Edukasi dan Promosi Kesehatan Persalinan Preterm
Edukasi dan promosi kesehatan tentang persalinan preterm atau persalinan prematur harus mencakup informasi tentang faktor risiko, seperti kebiasaan merokok, konsumsi alkohol secara berlebihan, dan malnutrisi. Pencegahan persalinan preterm diawali dari kehamilan yang sehat dan pemeriksaan antenatal yang teratur sesuai jadwal.
Edukasi Pasien
Edukasi meliputi penjelasan tentang risiko terjadinya persalinan preterm berulang di kemudian hari, terutama pada ibu dengan riwayat persalinan preterm sebelumnya. Pada ibu hamil dengan panjang serviks pendek, perlu diedukasi gejala dan tanda persalinan preterm, seperti kontraksi uterus dengan frekuensi dan intensitas yang semakin meningkat, adanya sekret pervaginam, atau keluarnya cairan amnion. Bila tanda dan gejala ini terjadi, ibu harus segera ke fasilitas kesehatan terdekat.[1,9]
Ibu hamil yang berisiko mengalami persalinan preterm perlu mendapatkan konseling prenatal, mengenai komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada bayi prematur. Selain itu, ibu diedukasi untuk menghindari faktor-faktor risiko persalinan preterm, seperti rokok, alkohol, dan kondisi kurang gizi.[1,7,9]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Ibu hamil disarankan untuk melakukan kunjungan antenatal (antenatal care atau ANC) sesuai anjuran WHO, yaitu sebanyak 8 kali. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) juga telah mengeluarkan anjuran pemeriksaan penapisan dan pencegahan persalinan preterm berdasarkan jumlah janin dan riwayat persalinan.
Bila ibu hamil janin tunggal tanpa riwayat persalinan preterm, pemeriksaan anatomi dan panjang serviks dengan menggunakan USG dianjurkan pada saat usia 18-22 minggu. Pemberian progesteron pervaginam disarankan bila panjang serviks ≤25 mm.[21]
Bila ibu hamil janin tunggal tetapi memiliki riwayat persalinan preterm sebelumnya, USG endovaginal untuk menilai panjang serviks dianjurkan sejak usia gestasi 16-24 minggu dan dilakukan secara berkala setiap 1-4 minggu. Bila panjang serviks ≤25 mm, dokter dapat mempertimbangkan pemberian progesteron pervaginam atau sirklase dengan menggunakan USG.[21]
Pada kehamilan multipel, lakukan visualisasi serviks dan penilaian anatomi serviks menggunakan USG. Pemeriksaan dilakukan saat usia gestasi 18 0/7 sampai 22 6/7 minggu. Pada kondisi ini, tidak ada data yang cukup tentang efektivitas penggunaan progesterone pervaginam untuk mencegah persalinan preterm.[21]
Pemberian Progesteron Pervaginam
Pemberian progesteron pervaginam dilaporkan tidak efektif pada pasien yang tidak memiliki serviks pendek. Progesteron dapat mencegah penipisan serviks dengan cara mencegah degradasi kolagen yang menyusun struktur jaringan serviks.[1,21]
Sirklase Serviks
Sirklase serviks dapat mengurangi risiko persalinan preterm pada ibu dengan panjang serviks ≤25 mm di USG transvaginal saat usia kehamilan 16-24 minggu. Sirklase serviks juga dilakukan sebagai tata laksana inkompetensi serviks.[1]
Komplikasi sirklase serviks adalah perdarahan, infeksi, peningkatan frekuensi kontraksi, trauma serviks, ketuban pecah dini, sepsis, dan pembentukan jaringan parut pada serviks. Kontraindikasi sirklase serviks adalah anomali pada janin, infeksi intrauterin, perdarahan aktif, dan ketuban pecah dini.[1]
Manajemen Faktor Risiko
Pencegahan persalinan preterm mencakup penatalaksanaan faktor risiko yang dapat memicu terjadinya persalinan preterm. Pada kondisi infeksi seperti bakterial vaginosis dan infeksi saluran kemih, dokter dapat memberikan antibiotik sesuai pedoman klinis yang aman untuk ibu hamil. Namun, antibiotik tidak efektif pada wanita dengan hasil fibronektin fetal positif dan serviks pendek, tanpa disertai proses inflamasi.[2,12]
Metode Profilaksis yang Tidak Direkomendasikan
Pemberian profilaksis 17-OHPC (17-hydroxyprogesterone caproate) yang sebelumnya disetujui sebagai upaya pencegahan persalinan preterm rekuren saat ini sudah tidak dianjurkan karena tidak efektif. Beberapa metode lain yang juga sudah terbukti tidak efektif adalah pemberian tokolitik profilaksis, tirah baring, pembatasan aktivitas fisik, dan penggunaan pesari serviks.[21]
Penulisan pertama oleh: dr. Reren Ramanda