Edukasi dan Promosi Kesehatan Kanker Serviks
Edukasi dan promosi kesehatan pada kanker serviks yang utama adalah mengenai pencegahan dan deteksi dini, yakni mencakup vaksinasi HPV (human papilloma virus), penapisan, dan pemantauan jangka panjang. Penapisan kanker serviks dimulai sejak usia 21 tahun. Vaksin HPV dapat diberikan pada anak laki-laki dan perempuan pada usia 11-12 tahun.[1,23]
Edukasi Pasien
Edukasi dilakukan untuk mencegah penularan HPV, melakukan deteksi dini, serta mendiskusikan rencana terapi pada pasien yang sudah terdiagnosis kanker serviks
Edukasi Risiko Kanker
Sampaikan pada pasien bahwa infeksi HPV risiko tinggi yang persisten merupakan faktor risiko utama dari kanker serviks. Sampaikan mengenai pentingnya penapisan untuk deteksi dini. Penapisan dilakukan dengan Pap smear sejak usia 21 tahun, diulangi setiap 3 tahun sampai usia 30 tahun. Kemudian, skrining kanker serviks dapat dilakukan setiap 5 tahun hingga usia 65 tahun.[22,24]
Gejala Kanker Serviks
Jelaskan pada pasien bahwa kanker serviks berkembang perlahan selama beberapa tahun. Terkadang kanker serviks tidak menimbulkan gejala apa pun, tetapi bisa juga menyebabkan perdarahan atau keputihan yang tidak normal. Perdarahan ini bisa berupa bercak atau pendarahan berat yang terjadi di antara periode menstruasi, setelah berhubungan seks, atau perdarahan setelah menopause. Minta untuk memeriksakan diri jika pasien mengalami gejala tersebut.[4,24]
Penentuan Stadium Kanker
Setelah kanker serviks terdiagnosis, jelaskan pada pasien bahwa langkah selanjutnya adalah menentukan stadium kanker. Stadium kanker serviks ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan pencitraan. Jelaskan bahwa pasien mungkin akan diminta menjalani pemeriksaan panggul lengkap, mencakup serviks, vagina, rahim, ovarium, dan rektal. Pasien juga mungkin perlu menjalani sistoskopi atau anoskopi, CT scan, PET scan, ataupun MRI untuk mendeteksi apakah kanker telah menyebar ke luar panggul atau ke organ lain.[24]
Opsi Penatalaksanaan
Jelaskan pada pasien bahwa terapi akan tergantung pada stadium kanker, kondisi medis keseluruhan, serta apakah pasien masih menginginkan fertilitas di masa depan. Sampaikan bahwa modalitas terapi mencakup histerektomi, radioterapi, kemoterapi, brakhiterapi, dan limfadenektomi.[22,24]
Pemantauan
Setelah regimen terapi selesai, pasien dianjurkan untuk menjalani pemantauan berkala. Pemantauan dengan pemeriksaan fisik umumnya dilakukan setiap 3-4 bulan selama dua tahun, kemudian setiap 6 bulan selama tahun ke-3 hingga ke-5, dan setiap tahun setelahnya. Selain itu, dilakukan juga pemantauan Pap smear setiap tahun.[24]
Gangguan Seksual Setelah Terapi
Sampaikan pada pasien bahwa dirinya bisa mengalami perubahan setelah pengobatan kanker serviks, termasuk pemendekan atau penyempitan vagina dan penurunan pelumasan vagina. Jika pasien belum mengalami menopause sebelum pengobatan, sampaikan mengenai kemungkinan mengalami gejala menopause akibat radiasi panggul, operasi pengangkatan ovarium, atau kemoterapi.
Perubahan fisik ini dapat berdampak pada kepuasan seksual pasien. Untuk meringankan ketidaknyamanan, sarankan pasien untuk menggunakan pelembab atau pelumas vagina selama hubungan seksual.[24]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan dan pengendalian kanker serviks dilakukan dengan vaksinasi HPV. Vaksin HPV dapat diberikan pada anak perempuan dan laki-laki.
Selain vaksinasi, transmisi HPV juga dapat diturunkan dengan melakukan perilaku seksual yang aman, seperti menggunakan kondom. Penting untuk dipahami bahwa penggunaan kondom tidak memberikan perlindungan total dari infeksi HPV, karena kondom tidak menutupi semua kulit genital yang terbuka.[5,14,25]
Vaksinasi HPV
Vaksin HPV direkomendasikan diberikan pada anak laki-laki maupun perempuan pada usia 11 atau 12 tahun. Dosis vaksin HPV diberikan sebanyak 2 dosis dengan jarak minimal 6 bulan.
Pada pria dan wanita usia 15-26 tahun, dapat diberikan vaksinasi HPV sebanyak 3 dosis. Pada orang dewasa usia 27-45 tahun yang belum pernah mendapat vaksin, dapat menerima vaksin HPV yaitu Gardasil 9®.[25,26]
Skrining Kanker Serviks
Skrining kanker serviks umumnya dapat dilakukan dengan pemeriksaan Pap smear, inspeksi visual asam asetat (IVA) dan deteksi HPV DNA. American Cancer Society (ACS) merekomendasikan skrining dimulai sejak usia 25 tahun hingga 65 tahun. Pemeriksaan HPV tiap 5 tahun adalah pilihan utama. Bila tidak tersedia, pemeriksaan sitologi seperti Pap smear bisa dilakukan setiap 3 tahun Menurut ACS, wanita berusia >65 tahun dengan riwayat skrining negatif yang adekuat selama 10 tahun terakhir tidak perlu melakukan skrining lagi.[27]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelvi Levani