Prognosis Hipertensi Dalam Kehamilan
Prognosis dan komplikasi hipertensi dalam kehamilan bergantung pada kondisi klinis, komorbid, dan pengelolaan yang dijalani pasien. Secara garis besar, hipertensi pada kehamilan tentunya akan meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan janin.
Di Amerika Serikat, hipertensi dalam kehamilan menyebabkan angka kematian ibu sebesar 2-7% setiap tahunnya. Hipertensi transien dalam kehamilan dapat menyebabkan perkembangan hipertensi kronis setelah kehamilan. Hipertensi dalam kehamilan juga berhubungan dengan pertumbuhan janin terhambat dan solusio plasenta.[1]
Komplikasi
Hipertensi dalam kehamilan dapat mengakibatkan mortalitas dan morbiditas pada ibu dan janin. Superimposed preeklampsia dapat menyebabkan kejang eklamsia, perdarahan intraserebral, edema paru, gagal ginjal akut karena vasospasme, dan nekrosis tubular akut atau nekrosis korteks renal.
Komplikasi maternal lain berupa proteinuria berat (lebih dari 4-5 gr/hari), HELLP syndrome, dan hepatomegali dengan atau tanpa gagal hati. Komplikasi lain adalah ruptur hepar dan hematoma subkapsular yang dapat menyebabkan perdarahan internal, syok, serta Disseminated Intravascular Coagulation (DIC).
Komplikasi janin dapat berupa abrupsio plasenta, intrauterine growth restriction (IUGR), persalinan preterm, dan kematian janin.[3]
Prognosis
Hipertensi dalam kehamilan yang sudah mengalami komplikasi atau pada pasien dengan komorbiditas, dapat meningkatkan risiko mortalitas dan morbiditas maternal dan fetal.[1,3,6,13]
Secara umum, pasien dengan hipertensi dalam kehamilan mengalami peningkatan risiko kejadian kardiovaskular. Pasien lebih berisiko mengalami gagal jantung 4,2 kali lebih tinggi; penyakit arteri koroner 2,5 kali lebih tinggi; dan stroke 1,8 kali lebih tinggi. Risiko terjadinya hipertensi di kemudian hari juga meningkat sebanyak 2,3 hingga 6,7 kali.[6,13]
Hipertensi Kronis
Hipertensi kronis dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. Hipertensi kronis dan preeklampsia yang terjadi bersamaan telah dikaitkan dengan risiko luaran buruk yang lebih tinggi.
Pada ibu, hipertensi kronis selama kehamilan akan meningkatkan risiko gagal ginjal akut, edema paru, kemungkinan membutuhkan sectio caesarea, abruptio plasenta, dan komplikasi serebrovaskular. Pada janin, hipertensi kronis selama kehamilan meningkatkan risiko luaran buruk, termasuk mortalitas perinatal, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan malformasi kongenital.[21]
Hipertensi Gestasional
Sebuah meta-analisis dengan total sampel sekitar 24.000 pasien dengan hipertensi gestasional yang hamil lagi, melaporkan bahwa 22% pasien mengalami hipertensi pada kehamilan berikutnya (hipertensi gestasional 15%, preeklampsia 7%).[26,28-30]
Prognosis Jangka Panjang
Pasien yang mengalami hipertensi gestasional berisiko mengalami hipertensi nantinya dan juga penyakit lain yang terkait hipertensi, seperti penyakit ginjal kronis dan diabetes mellitus. Sebuah studi prospektif yang melibatkan lebih dari 15.000 pasien melaporkan bahwa pasien hipertensi gestasional memiliki tekanan darah yang lebih tinggi secara signifikan di kemudian hari dibandingkan kontrol. Pasien hipertensi gestasional juga ditemukan memiliki profil lipid dan glikemik yang lebih buruk.
Selain itu, anak yang lahir dari ibu dengan hipertensi dalam kehamilan telah dilaporkan lebih berisiko mengalami gangguan kognitif, gangguan mood, dan gangguan mental lainnya. Tetapi perlu diingat bahwa risiko ini masih perlu dikonfirmasi oleh data lebih lanjut.[21,26,28-30]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelsi Khairani