Diagnosis Ablatio Retina
Diagnosis ablatio retina atau retinal detachment adalah keluhan fotopsia dan floaters yang mendadak, disertai penurunan tajam penglihatan, penyempitan lapangan pandang, tanpa disertai rasa nyeri.
Pada pemeriksaan khusus mata dilakukan pemeriksaan visus, reaksi pupil, tekanan intraokular, lapang pandang, serta funduskopi direk. Sedangkan pemeriksaan penunjang meliputi funduskopi indirek dengan dilatasi pupil, slit lamp, serta pemeriksaan pencitraan orbita/ocular.
Anamnesis
Pada anamnesis pasien ablatio retina dapat diperoleh keluhan sensasi melihat kilat atau lampu flash yang dikenal dengan fotopsia. Fotopsia timbul saat terjadi tarikan (traksi) retina dan pemisahan retina dari vitreous posterior.
Keluhan fotopsia umumnya akan diikuti dengan keluhan melihat floaters (benda mengapung). Penurunan tajam penglihatan bisa terjadi beberapa hari atau minggu kemudian setelah keluhan fotopsia dan floaters. Penurunan tajam penglihatan tersebut yang umumnya membawa pasien melakukan pemeriksaan ke dokter.
Penurunan tajam penglihatan yang mendadak dan signifikan terutama terjadi pada ablatio retina yang mengenai bagian makula. Pasien sering mengeluhkan penglihatan seperti tertutup tirai yang bergerak, atau berawan dengan bayangan yang menutupi sebagian lapangan pandang. Defek lapangan pandang yang dialami pasien tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan letak ablatio retina.[4,6]
Pada anamnesis perlu ditanyakan durasi munculnya gejala, serta faktor risiko kejadian ablatio retina, seperti trauma mata atau kepala, riwayat operasi mata sebelumnya (ekstraksi katarak, evakuasi benda asing intraokular, dan operasi retina), riwayat penyakit mata sebelumnya (uveitis, perdarahan vitreus, glaukoma, retinopati diabetik). Riwayat keluarga dengan ablatio retina juga perlu ditanyakan pada pasien.[4,6]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien ablatio retina meliputi pemeriksaan mata eksternal secara menyeluruh untuk mencari ada tidaknya tanda trauma di mata. Dilanjutkan pemeriksaan khusus mata, yaitu:
- Pemeriksaan tajam penglihatan jauh dan dekat, pada ablatio retina terjadi penurunan tajam penglihatan yang tidak dapat dikoreksi
- Pemeriksaan reaksi pupil, bila ditemukan pupil dilatasi permanen dapat menandakan trauma mata, serta positif pupil Marcus-Gunn dapat menandakan terlepasnya lapisan retina
- Pemeriksaan tekanan intraokular, dimana mata yang mengalami ablatio retina relatif lebih rendah 4–5 mmHg daripada mata sisi yang normal
Pemeriksaan lapang pandang konfrontasi, bidang visual yang menurun menunjukan lokasi terlepasnya retina
- Pemeriksaan fundus menggunakan oftalmoskopi / funduskopi direk, biasanya hanya dapat mendeteksi ablatio retina posterior yang luas, tetapi tidak cukup sensitive untuk melihat ablatio kecil atau perifer. Pada ablatio retina terlihat refleks fundus (red reflex) berkurang, sedangkan pada ablatio daerah makula, pasien tidak dapat melihat cahaya langsung dari alat oftalmoskop[4,6,22]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding ablatio retina di antaranya posterior vitreous detachment, optic neuritis, uveitis posterior, perdarahan vitreous.
Posterior Vitreous Detachment
Posterior vitreous detachment (PVD) adalah kondisi terlepasnya korteks vitreous dari retina posterior dan diskus optik. Gejala klinis mirip ablatio retina, yakni floaters dan fotopsia. Pada pemeriksaan oftalmoskopi didapatkan partikel-partikel pada korteks vitreous yang membiaskan cahaya dan bergerak ketika bola mata bergerak.
Tanda patognomonik PVD adalah cincin gliotik pre-papiler (Weiss ring) pada pemeriksaan segmen posterior. Pemeriksaan mata yang teliti dan berkala pada retina perlu dilakukan untuk mengeksklusi ablatio retina, sebab PVD merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya ablatio retina di kemudian hari. Pemeriksaan ocular CT-scan dan ultrasonografi mata dapat membantu membedakan diagnosis.[11-13]
Optic Neuritis
Optic neuritis dapat memberikan gejala fotopsia juga, seperti ablatio retina. Umumnya optik neuritis disertai rasa nyeri retrobulbar dan gejala fotopsia yang cenderung muncul saat bola mata bergerak. Dapat dibedakan dengan ablatio melalui pemeriksaan oftalmoskopi dan juga ocular CT-scan.[2,14]
Uveitis Posterior
Uveitis posterior juga dapat memberikan gejala floaters, fotopsia, dan penurunan tajam penglihatan. Uveitis posterior dapat disertai rasa nyeri pada mata walaupun tidak seberat uveitis anterior.
Pemeriksaan laboratorium serologi berguna untuk mencari penyakit-penyakit sistemik penyebab uveitis, misalnya sifilis, tuberkulosis, dan toksoplasmosis. Pemeriksaan fundus fluorescein angiography (FFA) dan ultrasonografi B-scan ocular dapat berguna untuk membedakan diagnosis uveitis posterior.[15]
Perdarahan Vitreous
Perdarahan vitreous dapat memberikan keluhan penurunan tajam penglihatan mendadak tanpa rasa nyeri dan munculnya floaters, seperti ablatio retina. Pemeriksaan slit-lamp dan funduskopi dengan dilatasi pupil, dapat melihat adanya perdarahan di vitreous yang membedakannya dengan ablatio retina.[16]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh dokter spesialis mata, seperti pemeriksaan oftalmoskopi indirek dan biomikroskopi slit lamp, adalah untuk visualisasi letak lepasnya retina sehingga dapat melakukan penatalaksanaan yang sesuai. Pemeriksaan penunjang lainnya adalah pencitraan dan laboratorium bila dibutuhkan.
Pemeriksaan Oftalmoskopi Indirek dengan Dilatasi Pupil
Pemeriksaan oftalmoskopi indirek dengan dilatasi pupil adalah pemeriksaan definitive ablatio retina, bahkan untuk kondisi robekan masih kecil dan berlokasi di perifer. Tanda-tanda ablatio retina adalah daerah retina yang robek berwarna keabuan/kabur dan bergelombang, disertai vaskuler koroid yang gelap dan berlipat-lipat.
Cara mendeteksi ablatio dangkal adalah dengan membandingkan daerah yang dicurigai dengan daerah normal yang berdekatan. Setiap perubahan transparansi retina, atau perbedaan garis berpigmen dengan tidak berpigmen, dapat menjadi batas robekan.[4,6]
Pada kasus ablatio retina regmatogen terlihat break pada retina, dapat berupa tear atau hole, yang terletak di sisi posterior, superior, inferior, maupun anterior. Break retina lebih banyak bersifat asimtomatik, namun bisa juga menimbulkan gejala onset mendadak fotopsia dan floaters.[11]
Pemeriksaan Slit Lamp Biomikroskopi
Pemeriksaan menggunakan alat slit lamp mencari tanda-tanda pigmen atau debu tembakau (tanda Shafer) pada vitreous. Tanda ini ditemukan pada 70% kasus robekan retina tanpa penyakit atau pembedahan mata sebelumnya. Pemeriksaan slit lamp dengan teknik indentasi sklera dan Goldmann triple-mirror dapat melihat robek retina di perifer.[4,17]
Pemeriksaan Pencitraan
Pemeriksaan CT-scan dan magnetic resonance imaging (MRI) hanya dilakukan apabila ada kecurigaan ruptur bola mata, fraktur tulang orbita atau wajah, adanya benda asing intraokular. Sedangkan pemeriksaan ultrasonografi B-scan ocular dapat digunakan untuk membantu diagnosis ablatio retina apabila tidak dapat diperoleh gambaran yang jelas dari funduskopi, akibat media penglihatan yang sangat keruh (misalnya ada katarak matur).[4,6]
Di unit gawat darurat, dokter jaga dapat melakukan USG okular atau Point-of-Care Ultrasound (POCUS) untuk ablatio retina. Teknik ini bertujuan untuk penilaian klinis ablatio retina relatif cepat.
Pada mata normal, rongga vitreus terlihat sebagai struktur hipoekoik melingkar dengan retina hiperekoik yang tidak dapat dibedakan dari koroid yang mendasarinya. Sedangkan pada gambaran ablatio retina, sebagian dari retina tidak lagi berdekatan dengan koroid, sehingga retina yang terlepas tampak sebagai garis hiperekoik yang terlepas di anterior lapisan koroid.
Di antara koroid yang mendasari dan retina yang terlepas, pita hipoekoik humor vitreous yang bocor. Secara khusus, POCUS pada ablatio retina diidentifikasi dengan adanya membran echogenik yang cerah yang melekat ke cakram optik (posterior) dan ora serrata (anterior), tetapi terpisah dari koroid.[22]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium darah seperti kadar gula darah, PT/APTT dapat berguna untuk pasien persiapan operasi. Pemeriksaan laboratorium darah dan serologi juga berguna pada kasus ablatio retina eksudatif atau traksional untuk menelusuri penyakit sistemik yang menjadi penyebabnya.[1]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri