Edukasi dan Promosi Kesehatan Plasenta Previa
Edukasi pada plasenta previa atau placenta previa terutama ditujukan bagi pasien yang dirawat di rumah. Pasien perlu diberitahu mengenai tanda-tanda bahaya yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut di fasilitas kesehatan, di antaranya jika terjadi perdarahan ulang, termasuk spotting, ada kontraksi atau nyeri abdomen, termasuk nyeri suprapubik yang menyerupai nyeri saat menstruasi.[4]
Pada pasien dengan riwayat perdarahan 2 kali atau kurang, pasien dapat dipulangkan untuk menjalani perawatan di rumah, jika memenuhi beberapa kriteria, antara lain:
- Jarak antara rumah dengan rumah sakit tidak lebih dari 20 menit
- Bersedia melakukan tirah baring di rumah
- Memahami dan bersedia menerapkan cara-cara pencegahan perdarahan ulang, seperti dengan tidak melakukan hubungan seksual dan beraktivitas fisik yang sedang hingga berat
- Adanya orang dewasa lain yang siap siaga 24 jam untuk membawa pasien ke rumah sakit jika terjadi perdarahan ringan, atau menghubungi ambulans bila perdarahan banyak[5]
Dokter perlu memberitahu pasien bahwa metode persalinan untuk pasien plasenta previa adalah dengan sectio caesarea (SC). Adanya plasenta yang menutupi ostium internum serviks menyebabkan persalinan tidak mungkin dilakukan per vaginam. Pada kasus plasenta previa tanpa komplikasi, persalinan SC dapat direncanakan pada usia kehamilan 36–37 minggu.[4,23]
Risiko Terjadinya Plasenta Previa dan Diagnosis Dini
Pasien juga diberikan edukasi mengenai faktor risiko terjadinya plasenta previa. Pada pasien dengan riwayat abortus, riwayat sectio caesarea, hamil di usia tua, merokok saat hamil dan penggunaan assisted reproductive technology (ART), misalnya bayi tabung, dapat mengalami peningkatan risiko plasenta previa. Riwayat plasenta previa juga dapat meningkatkan risiko terjadinya plasenta akreta pada kehamilan berikutnya.[4,6]
Plasenta previa dapat dideteksi dengan mudah melalui ultrasonografi (USG). Anjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan antenatal secara rutin, agar plasenta previa dapat dideteksi secara dini dan perencanaan kehamilan dan persalinan dapat dilakukan.[1,4]
Pencegahan Perdarahan
Dokter perlu menjelaskan cara-cara yang perlu dilakukan untuk mencegah perdarahan. Pasien tidak boleh menjalani pemeriksaan bimanual, sebab palpasi pada previa berisiko menyebabkan perdarahan. Pasien dengan plasenta previa pada usia kehamilan di atas 20 minggu sebaiknya tidak melakukan aktivitas seksual yang dapat menyebabkan orgasme. Sebab, orgasme dapat menyebabkan kontraksi uterus yang bisa mengakibatkan perdarahan.
Koitus melalui vagina atau memasukkan alat ke dalam vagina juga sebaiknya tidak dilakukan, karena dapat mengakibatkan trauma pada previa, sehingga terjadi perdarahan. Pasien juga sebaiknya menghindari olahraga intensitas sedang dan berat, seperti mengangkat beban di atas 10 kg, atau berdiri selama lebih dari 4 jam. Kedua aktivitas tersebut, dapat meningkatkan angka persalinan preterm pada kehamilan.[5]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra