Prognosis Persalinan Preterm
Prognosis persalinan preterm atau persalinan prematur umumnya kurang baik karena meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas neonatus. Prognosis juga umumnya lebih buruk di negara berkembang karena ketersediaan fasilitas yang kurang memadai bila dibandingkan dengan negara maju.[1,9]
Kelahiran prematur menyebabkan tingginya beban biaya kesehatan karena perlu durasi perawatan yang panjang di ruangan NICU. Selain itu, komplikasi bayi prematur tidak hanya jangka pendek, tetapi juga sering meninggalkan sekuele di kemudian hari.[1,9]
Komplikasi
Persalinan preterm dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas kardiovaskular yang tidak diketahui mekanisme penyebabnya pada ibu. Namun, risiko komplikasi terutama ada pada bayi, karena bayi prematur berisiko mengalami penyakit membran hialin, apnea prematuritas, displasia bronkopulmoner, enterokolitis nekrotikans, dan retinopati prematuritas.[12-18]
Penyakit Membran Hialin
Penyakit membran hialin merupakan komplikasi yang ditemukan pada 80% bayi yang dilahirkan pada usia gestasi <28 minggu. Komplikasi ini disebabkan oleh defisiensi surfaktan yang diproduksi oleh sel pneumosit II. Manifestasi klinis penyakit membran hialin adalah distress pernapasan, retraksi interkostal atau retraksi subkostal, takikardia, takipnea, dan sianosis.[12,13]
Apnea Prematuritas
Apnea prematuritas adalah apnea yang terjadi pada bayi yang lahir saat usia gestasi <37 minggu. Apnea adalah terhentinya napas selama ≥20 detik, atau selama waktu yang lebih singkat tetapi disertai dengan bradikardia (<100 kali per menit), sianosis, atau kulit pucat. Insiden apnea prematuritas lebih tinggi pada bayi yang lahir saat usia gestasi ≤28 minggu. Insiden menurun dari 85% pada bayi yang lahir saat usia gestasi 30 minggu menjadi 20% pada bayi yang lahir saat usia gestasi 34 minggu.[12,13]
Displasia Bronkopulmoner
Displasia bronkopulmoner merupakan suatu kondisi yang memerlukan oksigen pada usia koreksi 36 minggu dan merupakan penyakit paru kronis yang paling sering terjadi pada bayi prematur dengan berat badan lahir <1.000 gram. Manifestasi klinis displasia bronkopulmoner adalah dispnea, batuk, napas cepat, dan dangkal.
Anak dengan riwayat displasia bronkopulmoner ringan-berat dilaporkan lebih berisiko memiliki gangguan pernapasan saat usia 6 tahun dan berisiko menderita penyakit paru obstruktif kronis di kemudian hari.[12,14]
Enterokolitis Nekrotikans
Pada bayi prematur, enterokolitis nekrotikans disebabkan oleh imaturitas saluran cerna sehingga terjadi invasi bakteri yang memicu inflamasi, kerusakan, dan kematian sel.
Manifestasi klinis enterokolitis nekrotikans adalah letargi, nafsu makan yang buruk, distensi abdomen, muntah kehijauan, nyeri perut, dan perdarahan saluran cerna. Gejala lain adalah eritema pada dinding abdomen anterior, penurunan bising usus, dan adanya kontur usus pada pemeriksaan abdomen. Progresivitas enterokolitis nekrotikans dapat menyebabkan perforasi saluran cerna, peritonitis, sepsis, hingga kematian.[12,15]
Retinopati Prematuritas
Retinopati prematuritas disebabkan oleh abnormalitas vaskularisasi retina yang dapat menimbulkan ablasio retina hingga gangguan visus jangka panjang. Retinopati ini merupakan salah satu penyebab kebutaan pada bayi prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah, terutama <1.500 gram.[12,16]
Prognosis
Setiap tahunnya, >1 bayi di antara 10 kelahiran hidup lahir secara prematur. Bayi yang prematur umumnya memiliki prognosis kurang baik. Persalinan preterm merupakan penyebab utama kematian neonatus yang mencapai angka 35% dan merupakan penyebab kedua tersering kematian anak berusia <5 tahun. Selain itu, sepertiga dari bayi yang lahir prematur akan mengalami gangguan neurologis jangka panjang seperti cerebral palsy atau disabilitas intelektual.[19,20]
Penulisan pertama oleh: dr. Reren Ramanda