Patofisiologi Persalinan Preterm
Patofisiologi persalinan preterm atau persalinan prematur adalah mekanisme patologis yang memicu persalinan sebelum usia kehamilan cukup bulan. Keadaan patologis yang dimaksud dapat berupa infeksi pada ibu, janin, maupun cairan ketuban, yang memicu Fetal Inflammatory Response Syndrome (FIRS). FIRS menghasilkan kortisol, oksitosin dan berbagai prostaglandin. Keadaan ini menstimulasi pematangan serviks, kontraksi uterus, serta ruptur desidua dan membran.[1,2]
Fetal Inflammatory Response Syndrome (FIRS)
Keadaan patologis seperti korioamnionitis dapat menyebabkan FIRS, yaitu inflamasi sistemik yang dapat memicu persalinan preterm karena peningkatan kadar fetal plasma interleukin-6. Korioamnionitis memicu stress pada janin, sehingga hipotalamus janin bereaksi dengan mensekresi Corticotropin Releasing Hormone (CRH) yang selanjutnya menstimulasi sekresi Adrenocorticotropic Hormone (ACTH). Sekresi ACTH menaikkan kortisol. Kortisol inilah yang mengaktivasi proses persalinan.[1,2]
Peningkatan sel inflamasi yang menginfiltrasi stroma serviks juga memicu pelepasan oksitosin dan prostaglandin. Keadaan tersebut dapat menstimulasi pematangan serviks melalui perubahan struktur kolagen dan glikosaminoglikan.[1,2]
Kontraksi uterus yang adekuat terjadi saat ada pergeseran jalur antiinflamasi menjadi proinflamasi, yang ditandai dengan munculnya chemokines, cytokines, dan reseptor yang menginduksi kontraksi uterus (reseptor oksitosin, connexin 43, dan prostaglandin). Oksitosin memainkan peran yang penting dalam kontraksi.[1,2]
Penulisan pertama oleh: dr. Reren Ramanda