Diagnosis Persalinan Preterm
Diagnosis persalinan preterm atau persalinan prematur ditegakkan berdasarkan adanya kontraksi yang adekuat untuk menimbulkan penipisan dan dilatasi serviks pada usia kehamilan 20 0/7 sampai 36 6/7 minggu. Pasien dapat mengeluhkan kontraksi uterus dengan frekuensi sering dan intensitas cukup kuat, nyeri pinggang, keluarnya sekret pervaginam, atau keluarnya cairan ketuban. Pada pemeriksaan fisik, dokter dapat menemukan penipisan dan dilatasi serviks.[1-3]
Anamnesis
Gejala persalinan preterm adalah adanya kontraksi uterus, sekret pervaginam, rasa tidak nyaman pada pinggang belakang, dan tekanan pada bagian pelvis atau abdomen bawah. Tanyakan frekuensi kontraksi apakah regular atau tidak. Tanyakan juga ada tidaknya sekret, darah, atau air ketuban yang keluar dari vagina. Jika ada, tanyakan warna, konsistensi, dan perkiraan volume yang keluar.[2,3]
Anamnesis juga perlu mencakup riwayat obstetri yang menyeluruh. Tanyakan riwayat persalinan preterm sebelumnya, riwayat ketuban pecah dini, riwayat kelainan anatomi uterus, dan riwayat inkompetensi serviks. Tanyakan juga riwayat penyakit sebelum dan selama kehamilan ini, serta faktor risiko lain yang dapat memicu terjadinya persalinan preterm.[2,3]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada persalinan preterm meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital ibu, denyut jantung janin, dan palpasi abdomen. Palpasi pada abdomen bertujuan untuk mengevaluasi nyeri tekan, posisi janin, dan kontraksi uterus. Pada kasus persalinan preterm, dokter dapat menjumpai frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi uterus yang semakin meningkat.[1-3]
Pemeriksaan dengan spekulum dapat menilai keutuhan membran amnion dan cairan amnion (warna dan bau). Pemeriksaan bimanual (vaginal touche) dapat mengevaluasi posisi janin maupun penurunannya, konsistensi serviks, dilatasi serviks, dan penipisan serviks. Kekurangan pemeriksaan bimanual adalah sensitivitasnya yang rendah. Selain itu, pemeriksaan bimanual berulang bisa meningkatkan pelepasan prostaglandin dan semakin memicu persalinan preterm.[2,3]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding persalinan preterm adalah kontraksi palsu atau braxton hicks yang dapat dibedakan berdasarkan waktu dan intensitas kontraksi pada pasien. Kontraksi palsu bersifat tidak teratur, singkat, dan intensitasnya jarang. Pada kontraksi persalinan preterm, kontraksi bersifat menetap dengan intensitas yang semakin meningkat.[9]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang berfungsi untuk mencari etiologi dan faktor risiko persalinan preterm. Pemeriksaan USG dapat mengetahui ada tidaknya inkompetensi serviks dan serviks yang pendek. Sementara itu, pemeriksaan laboratorium seperti fibronektin fetal dapat memprediksi risiko terjadinya persalinan preterm dan hasil tes fern serta nitrazine dapat menunjukkan ada tidaknya ruptur membran amnion.
USG Transvaginal
USG tansvaginal digunakan untuk menentukan panjang serviks dan adanya insufisiensi serviks. Panjang serviks normal adalah 35–48 mm. Serviks yang pendek (≤25 mm) merupakan salah satu faktor risiko terjadinya persalinan preterm. Pemeriksaan panjang serviks direkomendasikan pada wanita dengan risiko tinggi persalinan preterm saat usia gestasi 16–24 minggu. Namun, pemeriksaan serviks tidak dilakukan pada kondisi ruptur membran amnion.[1-3]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan dengan kertas nitrazine dapat mengonfirmasi terjadinya ruptur membran amnion. Bila ada ruptur membran amnion, kertas nitrazine akan berubah warna dari kuning menjadi biru. Hal ini dikarenakan cairan amnion memiliki pH basa. Diagnosis ruptur membran amnion semakin kuat apabila ada pooling cairan amnion dan hasil tes nitrazine serta tes fern positif.[1,3]
Fibronektin fetal merupakan glikoprotein matriks ekstraselular yang dihasilkan oleh sel janin dan dapat dideteksi dalam sekret vagina. Kadar fibronektin fetal yang tinggi pada usia gestasi >21 minggu menunjukkan peningkatan risiko persalinan preterm, karena menandakan gangguan koriodesidua.[1-3]
Hasil tes fibronektin fetal yang positif ditemukan pada kondisi seperti inflamasi, distensi berlebih uterus, dan perdarahan koriodesidua. Sementara itu, hasil tes fibronektin fetal yang negatif pada usia gestasi 22–34 minggu merupakan indikator yang kuat bahwa persalinan preterm tidak akan terjadi dalam waktu 14 hari.[1-3]
Pemeriksaan fibronektin fetal dilakukan dengan cara melakukan apusan pada bagian forniks posterior atau ektoserviks. Kontraindikasi pemeriksaan ini adalah usia gestasi <22 minggu, ketuban pecah dini, perdarahan aktif pervaginam, dan riwayat senggama dalam waktu 24 jam sebelumnya.[1-3]
Pada ibu hamil dengan riwayat persalinan preterm sebelumnya, urinalisis maupun tes infeksi menular seksual dapat dilakukan jika ada kecurigaan infeksi sebagai faktor risiko persalinan preterm.[1,9]
Cardiotocography
Pemeriksaan cardiotocography (CTG) bertujuan untuk memeriksa aktivitas uterus dan janin, yakni denyut jantungnya, variabilitas, dan akselerasi atau deselerasi. Ada dua metode yang dapat dilakukan pada pemeriksaan CTG antepartum, yaitu non-stress test dan contraction stress test. Contraction stress test umumnya dilakukan jika non-stress test menunjukkan hasil yang atipikal.[3]
Penulisan pertama oleh: dr. Reren Ramanda