Diagnosis Plasenta Previa
Diagnosis plasenta previa atau placenta previa dapat dicurigai pada pasien dengan gejala klinis perdarahan tanpa rasa nyeri pada trimester 2 atau 3. Konfirmasi diagnosis paling baik dilakukan menggunakan transvaginal sonography (TVS) pada usia kehamilan 32 minggu, untuk memastikan posisi plasenta menutupi ostium internum serviks.[4]
Anamnesis
Semua wanita hamil dengan perdarahan per vaginam pada trimester 2 dan 3 perlu dicurigai sebagai plasenta previa. Keluhan utama yang paling umum adalah perdarahan berwarna merah terang, tanpa rasa nyeri. Perdarahan dapat muncul setelah koitus, pemeriksaan vagina, saat beraktivitas, atau tanpa penyebab khusus. Terkadang, plasenta previa juga dapat bersifat asimtomatik.[3,4,6]
Anamnesis juga perlu menanyakan kemungkinan faktor risiko pasien, misalnya riwayat abortus, riwayat sectio caesarea, usia ibu, dan riwayat merokok selama kehamilan. Dokter juga perlu memastikan usia kehamilan ibu, yang dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Usia kehamilan dan beratnya keluhan dapat membantu dalam penentuan tata laksana.[2,17]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan untuk membantu diagnosa plasenta previa meliputi keadaan umum dan tanda vital, inspeksi genitalia eksternal, pemeriksaan Leopold, serta pemeriksaan inspekulo. Pada kecurigaan adanya plasenta previa, pemeriksaan bimanual tidak boleh dilakukan.
Keadaan Umum dan Tanda Vital
Pada pemeriksaan keadaan umum dan tanda vital dapat dinilai jumlah perdarahan yang terjadi pada pasien, dan tanda-tanda syok, misalnya hipotensi atau takikardia.[3]
Pemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan obstetri dimulai dari inspeksi genitalia eksterna dapat terlihat adanya bekuan darah di sekitar vulva, dan banyaknya darah yang keluar melalui vagina. Pada pemeriksaan Leopold, sering dijumpai kelainan letak pada janin dan tinggi fundus uteri yang rendah, karena kehamilan belum aterm, serta tidak ditemukan nyeri tekan pada uetrus.
Pemeriksaan inspekulo secara hati-hati dapat membedakan sumber perdarahan, apakah dari uterus, vagina, atau varises yang pecah. Terkadang, plasenta dapat terlihat pada pemeriksaan inspekulo, jika serviks dalam keadaan dilatasi.[17,18]
Diagnosis Banding
Plasenta previa dapat didiagnosis banding dengan Abrupsio plasenta, vasa previa, dan plasenta akreta. Pemeriksaan USG, biasa dapat membantu membedakan plasenta previa dengan diagnosis banding.
Abrupsio Plasenta
Abrupsio plasenta merupakan lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum proses persalinan, baik seluruhnya maupun sebagian. Pasien yang mengalami solusio plasenta biasanya mengalami perdarahan pada kehamilan trimester ketiga disertai dengan nyeri yang hebat dan gerakan bayi dalam kandungan yang kurang aktif. Solusio plasenta dapat dibedakan dengan plasenta previa melalui USG.[19]
Vasa Previa
Vasa previa adalah keadaan dimana tali pusat berkembang pada tempat abnormal selain di tengah plasenta. Pada transvaginal sonography (TVS) dapat terlihat pembuluh darah fetus melintang pada serviks. Hal ini dapat menyebabkan ruptur pembuluh darah yang mengancam janin.
Pada pemeriksaan dalam vagina, dapat teraba pembuluh darah pada jalan lahir. Bila terjadi perdarahan, akan diikuti dengan denyut jantung janin yang tidak beraturan, deselerasi atau bradikardi.[20]
Plasenta Akreta
Plasenta akreta timbul ketika plasenta melekat terlalu dalam pada rahim, misalnya hingga ke miometrium. Pada plasenta akreta, pasien umumnya asimtomatik, tetapi perdarahan dapat timbul pada trimester ketiga kehamilan. Plasenta akreta dapat dideteksi pada USG kehamilan rutin saat pasien melakukan pemeriksaan antenatal.[4]
Pemeriksaan Penunjang
Baku emas pemeriksaan penunjang plasenta previa saat ini adalah dengan transvaginal sonography (TVS). Pemeriksaan TVS dinilai lebih superior daripada transabdominal sonography (TAS) dan transperineal. Pemeriksaan TVS juga aman dilakukan pada plasenta previa.[4]
Transvaginal Sonography (TVS)
Pemeriksaan dengan menggunakan transvaginal sonography (TVS) saat ini lebih disukai karena lebih akurat dalam menentukan letak plasenta. Tingkat akurasi TVS tinggi dengan sensitivitas 87,5%, spesifisitas 98,8%, positive predictive value 93,3%, dan negative predictive value 97,6%.
Pada pasien dengan plasenta previa asimtomatik pada usia kehamilan 32 minggu, sebaiknya mengulang TVS pada usia kehamilan 36 minggu, guna mempersiapkan persalinan. Panjang serviks yang lebih pendek, misalnya kurang dari 31 mm, pada usia kehamilan kurang dari 34 minggu meningkatkan risiko terjadinya persalinan gawat darurat dan perdarahan hebat pada sectio caesarea.[4,21]
Transabdominal Sonography (TAS)
Plasenta previa juga dapat dideteksi melalui transabdominal sonography (TAS) pada kehamilan usia 20–24 minggu. Apabila pada pemeriksaan TAS dicurigai terdapat plasenta previa, maka sebaiknya dilakukan transvaginal sonography (TVS), karena TVS dapat mengukur jarak plasenta ke orifisium internal serviks dengan lebih tepat.[1]
Dengan pemeriksaan TAS, sulit dilakukan visualisasi dari plasenta posterior. Visualisasi segmen bawah juga dapat terganggu karena posisi kepala bayi, obesitas dan kandung kemih yang terlalu penuh.[21]
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pasien plasenta previa, pemeriksaan hitung darah lengkap diperlukan untuk memantau terjadinya anemia. Pemeriksaan golongan darah juga diperlukan, untuk memfasilitasi kemungkinan kebutuhan transfusi darah. Selain itu, lakukan pemeriksaan koagulopati, seperti kadar fibrinogen, activated partial thromboplastin time, prothrombin time pada pasien yang dicurigai mengalami gangguan hemodinamik.[5,9]
Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari American Institute of Ultrasound in Medicine (AIUM), terminologi plasenta previa digunakan jika plasenta berada menutupi ostium internum serviks pada TVS. Pada usia kehamilan di atas 16 minggu, jika letak plasenta <20 mm dari ostium internum maka disebut sebagai plasenta letak rendah. Sedangkan, jika letak plasenta 20 mm atau lebih dari ostium internum, maka plasenta memiliki letak yang normal.[22]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra