal jika pasien tidak bisa melakukan laparoskopi? Jika endometriosis...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.