Patofisiologi Plasenta Previa
Patofisiologi plasenta previa atau placenta previa adalah gangguan implantasi karena vaskularisasi endometrium yang abnormal yang dapat diakibatkan adanya atrofi atau scaring.
Jaringan parut pada uterus disebabkan oleh trauma dan inflamasi, misalnya karena sectio caesarea atau kuretase. Akibatnya, plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim, dan seiring perkembangan kehamilan, plasenta dapat menutup jalan lahir.[6]
Timbulnya Perdarahan pada Plasenta Previa
Plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh. Seiring dengan perkembangan kehamilan, isthmus uteri akan melebar menjadi segmen bawah rahim. Apabila plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim, pergeseran ini akan mengakibatkan laserasi akibat pelepasan dasar plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar/effacement dan dilatasi.[3]
Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum, perdarahan terjadi lebih awal karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dulu di bagian terbawah. Sebaliknya, pada plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan.[3,7]
Pembentukan segmen bawah rahim berlangsung progresif dan bertahap, maka perdarahan akan berulang, karena terjadi laserasi baru. Pada plasenta previa, darah yang keluar berwarna merah segar, tanpa disertai rasa nyeri.[3,7]
Bagian dasar dari plasenta letak rendah dan plasenta previa lebih mudah terlepas dari rahim akibat aliran darah yang lebih sedikit pada segmen uterus bagian bawah. Plasenta yang terlepas (placental detachment), perdarahan per vaginam, pemendekan dan dilatasi serviks, serta kontraksi, dapat berkontribusi pada kelahiran preterm.[3,7]
Migrasi Plasenta
Plasenta letak rendah terjadi pada 5% wanita hamil di trimester 2, tidak semua plasenta letak rendah akan menetap. Hal ini disebabkan oleh fenomena migrasi plasenta, yaitu pergerakan plasenta ke bagian atas uterus. Sebanyak 90% wanita yang memiliki plasenta letak rendah di trimester 2, akan mengalami resolusi pada trimester 3. Migrasi plasenta dapat terjadi melalui 2 mekanisme, yaitu trophotropism dan dynamic placentation.[8]
Trophotropism
Trophotropism merupakan proses atrofi pada tepi plasenta yang terjadi karena kurangnya sirkulasi darah pada plasenta, terutama pada bagian ismus uteri. Pada korpus uteri, dinding otot lebih tebal, serta banyak aliran darah, sehingga menyebabkan plasenta bermigrasi ke bagian atas uterus.
Plasenta previa lebih jarang bermigrasi dibanding plasenta letak rendah. Hal ini disebabkan karena plasenta previa biasa terletak pada ostium internum serviks. Serviks dapat memberikan suplai darah yang dibutuhkan oleh plasenta, sehingga jarang menyebabkan atrofi bagian tepi plasenta.[8]
Dynamic Placentation
Terjadinya dynamic placentation disebabkan oleh dinding uterus bagian anterior yang lebih membesar, dibanding bagian posterior seiring bertumbuhnya uterus pada kehamilan. Bagian bawah uterus membesar karena terjadi elongasi dan hipertrofi, sehingga pembesaran terutama terjadi pada bagian anterior uterus. Pada plasenta letak anterior, hal ini akan mendorong terjadinya migrasi plasenta.[8]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra